Pengertian Minyak Kelapa dan VCO beserta Prinsip Pembuatannya
Minyak
kelapa adalah minyak yang populer dikonsumsi di negara-negara tropis selama
ratusan tahun. Minyak kelapa diperoleh dengan cara ekstraksi yang berasal dari
kopra.
Minyak
kelapa memiliki umur simpan yang panjang dan titik leleh hingga 76 F, maka
banyak dipergunakan dalam dunia industri pangan. Oleh karena itu, banyak sekali
kampanye negatif untuk menjatuhkan industri minyak kelapa, meskipun tidak ada
penelitian yang menyatakan bahwa minyak kelapa dapat menimbulkan efek buruk
terhadap kesehatan konsumen. Selain menghasilkan minyak kelapa, dihasilkan juga VCO (Virgin Coconut Oil) yang merupakan
kelapa minyak murni dari hasil ekstraksi.
Buah
kelapa sendiri tersusun atas serabut (husk),
tempurung (shell), kopra/daging (endosperm) dan air kelapa. Bagian
endosperm inilah yang dapat diolah menjadi minyak kelapa dan VCO. Sedangkan
untuk menghasilkan gula kelapa, diperoleh dengan cara kristalisasi pada nira
kelapa (Umesh dan Soottawat, 2018).
Struktur
kimia minyak kelapa terdiri dari triasilgliserol yang merupakan senyawa yang
tersusun dari gliserol dan 3 Asam lemak. Struktur kimia triasilgliserol rentan
pecah yang disebabkan oleh berbagai reaksi seperti gliserolisis, hidrolisis,
asidolisis dan lain sebagainya. Oleh karena itu penting untuk dapat memahami
struktur kimia minyak kelapa, dan mengetahui teknik pengolahannya yang benar
dan tepat sehingga dapat diperoleh minyak kelapa dan VCO yang bermutu tinggi.
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk famili Palmae,
dari genus Cocos. Dikenal dua
varietas yang nyata perbedaannya, yaitu varietas genjah dan varietas dalam.
Akar pohon kelapa yaitu serabut yang mencapai 4000-7000 helai pada pohon yang
telah dewasa. Sedangkan batang kelapa tampak kokoh, namun tidak banyak
mengandung zat-zat cadangan sebagaimana terdapat pada jenis-jenis palma
lainnya, seperti sagu (Metrocylon).
Pada bagian ujung sekali dari batang yang biasa disebut umbut, mengandung zat
gula, rasanya manis. Pada bagian ini susunannya lunak (Djoehana, 1989).
Pada bagian buah
kelapa, buah kelapa mengalami pertumbuhan dalam tiga fase, fase pertama
berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut hanya
membesar dan masih lunak. Lubang embryo juga ikut membesar dan berisi penuh
air. Sedangkan pada fase kedua berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini
bagian tempurung berangsur-angsur tebal, tetapi belum keras betul. Selanjutnya
pada fase ketiga, Putih lembaga atau endosperm sedang dalam penyusunan.
Penyusunannya dimulai dari pangkal buah berangsur-angsur hingga ke ujung. Pada
bagian pangkal mulai tampak terbentuknya lembaga, warna tempurung berubah dari
putih menjadi coklat-kehitaman dan bertambah keras (Djoehana, 1989).
Daging buah terdiri
dari tiga bagian yaitu, epicarp
merupakan kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras dan tebalnya
sekitar 1/7 mm. Selanjutnya mesocarp merupakan
kulit bagian tengah yang disebut sabut.
Bagian ini terdiri dari serat-serat keras tebalnya 3-5 cm. Kemudian endocarp merupakan bagian tempurung yang
keras sekali. Tebalnya 3-6 mm. Bagian dalam melekat pada kulit dari
biji/endosperm. Bagian terakhir, putih
lembaga atau endosperm yang
tebalnya 8-10 mm. Buah yang bobotnya terdiri dari 35% serabut, 12% tempurung,
28% endosperm dan 25% air. Sedangkan endosperm mengandung 52% air, 34% minyak,
3% protein, 1,5% zat gula dan 1% abu. Adapun air kelapa mengandung 2% gula, 4%
zat kering dan zat abu (Djoehana, 1989).
Minyak Kelapa dan Macam2 Prinsip Ekstraksinya
Pada proses ekstraksi
kelapa untuk memperoleh minyak kelapa, terhadap terdapat macam-macam prinsip
ekstraksinya. Berikut adalah macam-macam prinsip ekstraksinya.
2.2.1 Ekstraksi dengan Cara Basah
Ektraksi cara basah
terbagi atas beberapa metode diantaranya adalah metode mekanik, enzimatik,
pengasaman, penggaraman dan pemancingan. Langkah awal pembuatan minyak kelapa
dengan cara basah yaitu daging buah kelapa dibentuk santan. Minyak terkandung
dalam protein santan. Untuk mengekstraksi minyak, lapisan protein perlu
dipecah. Prinsipnya pembuatan minyak kelapa cara basah atau melalui santan
adalah pemecahan sistem emulsi santan melalui denaturasi protein (Ummu, 2014).
a. Teknik Pemanasan (Thermal)
Prosesnya yaitu
melakukan pemanasan terhadap santan yang telah dibuat. Tujuan dari pemanasan
adalah untuk memecah protein sehingga minyak yang terdapat dalam lapisan
protein dapat diekstrak. Keunggulan dari metode ini yaitu dapat diterapkan di
masyarakat karena menggunakan peralatan yang sederhana.
b. Teknik Penggaraman
metode ini dilakukan
dengan tujuan untuk pemecahan sistem emulsi santan dengan cara mengatur
kelarutan protein yang dipengaruhi garam. Protein yang terdapat dalam santan
akan larut dengan adanya penambahan garam, akan tetapi kelarutan garam dapat
turun seiring dengan peningkatan konsentrasi garam. Penurunan tingkat kelarutan
protein diikuti dengan pengikatan molekul-molekul air oleh garam tersebut,
selanjutnya terjadi pemisahan antara cairan minyak dan air.
Proses ini dilakukan
dengan cara penambahan penambahan garam yang mengandung Ca ke dalam santan dan
diaduk supaya campuran antara garam dan santan homogen. Kemudian didiamkan
kurang lebih 12 jam untuk mendapatkan 3 lapisan yaitu air berada paling bawah,
blondo berada di tengah dan minyak berada di atas.
c. Teknik Pengasaman
Prinsip metode ini
yaitu mendapatkan minyak kelapa dengan pengaturan pH yaitu pada pH 4,5 dengan
cara penambahan asam asetat (cuka). Metode ini jauh lebih sederhana, namun
resikonya minyak yang dihasilkan dapat beraroma asam.
d. Teknik Enzimatik
Metode ini memanfaatkan
enzim untuk denaturasi protein dengan bantuan enzim. Beberapa contoh enzim yang
digunakan misalnya papain, bromelain atau protoase. Enzim ditambahkan ke dalam
santan kemudian didiamkan selama kisaran 12 jam selanjutnya dilakukan pemisahan
minyak dari blondo. Kekurangan dari teknik membutuhkan waktu yang relatif lama.
e. Teknik Mekanik
Teknik mekanik
dilakukan untuk bertujuan merusak protein dan air yang menyelubungi minyak.
Caranya yaitu mengaduk santan dengan mixer. Dengan adanya pengadukan terus-menerus
molekul air dan protein dan rusak hingga akhirnya minyak dapat keluar.
2.2.2 Ekstraksi dengan Cara Kering
Metode
ini dilakukan dengan cara daging buah kelapa dibuat dalam bentuk kopra terlebih
dahulu. Daging buah kelapa dapat dijemur atau dikeringkan melalui oven untuk
dibuat dalam bentuk kopra. Kopra juga dilakukan pengecilan ukuran. Semakin
besar luas permukaan yang terkenal tekanan atau gilingan, maka semakin besar
nilai rendemen minyak yang dihasilkan.
Perolehan minyak kelapa dengan cara kering
adalah sebagai berikut. Kopra dicacah kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
Serbuk kopra dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih
mengandung minyak digiling sampai halus dan dipres untuk mengeluarkan
minyaknya. Kemudian minyak diendapkan dan disaring untuk memisahkan dari
partikel tidak larut (Umesh dan Soottawat, 2018).
2.2.3 Ekstraksi dengan Pelarut
Prinsip dari cara ini
yaitu menggunakan pelarut (solvent)
yang dapat melarutkan minyak. Karakteristik pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak
berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Cara
ekstraksi minyak kelapa yaitu kopra dicacah, selanjutnya dihaluskan menjadi
serbuk. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada
ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan
naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) mengalir ke
ruang ekstraksi dan melarutkan minyak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah
penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir dengan
sendirinya menuju ruang penguapan semula. Di ruang penguapan, pelarut yang
mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang
penguapan. Prosesnya berjalan terus hingga 3 jam.
Pelarut yang mengandung
minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak kembali ke ruang
penguapan, tetapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut tersebut
dapat digunakan untuk proses ekstraksi lagi. Penguapan dilakukan sampai tidak
ada lagi residu pelarut pada minyak (Ummu, 2014).
SNI Minyak Kelapa
Terdapat standar minyak
kelapa murni (VCO) yang mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI). Berikut adalah persyaratan mutu minyak kelapa
murni (VCO) berdasarkan SNI
7381-2008.
Tabel
1. Syarat Mutu Minyak Kelapa
No.
|
Jenis uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Keadaan
1.1 Bau
1.2 Rasa
1.3 Warna
Air dan senyawa yang menguap
Bilangan iod
Asam lemak bebas (dihitung sebagai
asam laurat)
Bilangan perosida
Asam lemak :
6.1 Asam kaproat (C6: 0)
6.2 Asam kaprilat (C8: 0)
6.3 Asam kaprat (C10: 0)
6.4 Asam laurat (C12: 0)
|
%
g iod/100 g
%
Mg ek/kg
%
%
%
%
|
Khas kelapa segar, tidak tengik
Normal, khas minyak kelapa
Tidak berwarna hingga kuning pucat
Maks 0,2
4,1 – 11,0
Maks 0,2
Maks 2,0
ND – 0,7
4,6 – 10,0
5,0 – 8,0
45,1 – 53,2
|
Daftar Pustaka:
BSN. 2008. SNI Minyak
Kelapa Virgin 7381-2008. Jakarta
Fadillah, Ummu Farah. 2014. Studi
karakteristik minyak kelapa hasil ekstraksi metode kering. Skripsi. Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Hasanuddin.
Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Universitas Sumatera utara: Medan.
Patil, Umesh dan Soottawat Benjakul.
2018. Coconut milk and coconut oil: their manufacture associated with protein
functionary.Journal of Food Science.
Vol. 0, Iss.0.
0 Response to "Pengertian Minyak Kelapa dan VCO beserta Prinsip Pembuatannya"
Post a Comment