Deskripsi, karakteristik dan Faktor Kerusakan pada Daging dan Ikan
1.1 Latar Belakang
Daging dan ikan merupakan komoditi yang paling banyak diminati di Indonesia. Daging dan ikan juga merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi gizi, sebagai bahan pangan daging dan ikan memiliki kedudukan yang sangat penting karena mengandung protein yang cukup tinggi selain mutu protein tinggi, kandungan lemak, asam amino yang lengkap dan seimbang serta beberapa jenis mineral dan vitamin. Kedua bahan pangan tersebut merupakan protein hewani yang mudah dicerna dibanding dengan protein nabati (Riska, 2018).
Daging adalah semua jaringan hewan dan
semua produk hasil pengolahan jaringan
tersebut yang dapat dikonsumsi serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
konsumennya. Daging segar telah mengalami perubahan fisik dan kimia setelah
proses pemotongan, tetapi belum mengalami pengolahan lebih lanjut (Komariah
dkk, 2012).
Tuntutan masyarakat adalah selalu
menginginkan komoditi daging dan ikan yang berkualitas, oleh karena itu untuk
mendapatkan bahan pangan daging dan ikan yang berkualitas, diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik dan kualitas daging dan ikan tersebut.
Sehingga nantinya dapat menentukan antara komoditi daging dan ikan yang
berkualitas, dengan daging dan ikan yang masih dibawah standar mutu. Selain itu dengan mengetahui deskripsi, karakteristik dan faktor kerusakan pada daging dan ikan, maka masyarakat akan terbiasa untuk mengonsumsi bahan pangan sehat.
2.1 Deskripsi dan Komposisi Bahan
2.1.1 Deskripsi dan Komposisi Bahan
Daging yang umum dikonsumsi masyarakat adalah
daging sapi, daging ayam, daging kambing, daging babi, dan ikan laut. Berikut
adalah penjelasan dan komposisinya.
a.
Daging Sapi
Daging sapi adalah daging yang banyak
diminati pada kalangan masyarakat Indonesia. Pada tubuh sapi banyak bagian yang
dapat dikonsumsi dagingnya. Daging pada sapi mengandung nilai gizi yang tinggi
berupa zat protein, zat lemak, zat kolestrol, zat besi, kalsium, zat pospor,
dan vitamin B komplek. Zat protein dan zat lemak hewani mudah dicerna. Dan
mempunyai nilai biologi tinggi. Di pasar atau swalayan daging dijual dalam
berbagai bentuk, yaitu dipotong sesuai bagian-bagian tubuh yang berupa paha
atas, paha bawah, lapis, skengkel, bagian betis, dada, leher dan bagian lainnya
(Soejoeti, 2007).
b.
Daging Ayam
Daging ayam adalah salah satu sumber
hewani, selain rasanya lezat, daging ayam juga mudah diperoleh dan didapat
serta mengandung nutrisi yang cukup. Daging ayam mengandung nilai gizi atau
nutrisi mulai dari Kalori (404 kkal), protein (18,20 g), lemak (25 gr),
kolestrol (60 mg) , Vitamin A (243 mcg), vitamin B-1 (0,80 gr), vitamin B-2
(0,16 mg), kalsium (14 mg), phospor (200 mg) dan ferrum (1,50 mg) (Bambang,
2003).
C.
Daging Kambing
Kambing merupakan hewan ternak yang mudah
dipelihara oleh masyarakat Indonesia karena mudah dipelihara dan menguntungkan.
Kambing memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai hewan ternak. Komposisi
pada daging kambing meliputi energi, protein, lemak, kalsium, phospor, zat
besi, vitamin A, vitamin B1 dan komposisi lainnya (Budi, 2011).
d.
Daging Babi
Babi termasuk dalam daging yang dapat
dikonsumsi tetapi tidak umum dikonsumsi di masyarakat Indonesia. Babi juga
memiliki kandungan gizi yang berupa protein (11,9%), lemak (45%), Ca (7 mg/g),
P (117 mg/g), fe (1,8 mg/g), vit B (0,58 mg/g). Daging babi memiliki kandungan
lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan daging yang lain. Selain itu babi
dikenal sebagai hewan yang sangat kotor, karena dapat memakan sesuatu termasuk
kotorannya. Babi memiliki tabiat malas, tidak suka berjalan-jalan, tidak suka
cahaya matahari, bahkan tidak ada kehendak untuk membela diri sendiri (Abdul,
2006).
E.
Ikan laut
Ikan laut adalah hewan yang hidup di dalam
laut. Berbeda dengan ikan air tawar, ikan laut hidup di laut dengan kadar garam
yang lebih tinggi dibanding dengan kadar garam cairan tubuhnya (Sukis, 2008).
Ikan termasuk dalam makanan dengan sumber protein tinggi sekitar 15-20 persen.
Kadar asam lemaktak jenuh gandanya sangat tinggi, sehingga baik bagi kesehatan,
ikan juga merupakan sumber vitamin B12, selain sumber mineral seperti kalsium,
fosfor, zat besi, tembaga, dan selenium. Protein ikan mudah dicerna dan bisa
dimanfaatkan untuk melengkapi asam amino yang berasal dari makanan lain
(Pangkalan Ide, 2013).
2.2
Karakteristik Fisik dan Kimia Bahan
2.2.1 Karakteristik
fisik dan Kimia daging
Karakteristik fisik daging dapat
dijelaskan berupa struktur otot daging yang terdiri dari miofibril atau serat
daging dan tenunan pengikat. Struktur inilah yang akan memberikan tekstur
keempukan dan kekenyalan daging. Serabut otot memiliki inti yang banyak, dan
merupakan jumlah sel terbesar dalam tubuh, penjangnya sekitar 4 cm dengan
diameter 10-140 mikron dan ketebalannya bervariasi yang secara umum ditentukan
kekerasan atau keempukan daging. Otot tersusun oleh banyak ikatan serabut otot
yang biasanya disebut berkas otot. Berkas otot yang tersusun serabut-serabut
otot, pada serabut otot tersusun dari banyak fibril dan disebut miofibril.
Selanjutnya miofibril tersusun dari banyak filamen dan miofilamen. Ada dua tipe
miofilamen, yaitu filamen tebal (protein miosin) dan tipis (protein aktin)
(Purwadi dkk, 2017).
Untuk karakteristik kimia daging, dapat
berupa nilai pH daging tersebut. Pada saat masih berupa hewan ternak, pH daging
masih sekitar 7, tetapi setelah mati glukosa dalam otot diubah menjadi asam
laktat sehingga pH normal turun. Ternak yang normal memiliki pH sekitar 5,5
setelah kematian (24 jam setelah pemotongan) karena semua glikolisis habis.
Perubahan pH sesudah ternak mati pada dasarnya ditentukan oleh kandungan asam
laktat yang tetimbun dalam otot, yang selanjutnya ditentukan oleh kandungan
glikogen dan penanganan sebelum penyembelihan. Daging dengan nilai pH rendah
(5,1-6,1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka yang sangat diinginkan
untuk pengeringan daging, warna muda cerah yang umumnya disukai konsumen.
Daging dengan nilai pH tinggi (6,2-7,2) menyebabkan daging pada tahap akhir
mempunyai struktur yang tertutup atau padat dengan warna merah-ungu tua, rasa
kurang enak dan memungkinkan tumbuhnya mikroba. Untuk pH 5 atau dibawah 5,
menunjukkan daging pucat dan banyak mengeluarkan eksudan. Selain pH juga
terdapat water holding capacity (WHC)
adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya atau air yang ditambahkan selama
ada pengaruh kekuatan dari luar, misalnya pemotong daging, pemanasan,
penggilingan dan tekanan. Selain juga terdapat komposisi dan nilai nutrisi
daging dan kadar air (Purwadi dkk, 2017).
2.2.2 Karakteristik
Fisik dan Kimia Ikan Laut
Karakteristik fisik dan kimia ikan laut
adalah yaitu ikan laut terdiri dari mata, insang, kulit, sisik, dan sirip. Ikan
laut adalah hewan yang hidup di dalam laut. Berbeda dengan ikan air tawar, ikan
laut hidup di laut dengan kadar garam yang lebih tinggi dibanding dengan kadar
garam cairan tubuhnya (Sukis, 2008). Karakteristik kimia ikan yaitu Ikan
termasuk dalam makanan dengan sumber protein tinggi sekitar 15-20 persen. Kadar
asam lemak tak jenuh gandanya sangat tinggi, sehingga baik bagi kesehatan, ikan
juga merupakan sumber vitamin B12, selain sumber mineral seperti kalsium,
fosfor, zat besi, tembaga, dan selenium. Protein ikan mudah dicerna dan bisa
dimanfaatkan untuk melengkapi asam amino yang berasal dari makanan lain
(Pangkalan Ide, 2013).
2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan
2.2.1 Faktor yang
Mempengaruhi Kerusakan Daging
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan pada daging adalah pencemaran oleh mikroorganisme dapat melalui
tanah, udara, dan air yang mengandung mikroorganisme. Selain itu kondisi karkas
juga dapat menyebabkan pencemaran mikroorganisme selama proses pemotongan dan
pengeluaran visceral (jeroan). Selain itu, kontaminasi mikroorganisme juga
dipengaruhi oleh higenitas sejak dipotong, disimpan dan selama processing (Bambang, 1990).
2.2.2 Faktor yang
Mempengaruhi Kerusakan Ikan Laut
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan pada ikan laut adalah adanya bakteri halophilik karena penyimpanan
ikan laut yang kurang benar, juga disebabkan karena jamur, ragi dan beberapa
serangga dalam bentuk larva atau dewasa. Dan juga karena bakteri anaerob yang menghasilkan
lendir berbau sangat busuk. Sehingga faktor utama penyebab kerusakan pada ikan
laut adalah proses penyimpanan dan pengawetan yang kurang benar (Edy dan Evi,
1989).
Daftar Pustaka
As-Sayyid, A.B.M,. 2006. Pola Makan Rasulullah. Jakarta: Almahira.
Eddy
Afrianto dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan
dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
I
Ide, Pangkalan. 2013. Agar Otak Sehat. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Komariah, dkk,. 2012. Aneka Olahan Daging Sapi. Jakarta: AgroMedia.
Murtijdo,.B.A.
1990. Sapi Potong. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Murtidjo,.B,.A. 2003. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam. Yogyakarta: Kanisius
Purwadi dkk,.2017. Penanganan Hasil Ternak. Malang: UB PRESS.
Sapti,
dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Nanas (Ananas comosus L. Merr) Terhadap
Kualitas Organoleptik Daging Ayam
Kampung (Gallus domestica). Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Mulawarman. Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajaran.
Setiawan,
B.,S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Tartwojo,.C.S. 2007. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo.
Wariyono,
Sukis. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam
Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
0 Response to "Deskripsi, karakteristik dan Faktor Kerusakan pada Daging dan Ikan"
Post a Comment