Makalah Produksi Metabolit Asam Glutamat
Universitas Jember |
MAKALAH
PRODUKSI METABOLIT ASAM GLUTAMAT
TEKNOLOGI
BIOPROSES PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
|
Disusun
oleh :
|
|
Kelompok
8/ THP B 17 : 1. Nadya Bella . M
|
(171710101051)
|
|
2.
|
Muhammad
Irsyad . H
|
(171710101086)
|
3.
|
Ulfi
Dwi Putri . A
|
(171710101108)
|
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jasad hidup memerlukan bahan
makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, seperti halnya mikroba. Mikroba
memerlukan bahan-bahan organik dan anorganik yang diambil dari lingkungannya.
Biosintesis sebagai salah satu kegiatan jasad hidup di dalam proses metabolisme
yang berbeda dengan nutrisi karena diperlukan sumber energi. Asam glutamat
merupakan asam amino yang banyak diproduksi, yakni sekitar 4 juta ton setiap
tahun. Glutamat adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita
untuk keperluan metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein. Beberapa jenis makanan yang mengandung glutamat dari alam
adalah tomat, keju, saos soya, saos ikan, dan bahkan juga terdapat di air susu
ibu (ASI). Asam glutamat biasanya digunakan pada produksi MSG. Asam glutamat
sebagian dapat dihasilkan dengan cara menggunakan mikroba. Berbagai teknik yang
telah diketahui dalam pembuatan asam L-glutamat, tapi memiliki bermacam variasi
efisiensi dalam konversi gula menjadi asam glutamat. Dalam semua sistem dan di
antara parameter lain, ekskresi asam glutamat oleh sel-sel bakteri memiliki
tingkat faktor peleburan (Susanto dan Sucipto., 1994). Produksi asam glutamat
dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba tertentu. Oleh karena itu, makalah
ini dibuat untuk mengetahui mekanisme produksi asam glutamat dan faktor-faktor
lain yang berpengaruh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui mekanisme produksi asam glutamat.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Sumber Produk
Asam £-Glutamat diproduksi oleh
bakteri gram positif yang bersifat tidak membentuk spora, non-motil, dan membutuhkan biotin untuk tumbuh. Strain
mikroba yang menghasiilkan Asam £-Glutamat tercantum dalam tabel 2.1 berikut
Tabel 2.1 Strain Mikroba Penghasil Asam £-Glutamat
Genus
|
Spesies
|
|
|
Corynebactericum
|
C.glutamicum, C.lilium,
C.
|
callunae,
|
|
|
C.herculis.
|
|
|
Brevibactericum
|
B.
divaricatum,
|
B.aminogenes, B.
|
|
|
flavum,
B.lactofermentum,
|
B.roseum,
|
|
|
B.immariophilum,
|
B.alunicum,
|
|
|
B.ammoniagenes, B.thiogenitalis.
|
||
Microbactericum
|
M.salicinovolum,
|
M.ammoniaphilum,
|
|
|
M. Flavum var.glutamicum.
|
|
|
Arthrobacter
|
A.globiformis, A.aminofaciens.
|
||
Sumber :
Judoamidjojo et. al (1990)
Menurut Judoamidjojo et. al (1990) kondisi kultur dapat
dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :
1. Sumber karbon
Bakteri penghasil asam £-Glutamat
dapat menggunakan berbagai macam sumber karbon, seperti glukosa, fruktosa,
sukrosa, maltosa, ribosa, atau silosa, sebagai substrat untuk pertumbuhan sel
dan biosintesis asam glutamat. Konsentrasi biotin pada medium harus benar-benar
dikontrol dalam level suboptimal agar memaksimalkan pertumbuhan sehingga
diperoleh asam glutamat yang tinggi. Oleh karena itu, bahan baku kaya biotin,
seperti molase dari gula bit dan gula tebu, tidak dapat digunakan sebelum ditemukannya
pengaruh mediasi biotin pada penisilin dan asam lemak jenuh C16-C18. Asam oleik hanya membutuhkan
akumulasi mutan asam £-Glutamat pada medium yang kaya biotin ketika konsentrasi
asam oleik terkontrol pada level suboptimal agar pertumbuhan maksimal.
2. Sumber Nirogen dan Kontrol pH
Medium yang baik untuk fermentasi
asam £-Glutamat mengandung nitrogen dengan kadar 9,5 %. Contoh sumber nitrogen
yang dapat ditambahkan ke dalam medium adalah amonium klorida atau amonium
sulfat. Bakteri yang menghasilkan asam glutamat juga memiliki aktivitas urease
yang kuat sehingga urea juga dapat digunakan sebagai sumber nitrogen. Ion
amonium berpengaruh pada pertumbuhan sel dan pembentukan produk sehingga
konsentrasinya dalam medium harus dikontrol pada konsentrasi rendah.
Tingkat keasaman (pH) medium
sangat mudah menjadi asam karena ion amonium terasimilasi dan dihasilkan asam
glutamat. Amonia dalam bentuk gas lebih baik daripada basa cair dalam menjaga
pH pada level 7-8, sebagai pH optimum untuk produksi asam £-Glutamat. Amonia
dalam bentuk gas berperan sebagai agen pengontrol pH dan sebagai sumber
nitrogen serta dapat mengatasi bermacam-macam masalah teknis. Penambahan
otomatis gas amonia dapat mengontrol pH dengan tepat. Selain itu, juga mencegah
efek merugikan dari amonia dan pengenceran yang tidak diinginkan pada cairan
fermentasi.
3. Faktor
Tumbuh
Bakteri
penghasil asam £-Glutamat membutuhkan biotin untuk pertumbuhan dan
konsentrasinya harus dikontrol agar memperoleh
produk yang maksimal. Dampak biotin pada fermentasi asam £-Glutamat sangat erat
kaitannya dengan permeabilitas asam £-Glutamat terhadap membran sel.
4. Ketersediaan Oksigen
Biosintesis dari asam glutamat
merupakan proses aerob yang membutuhkan oksigen selama proses fermentasinya.
Untuk mengoptimalkan produksi, kadar oksigen terlarut harus dijaga pada kondisi
optimal. Sel yang melakukan respirasi akan mengkonsumsi oksigen dalam media
hanya dalam beberapa detik sehingga oksigen harus disuplai secara terus-menerus
untuk menjaga konsentrasi oksigen terlarut.
Mikroba yang dapat melakukan
fermentasi asam glutamat adalah bakteri gram positif non motil yang membutuhkan
biotin untuk tumbuh dalam jumlah sedikit atau aktivitas α-ketoglutarate
dehydrogenase dan aktivitas glutamate dehydrogenase yang tinggi seperti Micrococcus glutamicus, Bacillus circulans,
Bacillus megaterium, Corynebacterium,
Brevibacterium, Microbacterium, Arthrobacter. Perubahan permeabilitas dapat meningkatkan produksi asam glutamat oleh
Micrococcus, Corynebacterium, Brevibacterium, dan Microbacterium. Kunci dari
over produksi glutamate adalah karena spesies tersebut tidak mempunyai enzim α-ketoglutarat
dehidrogenase yang memecah α-ketoglutarat menjadi suksinil-CoA, dan membutuhkan
biotin (tidak dapat mensintesis biotin). Jika ditumbuhkan pada glukosa, spesies
ini dapat memproduksi glutamat, terkumpul di dalam sel sampai 50 mg/g berat
kering, dan karena adanya regulasi umpan balik, produksi glutamat dapat
berhenti. Jika permeabilitas sel dinaikkan, glutamat menjadi lebih mudah
dikeluarkan dari sel mengakibatkan konsentrasi glutamat di dalam sel tetap
rendah, dan produksi glutamat terus berlangsung.
Pembentukan asam glutamat dari
glukosa membutuhkan sekurang-kurangnya 16 tahap reaksi enzimatis. Asam α-ketoglutarat
diubah menjadi asam glutamat melalui reaksi reduktif aminasi (penambahan NH3). Enzim yang mengkatalisa reaksi
tersebut adalah NADP-specific glutamic acid dehidrogenase. Untuk mengaktifkan
enzim tersebut diperlukan NADPH2. Menurut Susanto dan Sucipto (1994), untuk mengubah glukosa menjadi
senyawa dengan tiga atom dan dua atom karbon, disamping menggunakan jalur HMP
(hexomonophosphat) juga menggunakan jalur EMP (Embden Meyerhoff Parnas).
Lintasan HMP menghasilkan lebih banyak NADPH2 yang diperlukan untuk reaksi konversi asam α-ketoglutarat menjadi asam
glutamat.
Fermentasi asam glutamat
merupakan fermentasi aerobik, maka kekurangan oksigen selama proses fermentasi
menyebabkan jalur EMP lebih dominan. Hasilnya adalah banyak dihasilkannya
asam-asam organik lain, seperti asam laktat, akibatnya asam glutamat yang terakumulasi berkurang (Winarno,
1990). Fermentasi berlangsung selama 35-45 jam kemudian hasil fermentasi
tersebut disentrifus untuk menghilangkan biomassa yang terbentuk dan
bahan-bahan padat organik lainnya. Asam glutamat yang ada dalam larutan induk
dipisahkan dengan resin, di mana asam glutamat akan tertahan didalam resin.
2.3 Manfaat Produk dalam Industri Pangan
Asam glutamat merupakan asam
amino non-essensial yang dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Asam glutamat
juga termasuk dalam salah satu jenis di antara 20 asam amino yang menyusun
protein dalam tubuh. Manfaat asam glutamat dalam industri pangan adalah sebagai
penyusun garam monosodium glutamat. Monosodium glutamat telah lama digunakan
sebagai penyedap makanan yang dapat memberikan kesan rasa gurih dan berperan
dalam menguatkan rasa (Wulansari, 2005).
Garam monosodium glutamat tidak
berbeda jauh dengan asam glutamat yang merupakan asam amino komponen penyusun
protein. Perbedaannya, satu gugus hidrogen (H) pada asam glutamat diganti
dengan natrium (sodium) sehingga menjadi monosodium glutamat. Penggantian gugus
ini dapat meningkatkan kelarutan glutamat dalam air. Oleh karena itu, glutamat
dalam bentuk garam lebih larut di air dibandingkan glutamat dalam bentuk asam.
Asam glutamat ataupun monosodium glutamat termasuk dalam komponen yang
dibutuhkan dan dikonsumsi oleh tubuh (Walker et al., 2000 ).
Asam glutamat dalam bentuk
bebasnya yang tidak terikat dengan asam amino lain, mempunyai efek dapat
menguatkan rasa (Yamaguchi dan Ninomiya, 2000). Selain itu, glutamat dalam
bentuk L-glutamat dapat terikat pada reseptor protein-G yang terletak pada sel
papila lidah sehingga dapat menimbulkan kesan rasa baru yang disebut umami
(Schiffman, 1983).
DAFTAR PUSTAKA
Judoamijoyo, M., Darwis, A., dan Sa’id, E. 1990.
Teknologi Fermentasi. Jakarta:
Rajawali
Press.
Sa’id, G. 1991. Biondustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta: PT.
Meiyatama
Sarana perkasa.
Schiffman, S. S. 1983. Taste and smell
in disease. Medical Journal. Vol 308:
1275-1279.
Susanto, T dan Sucipto, N. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil pertanian. Surabaya:
Bina
Ilmu.
Walker,
R., dan John, R. 2000. The Safety Evaluation of Monosodium Glutamate.
The Journal of Nutrition, Volume
130, no. 4, hal: 1049-1052.
Winarno, F. 1990. Teknologi Fermentasi. Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas bersama Antar Universitas. Yogyakarta
: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Wulansari Any. 2005. Proses
Fermentasi Asam Glutamat di PT. Palur Raya. Laporan
Praktek Lapang. Fakultas Teknologi
Pertanian: Universitas Katolik Soegijapranata.
Yamaguchi dan Ninomiya. 2000. Umami and food
palability. Nutritions Journal. Vol
130: 921-926.
0 Response to "Makalah Produksi Metabolit Asam Glutamat"
Post a Comment