Laporan Praktikum : Angka Penyabunan, Angka Peroksida, Bilangan Iod dan Bilangan Asam
Universitas Jember |
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lipida merupakan
komponen yang perlu diperhatikan dalam industri pangan. Cara untuk mengukur
kualitas dari lipida itu sendiri, dapat dilakukan penilaian berdasar dengan
parameter pengujian yang mencakup angka penyabunan, angka peroksida, bilangan
iod, bilangan asam dan parameter lainnya. Beberapa contoh bahan hasil pertanian
yang kualitas mutunya ditentukan oleh lemak, yaitu minyak kelapa/VCO, minyak
sawit, minyak kedelai dan minyak curah. Oleh karena itu, parameter yang dapat
mempengaruhi kualitas lipida perlu diperhatikan.
Angka penyabunan
merupakan banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak.
Angka penyabunan bernilai tinggi, jika berat molekul asam lemak rendah.
Kemudian angka asam merupakan suatu bilangan atau angka yang menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak, berasal dari
peranan enzim lipase. Selain itu angka asam juga dinyatakan sebagai banyaknya
mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam setiap g lemak
(Djarir, Dkk. 2002).
Parameter lainnya yaitu
angka peroksida dan bilangan iod. Angka peroksida merupakan indeks jumlah lemak
atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Asam lemak tidak jenuh mudah
teroksidasi oleh oksigen menghasilkan suatu senyawa peroksida. Bilangan
peroksida tinggi mengisyaratkan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi.
Senyawa peroksida dapat membuat munculnya bau tengik dan kerusakan bahan pangan
(Khoirun, Dkk. 2019). Sedangkan bilangan iod adalah bilangan yang menunjukkan
berapa mg halogen (dinyatakan sebagai iodin) yang dapat diikat oleh 100 mg
lemak, atau berapa persen perbandingan halogen yang dapat diikat lemak (Yayan
dan Agus, 2007).
Adanya beberapa
parameter yang menentukan kualitas lipida, maka diperlukan pemahaman mengenai
bagaimana menjaga kualitas lipida dengan memperhatikan parameter tersebut.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum dengan topik lipida adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui kualitas minyak dari berbagai
bahan dengan berbagai parameter pengujian.
2.
Mengetahui cara pengujian dengan
berbagai parameter.
BAB
2. METODOLOGI
2.1
Alat dan Bahan
Berikut adalah beberapa
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lipida:
2.1.1 Alat
1.
Erlenmeyer 250 ml
2.
Beaker glass 100 ml
3.
Pipet ukur 10 ml
4.
Gelas ukur 50 ml
5.
Neraca analitik
6.
Hotplate
7.
Pipet tetes
8.
Buret
9.
Spatula kaca
2.1.2 Bahan
1.
Minyak kelapa/VCO
2.
Minyak sawit
3.
Minyak kedelai
4.
Minyak curah
5.
Tissue
6.
Aluminium foil
2.2
Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
2.2.1 Skema Kerja
a. Angka PenyabunanSkema kerja analisis Angka Penyabunan |
Skema kerja analisis Angka Peroksida |
Skema kerja Bilangan Iod |
2.2.2 Fungsi Perlakuan
a. Angka Penyabunan
Langkah pertama dalam
menganalisis angka penyabunan adalah menyiapkan sampel sebanyak 5 gram, sampel
tersebut terdiri dari minyak kelapa/VCO, minyak sawit dorang, minyak kelapa
dorang, minyak klentik, dan minyak kelapa barco. Langkah selanjutnya
masing-masing sampel ditambahkan 50 ml KOH alkoholik 0.5 N, lakukan pengadukan
sampai rata lalu ditutup rapat. Setelah itu dilakukan pendidihan hingga tidak
ada butir minyak dengan kondensor/pendinginan balik kurang lebih selama 10
menit. Setelah itu dibiarkan hingga dingin, setelah dingin dilakukan titrasi
hingga bening dilakukan dengan cara penambahan HCI 0,5 N + tetes pp. Jika
sampel sudang bening, maka dilakukan perhitungan angka penyabunan dengan rumus
volume titrasi blanko dikurangi volume titrasi sampel, hasilnya dikali
normalitas HCI, selanjutnya dikali BM KOH dan kemudian hasilnya dibagi massa
sampel (gram).
b. Angka Peroksida
Langkah pertama adalah
penyiapan sampel minyak sebanyak 5 gram. Sampel tersebut terdiri dan minyak
sawit dorang, minyak kelapa dorang, minyak kelapa, minyak klentik dan minyak
kelapa barco. Setelah itu masing-masing sampel ditambahkan 30 ml larutan asam
asetat dan chloroform, dengan perbandingan (3:2). Kemudian dilakukan pengadukan
hingga tampak larut lalu ditutup rapat. Langkah selanjutnya dilakukan
penambahan 0.5 ml KI jenuh dan dilakukan pendiaman 1 min sambil dikocok
sesekali.
Langkah selanjutnya
dilakukan penambahan amilum 0,5 ml serta adanya penambahan 30 ml aquades.
Kemudian lakukan pengadukan hingga berwarna biru/ungu gelap. Selanjutnya
dilakukan titrasi kembali hingga bening/warna biru hilang dengan adanya
penambahan NaS203 0.1 N. Langkah terakhir dilakukan perhitungan hasil angka
peroksida.
c. Bilangan Iod
Langkah pertama adalah
penyiapan sampel minyak sebanyak 5 gram. Sampel tersebut terdiri dari minyak
sawit dorang, minyak kelapa dorang, minyak kelapa, minyak klentik dan minyak
kelapa barco. Setelah itu masing-masing sampel dilakukan penambahan 15 ml CHCI3
+ 25 ml iodium hanus serta dilakukan pengadukan hingga larut lalu ditutup
rapat. Kemudian dilakukan penyimpanan di ruang gelap/ditutup aluminium foil
selama 30 menit. Setelah itu dilakukan penambahan 10 ml KI 15% + aquades 25 ml
serta dilakukan pengadukan hingga merata. Langkah selanjutnya dilakukan titrasi
hingga warna kuning/lebih cerah dengan cara penambahan Na2S2O3 0.1 N. Setelah
itu dilakukan penambahan amilum 1% serta dilakukan pencampuran hingga biru/ungu
gelap. Setelah berubah warna menjadi biru/ungu gelap, selanjutnya dilakukan
titrasi hingga bening/warna biru hilang dengan cara penambahan NaS2O3 0.1 N.
Langkah terakhir dilakukan perhitungan hasil bilangan iod.
Langkah pertama adalah
penyiapan sampel minyak sebanyak 5 gram. Sampel tersebut terdiri dari minyak
sawit dorang, minyak kelapa dorang, minyak kelapa, minyak klentik dan minyak
kelapa barco. Langkah selanjutnya dilakukan penambahan 50 ml alkohol 96%,
lakukan pengadukan untuk lebih meratakan. Setelah itu dilakukan pendidihan
selama 10 menit menggunakan kondensor. Langkah selanjutnya dilakukan penambahan
2 tetes indikator pp kemudian dilakukan pengadukan merata. Kemudian dilakukan
titrasi hingga berubah warna menjad merah muda dengan cara penambahan NaOH 0.1
N. Langkah terakhir lakukan perhitungan hasil bilangan asam. Perhitungan
bilangan asam dilakukan dengan cara yaitu volume titrasi sampel dikali
normalitas NaoH, hasil dikali BM NaOH dan kemudian hasilnya dibagi massa sampel
(gram).
BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN
PERHITUNGAN
3.1
Hasil Pengamatan
3.1.1
Angka Penyabunan
Sampel
|
Volume
titrasi (ml)
|
|
Ulangan
1
|
Ulangan
2
|
|
Blanko
|
39,7
|
39,7
|
Minyak Sawit dorang
|
13
|
22,6
|
Minyak Kelapa dorang
|
4,7
|
6,1
|
VCO
|
7,9
|
7,1
|
Minyak Klentik
|
4,7
|
7,5
|
Minyak
Kelapa barco
|
4,5
|
7
|
3.1.2
Angka Peroksida
Sampel
|
Berat Sampel (g)
|
Ulangan 1 (mL)
|
Ulangan 2 (mL)
|
Minyak Sawit
Dorang
|
5
|
0,5
|
0,7
|
Minyak Kelapa
Dorang
|
5
|
0,6
|
0,7
|
VCO
|
5
|
1,2
|
0,9
|
Minyak Klentik
|
5
|
0,6
|
0,8
|
Minyak Kelapa
Barco
|
5
|
0,6
|
0,7
|
3.1.3 Bilangan Iod
Sampel
|
Berat
Sampel (g)
|
Ulangan
1
|
Ulangan
2
|
||
V.
Titrasi 1 (mL)
|
V.
Titrasi 2 (mL)
|
V.
Titrasi 1 (mL)
|
V.
Titrasi 2 (mL)
|
||
Blanko
|
5
|
43,8
|
6.2
|
43,8
|
6,2
|
Minyak
sawit dorang
|
5
|
3,5
|
1,4
|
0,7
|
2,9
|
Minyak
kelapa dorang
|
5
|
6,5
|
0,5
|
5,3
|
5,3
|
VCO
|
5
|
17,2
|
6,8
|
6,2
|
13,2
|
Minyak
klentik
|
5
|
13,5
|
6,1
|
15,5
|
9,6
|
Minyak
kelapa barco
|
5
|
7,2
|
2,3
|
9,7
|
8,5
|
3.1.4
Bilangan Asam
Sampel
|
Berat (g)
|
Volume NaOH (ml)
|
||
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
|
Minyak
Dorang Sawit
|
5
|
5
|
0,6
|
1,1
|
Minyak
Dorang Kelapa
|
5
|
5
|
0,8
|
1,3
|
VCO
|
5,8
|
5
|
0,5
|
0,8
|
Minyak Klentik
|
5,44
|
5
|
1,8
|
1,4
|
Minyak Barco
Kelapa
|
5
|
5
|
0,5
|
0,7
|
3.2
Hasil Perhitungan
3.2.1 Angka Penyabunan
Sampel
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Rata-rata
|
Minyak sawit dorang
|
149,8
|
95,94
|
122,87
|
Minyak kelapa dorang
|
196,36
|
188,51
|
192,435
|
VCO
|
178,42
|
182,9
|
180,66
|
Minyak Klentik
|
196,36
|
180,66
|
188,51
|
Minyak kelapa barco
|
197,49
|
183,47
|
190,48
|
3.2.2 Bilangan Peroksida
Sampel
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Rata-rata
|
Minyak
Sawit Dorang
Minyak
Kelapa Dorang
VCO
Minyak
Klentik
Minyak
Kelapa Barco
|
100
120
240
120
120
|
140
140
180
160
140
|
120
130
210
130
130
|
3.2.3
Bilangan Iod
Sampel
|
Bilangan
Iod
|
Rata-Rata
|
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
||
Minyak
sawit dorang
|
0,11
|
0,12
|
0,115
|
Minyak
kelapa dorang
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
VCO
|
0,07
|
0,08
|
0,075
|
Minyak
klentik
|
0,08
|
0,06
|
0,07
|
Minyak
kelapa barco
|
0,10
|
0,08
|
0,09
|
3.2.4 Bilangan Asam
Sampel
|
Nilai Bilangan Asam
|
Rata-rata
|
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
||
Minyak
Dorang Sawit
|
0,48
|
0,88
|
0,68
|
Minyak
Dorang Kelapa
|
0,64
|
1,04
|
0,84
|
VCO
|
0,34
|
0,64
|
0,49
|
Minyak
Klentik
|
1,32
|
1,12
|
1,22
|
Minyak Barco
Kelapa
|
0,4
|
0,56
|
0,48
|
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1
Angka Penyabunan
Angka penyabunan
merupakan parameter penilaian yang menunjukkan banyaknya mg KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 g lemak. Angka penyabunan bernilai tinggi pada asam lemak
yang berat molekul rendah (Djarir Dkk, 2002). Berdasarkan data pengamatan angka
penyabunan, dapat diketahui hasilnya melalui grafik berikut ini:
Berdasarkan
data tersebut, dapat diketahui bahwa angka penyabunan tertinggi ada pada sampel
minyak kelapa dorang dengan nilai rata-rata 192,435. Sedangakan sampel dengan
angka penyabunan terendah ada pada minyak sawit dorang dengan nilai rata-rata 122,87.
Data tersebut menunjukkan bahwa minyak kelapa dorang yang memiliki nilai angka
penyabunan tinggi, menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki asam lemak dengan
berat molekul terendah. Sebaliknya, minyak sawit dorang yang memiliki nilai
angka penyabunan terendah menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki asam lemak
dengan berat molekul tertinggi. Sedangkan 3 sampel minyak lainnya yaitu minyak
kelapa (VCO), minyak klentik dan minyak kelapa barco, memiliki nilai angka
penyabunan yang relatif hampir sama atau tidak berbeda signifikan.
4.2
Angka Peroksida
Angka peroksida adalah
indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Minyak yang
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dapat lebih mudah teroksidasi oleh
oksigen menghasilkan suatu senyawa peroksida. Bilangan peroksida yang tinggi
menunjukkan bahwa lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi. Senyawa peroksida
dapat membuat munculnya bau tengik dan kerusakan bahan pangan (Khoirun Dkk,
2019).
Berdasarkan data
pengamatan angka peroksida, dapat diketahui melalui grafik berikut ini:
Berdasarkan
grafik tersebut, dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki nilai angka
peroksida tertinggi ada pada minyak VCO dengan nilai rata-rata sebesar 210.
Sedangkan sampel dengan nilai angka peroksida terendah, ada pada minyak sawit
dorang dengan nilai rata 120. Data tersebut menunjukkan bahwa minyak VCO yang
memiliki angka peroksida tertinggi, lebih mudah mengalami oksidasi dikarenakan
oksigen. Oksidasi yang terjadi, umumnya lebih banyak terjadi pada asam lemak
tidak jenuh dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Sedangkan minyak sawit dorang
yang memiliki nilai peroksida terendah, menunjukkan lebih tahan terhadap oksidasi
yang disebabkan oleh oksigen dibandingkan dengan sampel lain. Minyak sawit dorang lebih tahan terhadap
oksidasi disebabkan karena minyak sawit dorang lebih banyak mengandung asam
lemak jenuh dibandingkan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ikatan
karbonnya tunggal, lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan dengan asam lemak
tidak jenuh yang terdapat ikatan rangkap karbon sehingga mudah mengalami
oksidasi (ISEO Member Companies, 2016).
Sedangkan
tiga sampel lainnya yaitu minyak kelapa dorang, minyak klentik, dan minyak
kelapa barco, memiliki nilai rata-rata angka peroksida yang sama yaitu 130 dan
nilai angka peroksida tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai angka peroksida
minyak sawit dorang.
4.3
Bilangan Iod
Bilangan
iodin adalah bilangan yang menunjukkan berapa jumlah mg halogen (disebut sebagai
iodin) yang diperlukan untuk menjenuhkan asam lemak tidak jenuh yang terdapat
dalam 100 gram lemak. Angka Iodin yang diketahui maka dapat ditentukan berapa
banyak jumlah ikatan rangkap yang terdapat dalam 1 mol asam lemak tidak jenuh,
sehingga dapat diketahui jumlah senyawa hidrogen yang diperlukan untuk dapat
melakukan proses hidrogenasi, atau proses penjenuhan asam lemak tidak jenuh
(Suyatno. Dkk, 2004). Berikut adalah data pengamatan yang menunjukkan nilai
bilangan iodin sampel-sampel minyak, disajikan dalam grafik di bawah ini.
Berdasarkan grafik
tersebut dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki nilai bilangan iod
tertinggi adalah minyak sawit dorang dengan nilai rata-rata 0,115. Sedangkan
sampel yang memiliki nilai bilangan iod terendah adalah minyak klentik dengan
nilai rata-rata 0,07. Minyak sawit dorang yang bilangan iodnya tertinggi,
menunjukkan bahwa minyak tersebut selain dominan terhadap asam lemak jenuh
yaitu asam palmitat C16 : 0, minyak sawit juga dominan terhadap asam lemak
tidak jenuh yaitu asam oleat C18 : 1. Dominannya juga asam lemak tidak jenuh
pada minyak sawit, membuat bilaangan iod pada minyak sawit dorang juga tinggi
(Iyung, 2007). Sedangkan sampel dengan bilangan iod terendah ada pada minyak
klentik dengan nilai rata-rata 0,07. Data tersebut menunjukkan bahwa minyak
klentik kandungan asam lemak tidak jenuhnya, atau ikatan rangkap karbon pada
asam lemak lebih rendah sehingga minyak klentik lebih banyak mengandung asam
lemak jenuh. Tingginya asam lemak jenuh yang ikatan rangkap karbonnya tunggal
membuat rendahnya nilai bilangan iod minyak klentik.
4.4
Bilangan Asam
Bilangan
asam adalah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk dapat bisa menetralkan
asam-asam lemak bebas di dalam suatu komponen. Oleh karena itu, nilai bilangan
asam yang tinggi menunjukkan bahwa tingginya kandungan asam lemak bebas pada
suatu bahan atau produk (Erliza dkk, 2006). Berikut ini adalah grafik yang
menunjukkan data pengamatan bilangan asam pada sampel-sampel minyak:
Berdasarkan
grafik tersebut dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki nilai bilangan asam
tertinggi adalah minyak klentik dengan nilai rata-rata 1,22. Sedangkan sampel
yang memiliki nilai bilangan asam yang paling rendah ada pada minyak barco
kelapa dengan nilai rata-rata bilangan asam 0,48. Kemudian disusul dengan
minyak VCO dengan nilai rata-rata bilangan asam 0,49. Minyak klentik yang
tinggi nilai bilangan asam menunjukkan bahwa minyak klentik memiliki kandungan
asam lemak bebas yang tinggi. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi dapat
mempengaruhi kualitas asam lemak menjadi lebih buruk. Kemungkinan kandungan
asam lemak bebas yang tinggi pada minyak klentik disebabkan karena minyak
klentik diolah secara tradisional, sehingga tidak ada parameter standar untuk
memperoleh minyak klentik yang berkualitas. Sedangkan minyak VCO dan minyak
barco kelapa yang nilai bilangan asamnya rendah menunjukkan bahwa kandungan
asam lemak bebas pada VCO dan minyak barco kelapa rendah. Kandungan asam lemak
bebas yang rendah pada VCO dan minyak barco kelapa, membuat kualitas mutu asam
lemak pada VCO dan minyak barco kelapa lebih baik.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Angka penyabunan merupakan parameter
penilaian yang menunjukkan mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 g lemak.
2. Angka peroksida adalah indeks jumlah
lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi.
3. Bilangan iod adalah bilangan yang
menunjukkan berapa jumlah mg halogen (disebut iodin) yang diperlukan untuk
menjenuhkan asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam 100 gram lemak.
4. Bilangan asam adalah banyaknya miligram
KOH yang dibutuhkan untuk bisa menetralkan asam-asam lemak bebas di dalam suatu komponen.
5. Kualitas mutu jenis minyak sangat
mempengaruhi hasil analisis minyak dari angka penyabunan, angka peroksida,
bilangan iod dan bilangan asam.
5.1 Saran
Praktikum dapat berjalan
dengan sukses dan lancar namun terdapat beberapa kendala yang patut dibenahi.
Beberapa kendala tersebut yaitu kurang lengkapnya peralatan praktikum sehingga
praktikum kurang efektif dan efisien. Alangkah lebih baik jika peralatan
praktikum dapat tersedia lebih lengkap sehingga pelaksanaan praktikum dapat
berjalan lebih cepat dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Djarir Makfoeld, dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Erliza Hambali, dkk. 2006. Jarak Pagar: Tanaman Penghasil Biodiesel.
Depok: Penebar Swadaya.
ISEO Member Companies. 2016. Food Fats and Oils. Washington:
Institute of Shortening and Edibles Oils.
Khoirun. N, Yulianto. A. P, dan A’yunil.
H. 2019. Biokimia: Penuntun Praktikum
Biokimia. CV. Pasuruan: Penerbit Qiara Media
Pahan, Iyung.
2007. Buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunaryo, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007.
Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung: Setia Purna Inves.
Suyatno, dkk. 2004. Kimia SMA Kelas 3. Jakarta: Penerbit Grasindo.
0 Response to "Laporan Praktikum : Angka Penyabunan, Angka Peroksida, Bilangan Iod dan Bilangan Asam"
Post a Comment