Pengukuran Warna dengan Coloreader dan Luas Permukaan jeruk Nipis
LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISA
MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
Disusun Oleh :
Kelompok 7/ Kelas THP B
1. Ali
Akhmad Akbar (1717101043)
2. Rosy
Ashariantina Risdy (171710101061)
3. Muhammad
Irsyad Hasnim (171710101086)
4. Salsabila
Febriyanti (171710101088)
Asisten : 1. Sayyidah Nilatul Fauziyah
2. Afina
Desi Wulandari
3. Mulyati
Rahmawati
4. Annisafitri
5. Alifia
Rachmawati
6. Dian Pelita Damayanti
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sifat
fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan perancangan suatu alat khusus
untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa perilaku produk dan cara
penanganannya. Karakter fisik pertanian meliputi bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakan, berat, porositas, densitas, dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan (Suharto, 1991). Kegunaan dari pengukuran luas permukaan yaitu untuk
menentukan image-sensor, keperluan otomatisasi dan robotisasi mesin-mesin
pertanian. Salah satu contoh aplikasi luas permukaan seperti daun untuk menentukan kapasitas
fotosintesis, laju pertumbuhan, hubungan tanaman, tanah, dan air. Luas
permukaan buah dan biji penting dalam pengukuran respirasi, penentuan warna,
pemantulan cahaya, dan fenomena transfer panas.
Warna adalah sebuah sensasi fisik jika distribusi energi dari cahaya
direfleksikan atau ditransmisikan melalui bahan pangan. Fungsi dari warna yaitu
menentukan mutu fisik dari bahan pangan. Terdapat tiga unsur warna untuk
menyatakan ukuran warna yaitu hue (warna kromatik), value atau lightness (warna
akromatik atau kecerahan), dan kroma (intensitas warna kromatik). Oleh karena
itu pada praktikum kali dilakukan pengujian
tentang luas permukaan dan warna untuk mengetahui
cara pengukuran warna dan luas permukaan pada bahan pangan.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui cara
mengukur warna suatu bahan pangan dengan deskripsi dan alat.
2.
Mengetahui cara
mengukur luas permukaan suatu bahan pangan dan menentukan massa jenisnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Warna dan Pengukuran Warna
Warna merupakan salah
satu parameter mutu produk pertanian, baik yang masih dalam bentuk segar maupun
setelah diolah sehingga sangat penting untuk mempelajari cara mengukur warna.
Warna digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara fisik maupun
kimia pada suatu produk pertanian (de Man, 1999). Pengukuran warna secara
objektif penting dilakukan pada produk pangan, karena merupakan daya tarik
utama bagi konsumen untuk mengenal dan menyukai sifat-sifatnya.
Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengukur warna adalah colourreader. Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna
dengan menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter.
Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a
menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan kekuningan atau
kebiruan. Cara kerja alat ini adalah ditempelkan pada sampel, yang akan diuji
intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai berbunyi atau
lampu menyala dan akan memunculkannya dalam bentuk angka dan kemudian diukur
pada grafik untuk mengetahui spesifikasi warna (Ditha, dkk.
2016).
Penggunaan pengukuran
menggunakan L a*b* perlu dikembangkan dan dipelajari lebih mendalam karena
pengukuran ini masih terbilang baru. L (Lightness)
menunjukkan tingkat terangnya suatu warna dimana 0 menunjukkan warna hitam dan
100 menunjukkan warna putih. Huruf a merupakan
pengukuran warna kromatik campuran yang menunjukkan warna hijau dan merah,
dimana a+ adalah merah dan a- adalah hijau, sedangkan b merupakan pengukuran
warna kromatik campuran kuning biru yang menunjukkan warna biru dan kuning
dimana b+ adalah kunign dan b- adalah
biru (Hutching, 1999).
2.2
Luas Permukaan
Luas permukaan adalah
area besaran yang menyatakan luas ukuran permukaan suatu benda yang tiga
dimensi. Suatu luas permukaan dibatasi dengan jelas, umumnya luas permukaan
dibatasi oleh kurva tertutup. Luas permukaan adalah penilaian terhadap suatu
benda yang juga diaplikasikan pada suatu industri termasuk juga industri
pengolahan pangan. Luas permukaan adalah rubrik penilaian dan instrumen penting
dalam industri pangan (Tendy, dkk. 2015).
Perhitungan luas
permukaan pada bahan pangan dapat dilakukan dengan teknik pengambilan gambar.
Pada ketinggian 30 cm, kamera dapat mengambil gambar dari buah jeruk nipis
tersebut secara utuh sehingga dapat memberikan perbedaan antara buah jeruk
nipis dengan backgroundnya dan perbedaan ukuran besar, sedang, dan kecilnya
dapat diketahui. Setelah pengambilan gambar, sampel diletakkan pada kertas
milimeter block yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dan perbandingan
luas permukaan sampel jeruk nipis yang telah diambil gambarnya (Thiang dan
Leonardus, 2008).
2.3
Massa Jenis
Densitas atau massa
jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda
dengan volume suatu benda. Massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika
ukuran benda diubah maka massa jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan
massa benda dan kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan
volume benda atau massa benda. Untuk
menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan
timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus
atau yang lainnya. Densitas atau massa jenis dapat ditentukan
menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan menggunakan prinsip
kerja hukum Archimedes yang berbunyi “apabila seluruh atau sebagian permukaan benda
dimasukan atau dicelupkan kedalam suatu zat cair maka benda tersebut mengalami
suatu gay ke atas yang sama besar dengan berat zat cair yang dipindahkan. Densitas atau massa jenis adalah
massa benda tiap volume, secara matematis dapat dirumuskan :
Dimana
|
ρ = massa
jenis zat (kg/m3)
|
|
m = massa
zat (kg)
|
||
V = Volume
zat (m3)
|
Massa jenis adalah
pengukuran massa setiap satuan volume benda, semakin tinggi massa jenis suatu
benda maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda
yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah
dari pada benda yang memiliki massa jenis lebih rendah (Mariana,Z.T,2012).
2.4
Jeruk Nipis
Jeruk
nipis mempunya nama lain Citrus aurantium
subspesies aurantifolia. Jeruk
nipis merupakan kerabat dekat dari jeruk lemon (Citrus lemon). Tanaman jeruk nipis berbentuk perdu, rindang
(rimbun), dan terdapat percabangan. Cabang dan ranting berduri dengan tinggi
tanaman berkisar antara 150 cm – 350 cm. Perakaran tanaman kuat, cukup dalam,
dan mampu tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Bakal buah berbentuk bulat.
Setelah menjadi buah berubah menjadi bundar seperti bola atau bulat lonjong.
Umumnya, jeruk nipis tumbuh satu per satu pada cabang, jarang yang membentuk
dompolan 2 – 3 buah dalam satu tandan. Daging buah berwarna kuning kehijauan,
mengandung air, berasa sangat
asam, dan beraroma sedap khas, serta mengandung asam sitrat yang tinggi
(kisaran 8,7%) (Rukmana, 2003).
Dalam
kehidupan sehari-hari buah jeruk nipis sering digunakan dalam industri jamu,
kosmetika, dan industri minuman. Air buah jeruk nipis kaya akan vitamin C, zat
besi, kalium, gula, dan asam sitrat. Buah ini sangat cocok untuk dikonsumsi oleh
segala usia (Rukmana, 2003). Pada berbagai varietas buah jeruk termasuk juga
jeruk nipis, terdapat juga syarat umum mutu sari buah jeruk yang patut dipenuhi
agar dapat memasuki dunia industri pangan.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau, penggaris, colourreader, neraca,
dan kertas milimeterblok.
3.1.2
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah jeruk nipis.
3.2
Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1
Warna
Pengujian warna pada buah dilakukan dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Alat yang
digunakan pada pengujian warna yaitu colourreader, sedangkan bahan yang
digunakan yaitu jeruk nipis. Pengujian warna dilakukan dengan mengambil gambar
buah pada jarak tertentu. Setelah itu dilakukan pendeskripsian warna buah dan
pengukuran warna menggunakan colourreader pada 5 titik yang berbeda. Cara kerja
colourreader adalah dengan cara menempelkan pada sampel yang akan diuji
intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai berbunyi. Setelah
itu hasil pengukuran akan muncul dalam bentuk angka pada layar.
3.2.2 Luas Permukaan
Pengukuran luas penampang pada buah dilakukan dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Alat yang
digunakan pada pengujian warna yaitu penggaris dan pisau, sedangkan bahan yang
digunakan yaitu jeruk nipis. Pengukuran luas penampang dilakukan dengan
mengukur tebal buah menggunakan
penggaris terlebih dahulu, kemudian dilakukan penimbangan buah menggunakan
neraca. Setelah itu dilakukan pengupasan kulit buah kemudian dilakukan penataan
kulit buah pada kertas milimeterblok dan dilakukan pengukuran panjang dan lebar
menggunakan penggaris. Hal ini bertujuan agar luas permukaan dari kulit buah
lebih mudah dihitung.
BAB 4. HASIL
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1
Warna
1. Visual
Sampel
|
Pengamatan Warna
|
|||
Belum Matang
|
Agak Matang
|
Hampir Matang
|
Matang
|
|
Jeruk Nipis
|
||||
Hijau menyeluruh
|
Hijau sedikit kekuningan
|
Hijau kekuningan
|
Kuning kehijauan
|
2. Coloreader
Sampel
|
Ulangan
|
dL
|
da
|
db
|
Jeruk nipis belum matang
|
1
|
+41,9
|
-1,8
|
+33,9
|
2
|
-4,8
|
+2,2
|
-6,2
|
|
3
|
-5,9
|
-0,6
|
-7,7
|
|
4
|
-1,9
|
-1,4
|
-0,9
|
|
5
|
-5,2
|
+0,1
|
-5,2
|
|
Jeruk nipis agak matang
|
1
|
-0,2
|
+0,2
|
-0,7
|
2
|
+3,1
|
+1,5
|
+3,9
|
|
3
|
-1,6
|
+1,9
|
-3,0
|
|
4
|
-0,5
|
+3,4
|
-4,1
|
|
5
|
+2,8
|
+2,0
|
+3,2
|
|
Jeruk nipis hampir matang
|
1
|
+5,2
|
+0,1
|
+8,3
|
2
|
-0,1
|
-0,1
|
-1,3
|
|
3
|
+5,7
|
+0,3
|
+5,4
|
|
4
|
+7,6
|
+2,1
|
+10,9
|
|
5
|
-2,0
|
-0,2
|
-2,9
|
|
Sampel
|
Ulangan
|
dL
|
da
|
db
|
Jeruk nipis matang
|
1
|
+3,8
|
+2,3
|
+4,4
|
2
|
+5,1
|
+4,3
|
+7,5
|
|
3
|
+6,6
|
+1,9
|
+8,9
|
|
4
|
+7,2
|
+3,7
|
+11,9
|
|
5
|
+5,0
|
+2,9
|
+8,3
|
Keterangan :
dL standar = 94,35 dL
keramik = +64,6
da = -5,75 da keramik = +2,9
db = +6,51 db keramik = + 0,1
4.1.2
Luas
Permukaan
Sampel
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Ketebalan (cm)
|
Berat (gram)
|
Jeruk Nipis Belum Matang
|
17
|
2
|
3,6
|
27,2
|
Jeruk Nipis Agak Matang
|
20
|
2
|
3,7
|
24,6
|
Jeruk Nipis Hampir Matang
|
15
|
3
|
3,7
|
29
|
Jeruk Nipis Matang
|
14
|
3
|
3,9
|
34,3
|
4.2
Hasil Perhitungan
4.2.1
Uji Warna
Sampel
|
L
|
a*
|
b*
|
Jeruk nipis
belum matang
|
69,42
|
2,6
|
2,88
|
Jeruk nipis agak
matang
|
65,32
|
4,7
|
-0,04
|
Jeruk nipis
hampir matang
|
67,88
|
3,34
|
4,18
|
Jeruk nipis
matang
|
70,14
|
5,92
|
8,3
|
4.2.2
Luas Permukaan
Sampel
|
Luas (cm2)
|
Volume (cm3)
|
Massa Jenis (kg/m3)
|
Jeruk Nipis Belum Matang
|
34
|
122,4
|
0,23
|
Jeruk Nipis Agak Matang
|
40
|
148
|
0,17
|
Jeruk Nipis Hampir Matang
|
45
|
166,5
|
0,17
|
Jeruk Nipis Matang
|
42
|
163,8
|
0,21
|
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1
Warna
Warna
merupakan salah satu parameter mutu produk pertanian, baik yang masih dalam
bentuk segar maupun setelah diolah sehingga sangat penting untuk mempelajari
cara mengukur warna. Warna digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
secara fisik maupun kimia pada suatu produk pertanian (de Man, 1999). Pengujian warna terhadap jeruk nipis dilakukan dengan
dua macam cara yaitu secara visual menggunakan mata dan secara fisika
menggunakan colourreader. Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna
dengan menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter (Ditha,
dkk. 2016). Jeruk nipis yang digunakan
ada empat macam yaitu jeruk nipis belum matang,
jeruk nipis agak matang, jeruk nipis hampir matang, dan jeruk nipis matang.
Pengujian warna secara visual dilakukan dengan mengambil gambar buah pada jarak
tertentu kemudian dilakukan pendeskripsian warna buah. Setelah itu dilakukan
pengukuran warna menggunakan colourreader pada 5 titik yang berbeda. Hasil yang
didapatkan setelah dilakukan pendeskripsian warna jeruk nipis belum matang,
jeruk nipis agak matang, jeruk nipis hampir matang, dan jeruk nipis matang
secara berturut-turut yaitu hijau menyeluruh, hijau sedikit kekuningan, hijau kekuningan, dan kuning kehijauan. Hal ini sesuai
dengan teori Arham (2004)
yang
menyatakan bahwa warna hijau pada jeruk nipis menandakan bahwa buah belum
matang dan akan berubah menjadi kuning kecoklatan ketika matang.
Pengukuran warna
menggunakan colourreader menghasilkan data berupa nilai L, a*, dan b*. Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan
warna putih, lambang a menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b
menunjukkan kekuningan atau kebiruan. (Ditha, dkk. 2016). Berdasarkan pengukuran warna yang telah dilakukan,
didapatkan hasil berupa nilai rata-rata L, a*, dan b*. Nilai rata-rata L pada
sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis agak matang, jeruk nipis hampir
matang, dan jeruk nipis matang secara berturut-turut yaitu 69,42; 65,32; 67,88;
dan 70,14. Nilai rata-rata a* pada sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis
agak matang, jeruk nipis hampir matang, dan jeruk nipis matang secara
berturut-turut yaitu 2,6; 4,7; 3,34; dan 5,92. Sedangkan nilai rata-rata Nilai
rata-rata b* pada sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis agak matang,
jeruk nipis hampir matang, dan jeruk nipis matang secara berturut-turut yaitu
2,88; -0,04; 4,18; dan 8,3. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
nilai L, a*, dan b* mengalami fluktuasi.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
cerah warna kulit jeruk nipis maka nilai L (Lightness)
juga semakin besar. Huruf a*
merupakan
pengukuran warna kromatik campuran yang menunjukkan warna hijau dan merah,
dimana a+ adalah merah dan a- adalah hijau. Hal ini tidak sesuai dengan teori sedangkan
b merupakan pengukuran warna kromatik campuran kuning biru yang menunjukkan
warna biru dan kuning dimana b+ adalah kuning dan b- adalah biru (Hutching,
1999).
5.2 Luas Permukaan
Luas
permukaan adalah area besaran yang menyatakan luas ukuran permukaan suatu benda
yang tiga dimensi. Suatu luas permukaan dibatasi dengan jelas, umumnya dibatasi
oleh kurva tertutup. Luas permukaan adalah penilaian terhadap suatu benda yang
juga diaplikasikan pada suatu industri termasuk industri pengolahan pangan.
Luas permukaan adalah rubrik penilaian dan instrumen penting dalam industri
pangan (Tendy, dkk. 2015). Perhitungan luas permukaan pada bahan pangan dapat
dilakukan dengan teknik pengambilan gambar. Pada ketinggian 30 cm, kamera
mengambil gambar dari buah jeruk nipis secara utuh sehingga dapat memberikan
perbedaan antara buah dengan background. Setelah pengambilan gambar, kulit buah
ditata pada kertas milimeter block yang berfungsi untuk melakukan perhitungan
dan perbandingan luas permukaan sampel jeruk nipis (Thiang dan Leonardus,
2008).
Dalam praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
luas pada sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis agak matang, jeruk nipis
hampir matang, dan jeruk nipis matang secara berturut-turut yaitu 34 cm2,
40 cm2, 45 cm2, dan 42 cm2. Berdasarkan data hasil perhitungan tersebut
diketahui bahwa semakin matang buah, maka semakin besar pula luas permukaannya.
Namun pada buah jeruk nipis yang sudah matang terjadi penyimpangan data yang
menunjukkan bahwa luas permukaan jeruk nipis matang lebih kecil daripada jeruk
nipis hampir matang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ukuran buah dapat mempengaruhi laju respirasi, hal ini berhubungan dengan luas permukaan. Semakin
lambat laju respirasi maka akan mempengaruhi ukuran luas permukaan dan warna
pada buah. Hal ini menandakan buah yang matang memiliki ukuran luas permukaan
yang lebih besar (Afandi, 1984).
Pada praktikum ini juga dilakukan perhitungan volume
dan massa jenis. Volume sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis agak matang, jeruk
nipis hampir matang, dan jeruk nipis matang secara berturut-turut yaitu 122,4
cm3, 148 cm3, 166,5 cm3, dan 163,8 cm3.
Perhitungan volume dilakukan dengan
mengalikan luas permukaan buah dengan tebal atau diameter buah, dimana pada
praktikum ini diameter atau tebal buah memiliki nilai 3,5-4 cm. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa jeruk nipis memiliki diameter atau tebal
buah ±3-6 cm (Arham, 2004).
Densitas
atau massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara
massa benda dengan volume suatu benda. Massa jenis
sampel jeruk nipis belum matang, jeruk nipis agak matang, jeruk nipis hampir
matang, dan jeruk nipis matang secara berturut-turut yaitu 0,23 kg/m3;
0,17 kg/m3; 0,17 kg/m3; dan 0,21 kg/m3. Massa jenis dihitung denga cara membagi berat buah
dengan volume buah, sehingga hasil yang didapatkan tetap mengikuti berat dan
volume buah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa massa
jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka massa
jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan
volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda (Mariana,Z.T,2012).
BAB 6. PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengukuran warna
dilakukan dengan cara visual dan fisik menggunakan colour reader. Pada pengukuran warna dengan
cara visual didapatkan hasil yaitu jeruk nipis yang belum matang berwarna
hijau, jeruk nipis agak matang berwarna hijau kekuningan ,jeruk nipis hampir
matang berwarna kuning kehijauan, dan jeruk nipis matang berwarna kuning.
Pengukuran cara fisik menggunakan colour
reader mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan cara visual hal ini
dikarenakan kesalahan pengambilan titik pengkuran warna pada permukaan jeruk
nipis
2.
Pengukuran luas
permukaan dihitung dengan menggunakan
teknik pengambilan gambar pada ketinggiian 30 cm dan diletakkan pada
milimeter block, sehingga diketahui bahwa jeruk yang lebih matang memiliki luas
permukaan yang lebih luas sedang massa jenis nya tidak meningkat beriringan
dengan luas permukaan.
6.2
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah praktikan
harus memahami prosedur yang telah diberikan agar tidak terjadi kesalahan yang
mengakibatkan perubahan hasil dan praktikan harus lebih teliti saat melihat
hasil pengukuran fisik menggunakan colour reader karena dapat memmpengaruhi
keseluruhan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, Zainul.
2004. Evaluasi Mutu Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Dengan Pengolahan
Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan. Pengantar
Falsafah Sains (PPS702). Institut Pertanian Bogor
De Man. J. M.
1999. Principles of Food Chemistry Third
edition. Gaithersburg: An Aspen Publication.
Ditha Novi A,
Lilik E.R dan Purwadi. 2016. Penambahan Carboxymethyle Cellulose (CMC) pada
Minuman Madu Sari Apel Ditinjau Dari Rasa, Roma, Warna, pH, Viskositas, dan
Kekeruhan. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak 11(1) : 59-68.
Hutching, J.B.
1999. Food Color and Apearance.
Maryland :Aspen publisher Inc.
Indrotanoto,
Leonardus dan Thiang. 2008. Otomasi Pemisah Buah Tomat Berdasarkan Ukuran dan
Warna Menggunakan Webcam Sebagai Sensor. Seminar
Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya.
Mariana, Z.T.
2012. Penuntun Praktikum Fisika Pertanian.
Madura: Fakultas Pertanian Universitas Trujoyono.
Rukmana, Rahmat.
2003. Jeruk Nipis Prospek Agribisnis,
Budi Daya, dan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tendy Oktriawan,
Noor F dan Ila R. 2015. Pengembangan Instrumen Asesman Kinerja pada Praktikum
Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Luas Permukaan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 4 (2) : 593-604.
Baca juga: Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Hulu Lateks
0 Response to "Pengukuran Warna dengan Coloreader dan Luas Permukaan jeruk Nipis"
Post a Comment