Laporan Praktikum Fisiologi Teknologi (Pengaruh Penambahan Bahan Kimia terhadap Buah Duku) dan Definisi Etilen
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FISIOLOGI
TEKNOLOGI
Disusun Oleh :
Nama : M. Irsyad Haznim
NIM : 171710101086
Kelas : THP B
Asisten : 1. Lilik Krisna Mukti
2.
Ika Wahyuni
3.
Seno Pratama Putra
4.
Afina Desi Wulandari
5.
Livia Wahyuni
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2018
1.1 Latar Belakang
Buah
dan sayur merupakan makanan yang bukan hanya sekedar untuk pelengkap makanan.
Dengan berkembangnya penelitian terhadap buah dan sayur, terungkap adanya zat
kimia aktif dan zat nutrisi yang terkandung di dalamnya disebut fitokimia dan
fitonutrien yang bermanfaat bagi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
sampai penyembuhan. Buah merupakan sumber yang baik dari antioksidan dan
fitokimia, seperti karoten, vitamin c, flavonoid, dan polifenol. Buah juga
mengandung sejumlah gula alamiah, seperti fruktosa dan glukosa. Mengonsumsi
buah secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengontrol nafsu makan dan
membuat berat badan ideal. Sayuran juga menyumbang sejumlah vitamin, mineral,
serat larut dan tidak larut, protein, karbohidrat, lemak, dan berbagai nutrisi
lainnya (Setiawan Dalimartha dan Felix, 2013).
Kebutuhan
masyarakat terhadap buah dan sayuran segar yang bermutu, bebas bahan pengawet,
serta yang aman dikonsumsi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dengan mengonsumsi
makanan yang menyehatkan khususnya buah dan sayur. Oleh karena itu, pengolahan
buah-buahan dan sayuran harus dilakukan dengan benar dan tepat agar tidak
merusak sayuran dan buah tersebut. Pengolahan buah dan sayur dapat dilakukan
dengan cara pengolahan minimalis, yaitu merujuk pada teknik pengolahan yang
sederhara dan tidak berefek kuat seperti sterilisasi atau penggunaan bahan
pengawet terhadap buah dan sayur. Produk buah dan sayur yang diolah minimal
masih dapat digolongkan sebagai suatu produk segar, yang kondisi buah dan sayur
masih dapat dipertahankan hingga saatnya siap dikonsumsi. Buah dan sayur harus
benar dan tepat dalam pengolahannya. Karena jika pengolahan buah dan sayur
tidak benar, maka dapat terjadi perubahan fisiologis yang tidak terkontrol
dengan baik sehingga mempercepat proses penurunan mutu buah dan sayur yang akan
berakhir dengan penuaan jaringan hingga kebusukan (Aked, 2000).
1.1 Tujuan
Tujuan
dari praktikum pengolahan minimal buah-buahan dan sayuran adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa
mempelajari penyimpanan buah duku dengan perlakuan suhu rendah.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui pengaruh larutan asam askorbat, agar, dan sorbitol dalam menghambat
kematangan buah duku.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik fisik dan kimia buah duku
Pohon duku merupakan tumbuhan khas di
wilayah tropis. Duku juga biasa dikenal sebagai duku, kokosan, dan langsat.
Tumbuhan ini memiliki penyebaran luas di wilayah Asia termasuk Indonesia.
Karakter morfologi seperti variasi pada bentuk daun, warna buah, dan bentuk
buah dapat dijadikan dasar dalam penentuan kategori varietas duku. Terdapat
tiga varietas yang berbeda yaitu, L.
domesticum Corr var. duku Hasskl.
(duku), L. domesticum Corr. var. kokosan
Hasskl. (kokosan), dan L.
domesticum Corr. var. piedjietan Hasskl.
(langsat) (Laila, dkk, 2013).
Karakter pada buah
duku, bentuk buah bulat memanjang, sedangkan pada langsat dan kokosan mendekati
bentuk bola. Ketebalan kulit buah pada duku lebih tipis, sedangkan langsat dan
kokosan lebih tebal. Selain itu, langsat dan kokosan lebih bergetah, dibandingkan
dengan duku. Pada sifat daging biji dan rasa buah, buah duku lebih tebal dan
beraroma harum, sedangkan langsat dan kokosan lebih tipis berair, dan rasanya
asam (Laila, dkk, 2013).
Kandungan
kimia utama pada duku disebut terpenoid, terpen merupakan kelas senyawa organik
bahan terbesar yang merupakan metabolisme sekunder tanaman, meliputi mono,
sesqui, di-, tri-, dan senyawa poli-terpen. Nama terpen diberikan pada senyawa
yang mempunyai rumus molekul C10 H16 yang secara etimologi berasal dari pohon
terenbinth Pistacia terebinthus.
Struktur yang mirip terpen tetapi mengandung unsur lain di samping C dan H
disebut terpenoid (Tri Mayanti, 2009). Selain itu, buah duku juga terdapat
pigmen Anthoxanthins yang menyebabkan
bewarna putih (Hindah, 2014).
Kandungan gizi pada
duku juga tidak buruk, setiap 100 gr buah terkandung kalori 70 kal, protein 1.0
gr, lemak 0.2 gr, karbohidrat 13 gr, mineral 0.7 gr, kalsium 18 mg, fosfor 9 mg
dan zat besi 0,9 mg. Untuk kandungan kalori, mineral dan zat besinya, lebih
tinggi dibandingkan dengan buah apel atau jeruk manis. Kandungan lain yang
bermanfaat adalah dietary fiber atau serat. Salah satu zat yang bermanfaat
untuk memperlancar sistem pencernaan, mencegah kanker kolon dan membersihkan
tubuh dari radikal bebas penyebab kanker (Pangkalan Ide, 2013).
2.2 Deskripsi dan Pengaruh Penambahan Bahan
Kimia
Penambahan bakan kimia pada duku terdiri
dari bahan kimia asam askorbat, agar, dan sorbitol. Asam askorbat adalah salah
satu dari senyawa kimia yang termasuk dalam vitamin C. Secara biokimia vitamin
C (asam askorbat) adalah senyawa dengan rumus C6H8O6 dengan struktur cincin
lakton 6-karbon yang dapat disintesa dalam hati hewan mamalia pada umumnya,
namun tidak pada manusia, primata dan guinea pig. Vitamin C didapatkan dari
buah sayur sebagai sumber vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin C dapat
menyebabkan seseorang terserang penyakit scorbut yang kita kenal sariawan.
Vitamin C juga disebut sebagai elektron donor (pemberi elektron) sehingga
termasuk dalam senyawa anti-oksidan.
Vitamin C sebagai pemberi elektron, juga
berarti sebagai agenreduktor, berasal dari sifat ikatan ganda antara C-2 dan
C-3 dari cincin lakton 6 karbon tersebut. Vitamin C dapat mencegah
senyawa-senyawa lain mengalami oksidasi, meskipun vitamin C sendiri mengalami
oksidasi. Oleh karena itu, penambahan asam askorbat pada duku dapat
memperlambat senyawa-senyawa mengalami oksidasi sehingga menunda kebusukan pada
duku (Novi, ddk. 2015).
Penambahan kimia
lainnya selain asam askorbat adalah sorbitol. Sorbitol yang biasa juga disebut
sebagai D-glucitol atau glucitol memiliki enam gugus hidroksil dan rumus
molekul C6H14O6. Sorbitol pertama kali ditemukan oleh seorang kimiawan Perancis
bernama Joseph Boussingault pada tahun 1872. Sorbitol diproduksi dari sirup
glukosa (gula invert) dan pati terhidrolisis yang sebagai bahan baku pembuatan
sorbiltol. Sorbitol dihasilkan dari hidrogenasi katalitik glukosa. Reaksi
hidrogenasi dipercepat oleh katalis logam seperti nikel. Setelah reaksi
selesai, katalis disaring dan larutannya dipurifikasi. Larutan murni tersebut
diuapkan sampai 70% padatan dan dijual sebagai larutan sorbitol. Sifat dari
sorbitol adalah higroskopis, dapat menarik dan melepaskan kelembaban secara
sangat lambat dalam berbagai kondisi kelembaban. Khususnya kelembaban yang bisa
terjadi pada buah. Selain itu, sorbitol adalah polimorf paling stabil sehingga
dapat menjadikan produk termasuk buah tidak berubah selama proses pengolahan
(Novita, 2017).
Selain penambah dengan
asam askorbat dan sorbitol, duku juga ditambahkan dengan bahan kimia agar.
Secara umum agar berfungsi sebagai media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi, biasanya agar digunakan sebagai medium
pengayaan dan selektif bagi mikroorganisme tertentu. Selain itu penambahan agar
pada duku dapat menghambat proses pemasakan pada duku (Himedia, 2003).
2.3 Definisi Etilen
Etilen merupakan gas yang berperan dalam
pemasakan buah yang dihasilkan di hampir semua jaringan tanaman dan berpengaruh
terutama terhadap laju pemasakan buah. Etilen juga digunakan untuk merangsang
pemasakan buatan, dengan tujuan mengendalikan laju pemasakan buah. Peran etilen
dalam laju pemasakan buah adalah etilen dapat digunakan untuk merangsang
pemasakan buah, etilen akan meningkat karena adanya luka pada buah, baik luka
yang disebabkan karena tusukan serangga, serangan patogen pembusuk, alat
pertanian, atau karena kondisi alam, dan etilen dapat merangsang perubahan
warna pada buah tak-klimak, misalnya jeruk, di daerah tropika selalu bewarna
hijau meskipun telah mencapai tingkat pemasakan (Loekas, 2006).
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Timbangan
2. Kulkas
3. Pisau
4. Loyang
3.1.2 Bahan
1. Plastik
2. Larutan
asam askorbat 0,25%, 0,5%, 0,75%
3. Agar
4. Sorbitol
3.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1
Skema Kerja
(Maaf tidak kami bagikan skema kerja karena tidak begitu jelas di blog)
3.2.1 Fungsi Perlakuan
Tahap-tahap proses pada pengolahan
minimal processing adalah dimulai dengan membuat hingga 18 sampel buah duku.
Dengan ukuran masing-masing tidak lebih dari 3x3 cm. Setelah dibuat sampel
hingga berjumlah 18, sampel-sampel duku tersebut diberi label masing-masing dan
kemudian dilakukan pengukuran. Pertama-tama, mengukur berat plastik yang
menjadi pembungkus sampel, hal itu untuk mengurangi berat total (plastik dan
duku) dengan berat plastik nantinya.
Setelah itu, mengukur berat bersih duku
masing-masing. Selanjutnya masing-masing sampel dicelupkan ke dalam larutan
asam askorbat dengan konsentrasi dan waktu yang berbeda-beda. Kemudian sembilan
sampel dicelupkan ke dalam larutan agar, dan sembilan sampel yang lain
dicelupkan ke dalam larutan sorbitol. Kemudian dilakukan pengamatan sifat
organoleptik yang menyangkut warna, kenampakan, tekstur dan aroma. Setelah itu
sampel dibungkus dengan plastik dan ditimbang lagi untuk data pengamatan hari
ke-0 yang terdiri dari hasil uji organoleptik dan berat sampel kemudian
disimpan di dalam kulkas. Tahap akhirnya adalah dilakukan uji organoleptik dan
pengukuran berat bersih duku pada hari ke-2 dan hari ke-4.
BAB
4 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Hari
ke-o
Kode Konsenstrasi
Waktu Sorbitol Berat Warna Kenampakan
tekstur Aroma
(menit) /Agar
Duku
(g)
A1 0,25 10 Agar
0,3936 + + + + + + + + + + +
A2 0,25 20 Agar
0,4283 + + + + + + + + + + + + + +
A3 0,25 30
Agar 0,5917 + +
+ + + + + + + +
A4 0,25 10 Sorbitol
0,6654 + + + + + + + +
A5 0,25 20 Sorbitol
0,6686 + + +
+ + + + + + + + +
A6 0,25 30 Sorbitol
0,7281 + + + + + + + + + +
B1 0,50 10 Agar
0,7465 + + + + + + + + + + +
B2 0,50 20 Agar
0,2325 + + + + + + + + + + + +
B3 0,50 30 Agar 0,8771
+ + + + + + + + + + +
B4 0,50 10 Sorbitol
0,6763 + + + + + + + + + + + + +
B5 0,50 20 Sorbitol
1,0122
+ + + + + + + + + +
+
B6 0,50 30 Sorbitol
1,2870 + + + + + + + +
C1 0,75 10 Agar
1,7157 + + + + + + + + + + +
C2 0,75 20 Agar
2,1189 + + + + + + + + + + +
C3 0,75 30 Agar
1,2652 + + + + +
+ + + + +
C4 0,75 10 Sorbitol
2,3517 + + + + + + + + + +
C5 0,75 20 Sorbitol
1,9927 + + + + + + + + + + +
C6 0,75 30 Sorbitol
2,9568 + + + + + + + +
+
Hari ke-2
Kode Konsentrasi Waktu
Sorbitol Berat Warna
Kenampakan Tekstur Aroma
(menit) /Agar Duku
(g)
A1 0,25 10 Agar
0,9316 + + + + + + + + + + + +
A2 0,25 20 Agar
0,6361 + + + + + + +
+ + +
A3 0,25 30 Agar
0,9834 + + + + + + + +
A4 0,25 10
Sorbitol 2,3337 + +
+ + + + +
A5 0,25 20
Sorbitol 2,3473 + + +
+ + + + + +
A6 0,25 30
Sorbitol 0,9929 + +
+ + + + + + +
B1 0,50 10 Agar
0,4387 + + + + + + + + +
B2 0,50 20 Agar
1,2973 + + + + + + + + +
B3 0,50 30 Agar
0,7654 + + + + + + + + +
B4 0,50 10
Sorbitol 1,5368 + + + + + + + + +
B5 0,50 20
Sorbitol 0,9285 + + + + + + + + +
B6 0,50 30
Sorbitol 2,0086 + + +
+ + + + + + +
C1 0,75 10 Agar
1,0073 + + + + + + + + +
C2 0,75 20 Agar
1,6914 + + + + + + + + + +
C3 0,75 30 Agar
1,2235 + + + + + + + + + + + +
C4 0,75 10
Sorbitol 3,3359 + + + + + + + + + +
C5 0,75 20
Sorbitol 1,6515 + + + + + + + + + +
C6 0,75 30
Sorbitol 2,6420 + + + + + + + +
Hari ke-4
Kode Konsentrasi Waktu Sorbitol
Berat warna Kenampakan
Tekstur Aroma
(menit) /agar Duku
(g)
A1 0,25 10 Agar 0,9271
+ + + + + + + + + + + + + +
A2 0,25 20 Agar 0,6270
+ + + + + + + + + + + + + +
+ +
A3 0,25 30 Agar 0,9671
+ + + + + + + + + + + + +
A4 0,25 10 Sorbitol
2,3336l + + + + + + + + + + + + + + +
A5 0,25 20 Sorbitol
2,3470 + + + + + + + + + + + + + + + +
A6 0,25 30 Sorbitol
0,9920 + + + + + + + + +
+ + + + + + + +
B1 0,50 10 Agar
0,4385 + + + + + + + + + + + + + +
B2 0,50 20 Agar
1,3205 + + + + + + + + + + + + + +
B3 0,50 30 Agar 0,7652
+ + + + + + + + + + + + + +
B4 0,50 10 Sorbitol
1,5360 + + + + + + + + +
+ + + + + + + +
B5 0,50 20 Sorbitol
0,9280 + + + + + + + + + + + + + + + + +
B6 0,50 30 Sorbitol
2,0105 + + + + + + + + +
+ + + + + + + + +
C1 0,75 10 Agar
1,0112 + + + + + + + + + + + + +
C2 0,75 20 Agar
1,7012 + + + + + + + + + + + + + + + +
C3 0,75 30 Agar
1,2259 + + + + + + + + +
+ + + + + + + +
C4 0,75 10 Sorbitol
3,3365 + + + + + + + + +
+ + + + + + + + +
C5 0,75 20 Sorbitol
1,6520 + + + + + + + + + + + + + + +
+
C6 0,75 30 Sorbitol
2,6430 + + + + + + + + + + + + + +
Keterangan :
·
Semakin banyak + maka
semakin tidak layak dikonsumsi
·
Semakin sedikit + maka
semakin layak untuk dikonsumsi
·
Berat plastik adalah 0,9229
gram
4.2 Pembahasan
Hal yang pertama
dilakukan adalah membagi buah duku menjadi 18 bagian dengan ukuran yang kira-kira
sama kemudian masing-masing ditimbang menggunakan neraca analitik. setelah itu
dicelupkanke dalam asam askorbat dengan 3 konsentrasi yang berbeda yaitu
0,25%,0,5%, dan 0,75% dalam waktu yang berbeda yang ditentukan yaitu 10
menit,20 menit, dan 30 menit, kemudian di celupkan ke dalam larutan agar dan larutan sorbitol,duku yang sudah
mendapatkan perlakuan ,dikemas dalam plastik perpotong bahan kemudian di masukan ke dalam kresek besar
lalu di simpan di kulkas.
Duku yang telah mendapatkan perlakuan
diamati indikator perubahan warna , tekstur ,aroma seta kenampakannya .
pengamatan dilakukan pada hari ke-0 ,ke-2,dan hari ke-3.pada hari ke 0 ,
indikator perubahan warna , tekstur ,aroma seta kenampakannya masih terlihat alami artinya bahan masih dalam
keadaan segar belum ada perubahan yang berarti. Akan tetapi dari 18 bagian yang
dipisahkan memiliki berat berbeda.
Pada pengamatan hari ke-2, duku mengalami
perubahan tapi tidak signifikan dari segi warna , tekstur ,aroma seta
kenampakannya. Dari 4 indikator
pengamatan tersebut yang paling banyak perubahanya pada 18 sample yang
di uji adalah pada segi kenampakan dan
tekstur. kenampakan dan tekstur
mengalami perubahan menjadi agak
lembek sedangkan perubahan pada aroma
dan warna hanya sebagian terjadi pada
sample tidak semua, kebanyakan tidak mengalami perubahan.
Pada pengamatan hari ke-4, duku mengalami
banyak perubahan pada 4 indikator yang diamati yaitu indikator perubahan warna
, tekstur ,aroma seta kenampakannya berbeda dari dari duku hasil pengamtan hari ke-0 dan ke-4 .warna duku yang semula bening dan
terlihat segar menjadi putih kepucatan, tekstur menjadi sangat lembek dan mudah
hancur, aroma yang semula khas duku berubah berbau busuk menyengat, kenampakanya
seperti buah busuk. Selain itu, didapatkan sampel yang dicampuri dengan larutan
sorbitol lebih menunjukkan kebusukan dibanding dengan sampel yang dicampuri
dengan agar, meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Karena sorbitol
adalah polimorf stabil yang dapat menjadikan produk termasuk buah tidak berubah
selama proses pengolahan (Novita, 2017). Sedangkan agar adalah larutan yang
dapat menghambat proses pematangan pada duku tersebut (Himedia, 2003).
Faktor
lain yang dapat menyebabkan kebusukan pada sampel adalah kondisi buah yang
sejak awal sudah mulai busuk, meskipun hanya beberapa sampel.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang kami laksanakan ,
dapat di simpulkan bahwa buah duku yang diberi bahan tambahan kimia mempunyai
daya simpan yang lebih lama disbanding dengan buah duku yang tidak diberi
tambahan bhan kimia . tekstur dari buah duku yang diberi bahan
kimia lebih bagus ;ebih kenyal dibandingkan dengan buah yang tidak diberi
bahan kimia dan aroma buah duku yang diberi bahan kimia lebih segar di
bandingkan yang tidak diberi bahan kimia . lama penyimpanan buah juga
mempengaruhi kerja bahan kimia tambahan
.Agar dan sorbitol mempunyai pengaruh tersendiri ke buah duku sehingga hasil
yang diperoleh tidak sama.
5.2 Saran
Dari praktikum yang kami dilaksanakan,
suda terlaksana dengan lancar, meskipun kendalanya masih kekurangan alat
praktikum sehingga praktikum terlaksana kurang efisien dan lebih lama. Oleh
karena itu seharusnya tersedia lebih alat praktikum atau kelompok yang sedang
mengantri untuk menggunakan alat praktikum dapat menyicil kegiatan praktikum
yang lain sehingga waktu lebih efisien.
Daftar Pustaka
Aked,
J. 2000. Fruit and Vegetables in
Stability and shelf-life of food., in Kilcast. K and Subramaniam, P (Eds):
The Stability and Shelf-life of Food, CRC Press.
Dalimartha,
Setiawan dan Felix Adrian. 2013. Fakta
Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: PenebarPlus.
Febriyanti,
Novi, dkk. 2015. Kandungan Antioksi dan Asam Askorbat pada Jus Buah-Buahan
Tropis. Jurnal Bioedukatika. 3(1):
6-9.
Hanum,
Laila. 2013. Karakter Makromoforlogi dan
Mikromoforlogi Duku, Kokosan, Langsat dalam Penentuan Status Taksonomi pada
Katageri Infraspesies. Biospecies Vol. 6 No.2, Juli 2013, hal 23-29.
Himedia.
2003. Technical Data for Nutrient Agar.
Mumbai: Himedia Laboratories Pvt. Ltd.
Mayanti,
Tri. 2009. Kandungan Kimia dan
Bioaktivitas Tanaman Duku. Bandung: UNPAD PRESS.
Muaris,
Hindah. 2014. Bahaya Makan Buah &
Sayur + Panduan Konsumsi Yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Pangkalan
Ide. 2013. Agar Tulang Sehat.
Jakarta: Elex Media Komputindo
Soesanto,
Loekas. 2006. Penyakit Pascapanen Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Wijayanti,
Novita, dkk. 2017. Pangan Fungsional:
Aspek Kesehatan, Evaluasi, dan Regulasi. Malang: UB PRESS.
0 Response to "Laporan Praktikum Fisiologi Teknologi (Pengaruh Penambahan Bahan Kimia terhadap Buah Duku) dan Definisi Etilen"
Post a Comment