Deskripsi, Karakteristik dan Faktor Kerusakan Telur dan Susu
2.1 Deskripsi dan Komposisi Bahan
2.1.1
Susu
a.
Susu segar
Susu segar adalah cairan bewarna putih,
yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan ternak mamalia. Susu dapat
dikonsumsi sebagai bahan pangan yang sehat, serta tidak dikurangi komposisi
atau ditambah dengan bahan-bahan lain. Susu merupakan bahan pangan yang penting
bagi kehidupan manusia karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Komposisi
nutrisi susu yaitu protein, mineral, dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu
bahan pangan penting yang fleksibel dan dapat diatur kadar lemak sesuai dengan
selera konsumen(Riska, 2016).
Susu sapi merupakan minuman alami yang
kaya nutrisi. Susu dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun, terutama pada
masa pertumbuhan khususnya untuk pertumbuhan tulang dan gigi (Syarif dan Bagus,
2011).
Tabel 1.
Komposisi zat gizi dalam susu sapi
Zat Gizi
|
Nilai (per 100 gram)
|
Satuan
|
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalium
Kalsium
Fosfor
Besi
Retinol
Vitamin
B1
Vitamin
C
|
61
3,2
3,5
4,3
1200
143
694
1,7
39
0,003
1
|
calk
g
g
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mcg
mg
|
Sumber : Buku Beternak
& Bisnis Sapi Perah, 2011
Susu selama didalam kelenjar air susu
dinyatakan steril, akan tetapi begitu berhubungan dengan udara susu tersebut
dapat terkontaminasi mikroba karena nutrisinya yang kaya pada susu (Riska,
2016). Selain susu segar bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, terdapat
juga susu sterilisasi, susu pasteurisasi, susu kental manis, susu full cream,
dan susu bubuk skim. Berikut adalah penjelasan mengenai susu-susu tersebut.
b. Susu sterilisasi
Susu sterilisasi adalah susu yang telah
mengalami sterilisasi. Sterilisasi adalah proses pemanasan dengan suhu, tekanan
dan waktu tertentu. Pemanasan sterilisasi biasanya pada suhu 121 C dengan
tekanan 15 psi, selama 10 detik atau pada suhu 134 C selama 1 detik (Soeparno,
dkk, 2011).
c. Susu Pasteurisasi
Susu pasterisasi (Pasteurized Milk) adalah susu yang diberi perlakuan pada pada suhu
sekitar 63-75 C selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen
berbahaya. Tetapi, pada proses ini tidak membunuh seluruh mikroorganisme dan
pengaruhnya hanya bersifat sementara. Karena itu susu pasteurisasi mudah rusak
dan harus disimpan pada suhu (5-6 C) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14
hari (Pangkalan Ide, 2008).
d. Susu Kental Manis
Susu kental manis (sweet condensed milk) adalah susu yang diawetkan dengan penambahan
krim maupun susu skim dengan perbandingan tertentu. Setelah mengalami proses
pemanasan, susu ditambahkan gula sehingga konsentrasinya menjadi 62,5%. Karena
itu rasanya manis. Susu kental memiliki kalori yang sangat tinggi susu ini
telah diawetkan dengan pemanasan, dikurangi setengah jumlah airnya, serta
ditambahkan gula sebanyak 44% sebagai pengawet. Karena kadar gulanya tinggi,
daya simpannya cukup lama (Pangkalan Ide, 2008).
e. Susu bubuk skim
Susu skim (skimmed milk) adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi
hingga berada di bawah batas minimal yang ditetapkan. Susu skim juga bisa
disebut susu non fat. Pada proses
pembuatan susu skim, bagian lemak (krim) susu diambil sebagian atau seluruhnya.
Susu skim memiliki kandungan kalori lebih rendah dari susu segar. Cocok untuk
mereka yang menjalani diet rendah kalori (Pangkalan Ide, 2008).
f. Susu full cream
Susu full cream (whole milk) merupakan susu murni, susu ini memiliki kandugan 4%
lemak dan merupakan sumber vitamin A dan D. Biasanya anak-anak yang berumur
sampai dengan 2 tahun direkomendasikan mengonsumsi jenis susu ini, karena
bermanfaat untuk perkembangan tubuh anak tersebut (Tim dokteranda, 2012).
2.1.2 Telur
Telur merupakan salah
satu sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat dan mudah dicerna. Telur
menjadi bagian penting dalam menu makanan di belahan dunia dan menjadi sumber
protein pangan yang baik. Berat telur berbeda-beda tergantung pada bangsa, umur
dan status nutrisi ayam, tetapi biasanya berat telur kisaran 55-60 gram per
butir. Telur utuh tersusun atas cangkang 10%, putih telur 60% dan 30% adalah
kuning telur. Banyak bahan pangan olahan mengandung putih dan kuning telur
sebagai bahan penyusunnya (Alawwaly, 2017). Telur memiliki kandungan gizi yang
tinggi, sedangkan harganya lebih terjangkau. Berikut ini adalah tabel kandungan
gizi yang ada pada telur.
Tabel
2.
Komposisi zat gizi pada telur
Jenis Zat
|
Kuning Telur
|
Putih Telur
|
Telur
|
Bahan
yang dapat dimakan (%)
Energi
(kal)
Energi
(KJ)
Air
(g)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
Mineral
(g)
Kalsium
(mg)
Fosfor
(mg)
Besi
(mg)
Vitamin
A (retinol) (mcg)
Vitamin
B1 (tiamin) (mg)
Vitamin
C (asam askorbat) (mg)
|
100,0
355,0
1501,0
49,0
16,3
31,9
0,7
1,7
147,0
586,0
7,2
600,0
0,27
0
|
100,0
46,0
197,0
87,8
10,8
0
0,8
0,60
6,0
17,0
0,2
0
0,01
0
|
90,0
158,0
667,0
74,0
12,8
11,5
0,7
1,0
54,0
180,0
2,7
270,0
0,10
0
|
Sumber : Buku Ayam
Kampung Petelur, 2013
Tingkat gizi pada telur juga tergantung
pada kualitas telur tersebut, kualitas pada telur ditentukan oleh dua faktor
yaitu faktor luar meliputi bentuk, warna, tekstur, keutuhan, dan kebersihan
kulit. Sedangkan faktor dalam atau isi telur meliputi kekentalan putih telur,
warna serta posisi kuning telur, dan ada-tidaknya noda pada putih dan kuning
telur (Haryoto, 2009). Terdapat berbagai jenis telur, seperti telur ayam
kampung, telur itik/bebek, telur puyuh, dan telur ayam negeri.
a. Telur Ayam kampug
Bentuknya lebih kecil, warna cangkangnya
lebih putih dan harganya relatih lebih mahal dibanding dengan telur ayam
negeri. Walapun demikian, telur ayam kampung banyak diminati di kalangan
masyarakat. Citra rasa ayam kampung lebih lebih enak dan sehat. Selain itu,
telur ayam kampung lebih bernutrisi karena lebih banyak memperoleh pangan alami
b. Telur itik/bebek
Telur itik atau bebek umumnya lebih besar
dari pada telur ayam, warna kulit cangkangnya biru kehijauan, mengandung banyak
minyak, dan aromanya cukup tajam. Telur itik kurang enak bila hanya direbus,
tapi juga boleh didadar (omelette)
atau paling tepat diawetkan menjadi telur asin. Jika proses pengawetan tepat
dan cukup waktu, biasanya kuning telur terasa manis dan berminyak.
c. Telur Puyuh
Telur puyuh merupukan telur yang berukuran
lebih kecil, cangkang kulitnya putih berbercak-bercak coklat. Keadaan masih
segar berusia kurang dari 1 minggu dapat direbus tanpa cangkang. Tetapi setelah
lewat dari usia 1 minggu telur puyuh lebih baik direbus.
d. Telur ayam negeri
Telur ayam negeri merupakan telur dengan
berat sekitar 50 gr perbutir. Telur negeri umumnya dimanfaatkan oleh industri
kue maupun rumah tangga. Kulit cangkang telur
ada yang berwarna lebih gelap, ada pula yang terang. Namun perbedaan warna
cangkang ini tidak mempengaruhi kualitas isi telur. Yang membedakan adalah
jenis ayam petelurnya.
Keempat jenis telur itulah umumnya ada
pada masyarakat, meskipun setiap jenis telur memiliki ciri khas dan
kelebihannya masing-masing (Yasa, 2006).
2.2
Karakteristik Fisik dan Kimia Bahan
2.2.1 Karakteristik
Fisik dan Kimia Susu
Karakteristik sifat fisik susu adalah susu
merupakan suatu larutan koloidan, di mana air sebagai media dispersi dan bagian
dari yang menyusun susu yang didispersi. Terdapat tiga macam dispersi pada
susu, yaitu dispersi kasar dengan diameter 0.0001 mm, dispersi koloidal dengan
diameter 0,0001 – 0,000001 mm dan dispersi molekuler dengan diameter 0,000001
mm. Lemak dari susu adalah dispersi kasar yang berupa emulsi, sedangkan protein
susu yaitu kasein, albumin dan globulin merupakan larutan koloidal.Adapun
laktosa, garam-garam mineral dan sebagian dari laktalbumin merupakan dispersi
molekuler atau larutan sebenarnya.
Sedangkan untuk sifat kimia susu, secara
kimiawi susu yang baru diperah mempunyai reaksi amphoter, yaitu memerahkan
lakmus biru dan membirukan lakmus merah dengan pH sedikit asam yaitu sekitar
6,5 – 6,6. Bila susu dipanaskan pada suhu di bawah titik didih, maka akan
terbentuk lapisan tipis di atas permukaan susu yang merupakan koagulasi
sebagian kecil dari kasein dan lemak. Bila susu dalam keadaan asam, maka pada
waktu pemanasan akan terjadi penggumpalan dari kasein dan albumin. Susu segar
yang dalam keadaan baik, baru menggumpal bila dipanaskan sampai 131-137 C,
sedangkan susu yang sudah asam meskipun dengan pemanasan temperatur rendah akan
menggumpal atau susu mulai pecah (Salam, 2010).
2.2.2 Karakteristik
Fisik dan Kimia Telur
Karakteristik fisik dan kimia pada telur
yaitu telur terdapat tiga bagian, yaitu cangkang telur (Shell), Selaput lapisan (Membran
Shell), putih telur (Egg White)
dan kuning telur (Yolk). Cangkang
telur merupakan bagian telur yang paling luar merupakan lapisan keras setebal
0,2-0,4 mm dan mengandung kalsium karbonat (chalk),
berfungsi melindungi bagian dalam telur. Pada kulit telur terdapat pori-pori
yang dapat dilalui udara. Warnanya bervariasi mulai dari putih sampai
kecoklatan tergantung pada jenis unggasnya. Meskipun, perbedaan warna sama
sekali tidak mempengaruhi kualitas telur. Selaput membran (Membran Shell) merupakan lapisan tipis yang terletak antara kulit
luar dan isi telur (putih dan kuning telur). Terdapat membran dalam dan membran
luar. Keduanya mirip dinding yang menghalangi bakteri masuk dalam telur. Putih
telur, atau albumin merupakan cairan yang tidak berwarna, sifat kimianya
mengandung kurang lebih 78% air. Beberapa karakteristik kimia protein putih
telur mentah antara lain bersifat racun baik untuk hewan maupun manusia seperti
avidin, flavoprotein dan sebagainya. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
pemanasan supada daya racun sirna. Kuning telur (Yolk) terdapat dalam putih telur, sifat kimianya yaitu mengandung
16% protein dan 32-35% lemak, tergantung dari jenis ternaknya. Kandungan lemak
dalam kuning telur terdiri dari 66% trigliserida, 28% phospholipid, 5%
kolestrol dan sebagian kecil jenis lemak lainnya (Emma, 2005).
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan
2.3.1 Faktor yang
Mempengaruhi Kerusakan Susu
Terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kerusakan susu dan telur, pada susu faktor utama yang menyebabkan
kerusakan adalah bakteri, dengan adanya pertumbuhan bakteri, maka dapat
menyebabkan perubahan rasa menjadi asam, penggumpalan susu, karena terjadi
pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah protein. Pembentukan lendir
disebabkan pertumbuhan bakteri pembentuk lendir. Pembentukan gas oleh bakteri,
ketengikan disebabkan pemecahan lemak oleh bakteri tertentu, dan bau busuk
disebabkan pertumbuhan bakteri pemecah protein menjadi senyawa-senyawa berbau
busuk. Faktor lain kerusakan adalah penyimpanan pada suhu kamar yang
menyebabkan bakteri mudah tumbuh, dan pengemas yang tidak benar sehingga
terkontaminasi oleh bakteri (Agus dkk,2016).
2.3.2 Faktor yang
Mempengaruhi Kerusakan Telur
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan ada telur, yaitu pertumbuhan mikroba yang berasal dari air, udara,
maupun kotoran ayam yang dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang
terdapat pada kulit telur. Faktor lainnya adalah telur yang dipecah akan
mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak
dibandingkan dengan telur yang utuh. Tanda-tanda kerusakan berupa perubahan
fisik telur, timbulnya bau busuk, timbulnya bintik-bintik berwarna, dan terjadi
bulukan disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur (Agus dkk,2016).
Referensi:
Alawwaly,
Khotibul Umam. 2017. Protein Pangan Hasil
Ternak dan Aplikasinya. Malang: UB PRESS.
Aritonang,
S.N,. 2010. Susu dan Teknologi.
Cirebon: Swagati Press
Boga,
Yasa. 2006. Resep Praktis & Lezat
Telur:padat nutrisi, ekonomis, yummy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dokteranda,
tim. 2012. 58 QA Super Diet, Makanan, dan
Suplemen. Jakarta: PenebarPlus+
Emiliya,
dkk. 2017. Pengaruh Penambahan Sari Buah Nanas (ANANAS COMOSUS) Terhadap Jumlah
Bakteri Asam Laktat (BAL) Dan Nilai pH Soyghurt. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol 10,No.1.
Fauziah,
R.R,.2016. Modul Praktikum Teknologi
Pengolahan Pangan Hasil Pertanian. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian
UNEJ.
Haryoto.
2009. Pengawetan Telur Segar.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ide,
Pangkalan. 2008. Health Secret of kefir.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Purwadi, dkk. 2017. Penanganan
Hasil Ternak. Malang: UB PRESS.
Sathe, A.Y. 1999. A First
Course in Food Analysis. New Delhi: New Age International Ltd., Publishers.
Sni Standar N I. 1998. Susu Segar. Jakartaa: Badan Stndarisasi
Nasional
Soeparno,
dkk. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sujionohadi,
Kliwon dan Ade, I.S,. 2013. Ayam Kampung
Petelur. Jakarta: Niaga Swadaya
Sudibyo,
Agus.,dkk. 2016. Pengantar Keamanan
Pangan untuk Industri Pangan.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Sumardjo,
Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku
Panduan KuliahMahasiswa Kedokteran Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suprayitno, Eddy. 2017. Dasar
Pengawetan. Malang: UB PRESS.
Syarif,
E.K., dan Bagus Harianto. 2011. Buku
Pintar Berternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Wirakusumah,
E.S. 2005. Menikmati telur bergizi,
lezat, dan ekonomis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
0 Response to "Deskripsi, Karakteristik dan Faktor Kerusakan Telur dan Susu"
Post a Comment