Laporan Praktikum Analisis Mutu Pangan (Air, Debu, Vitamin C, Glukosa, Kadar Lemak, Protein)




LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

Disusun Oleh

Nama                                : Muhammad Irsyad Haznim
NIM                                 : 171710101086         
Kelompok/Kelas              :  7/ THP B


Asisten            : 1. Sayyidah Nilatul Fauziyah
                          2. Afina Desi Wulandari
                          3. Mulyati Rahmawati
                          4. Annisafitri
                          5. Alifia Rachmawati
  6. Dian Pelita Damayanti


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam rutinitas sehari-hari. Pangan merupakan sarana penting untuk menyediakan energi dalam menunjang kemampuna tubuh menjalani rutinitas setiap hari. Tetapi pangan yang memiliki kualitas mutu rendah, tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi tubuh (Andjar, 2017).


Mutu pangan adalah integritas dan kualitas produk yang dihasilkan produsen dan berhak didapatkan oleh konsumen. Mutu pangan juga merupakan karakteristik menyeluruh dari suatu wujud pangan produk, kegiatan, proses, dan kandungan gizi (Titis Sari K.dkk, 2017). Oleh karena itu, analisis mutu pangan merupakan analisis yang penting untuk mengetahui kualitas mutu pangan tersebut dilihat dari kandungan gizi dan perhitungannya.
Pada era sekarang industri pangan terus berkembang, oleh karena itu analisis mutu pangan sangatlah penting untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kualitas mutu pangan tersebut sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat diterima dan diminati masyarakat.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Analisa
2.1.1 Kadar Air
Prinsip analisis kadar air adalah merupakan penentuan kadar air metode oven (gravimetri) dengan cara pemanasan bahan pada titik didih air sehingga air menguap. Pengukuran kadar air dinilai dari pengurangan berat sebelum pemanasan dengan sesudah pemanasan. Prinsip analisis lainnya yaitu menggunakan metode destilasi berkelanjutan menggunakan pelarut immicible. Air terkumpul pada tabung pertama, volume air yang terkumpul dapat diketahui. Posisi air berada di bawah pelarut, dan pelarut akan kembali ke labu didih (Tejasari, 2005).
2.1.2 Kadar Abu
Prinsip analisis kadar abu yaitu perhitungan jumlah mineral atau abu yang merupakan sisa pembakaran bahan-bahan organik maupun anorganik pada saat proses pengabuan dalam dua tahap. Pengabuan kering (dry asing) dilakukan pada semua jenis mineral kecuali Fe dan As, pada suhu yang disesuaikan dengan jenis mineral berkisar 450-480 C. Pada pengabuan basah (wet digestion), ditujukan pada mineral As, Cu, Pb, Sn, dan Zn, dengan suhu tidak melebihi titik didih senyawa supaya kandungan mineral tidak banyak hilang (Tejasari, 2005).
2.1.3 Kadar Protein
Prinsip analisis kadar rotein adalah mengukur kadar nitrogen di dalamnya. Prinsip analisis kadar protein menurut metode Kjeldahl adalah oksidasi senyawa organik oleh senyawa asam sulfat menjadi karbon dioksida, air, nitrogen. Nitrogen dilepas dalam bentuk amonia (amonium sulfat), sedangkan karbon dioksida dan air terpisah disebabkan proses destilasi.
Terjadi reaksi kelebihan asam pada amonia membentuk amonium sulfat. Larutan tersebut dibuat basa dan amonia diuapkan sambil diserap dalam larutan asam borat. Nitrogen pada larutan ditentukan dengan jumlah asam HCI 0,02 N pada tahap titrasi. Kadar protein dihitung dari jumlah gram nitrogen dikali dengan faktor konversi pada perhitungan bahan pangan (Tejasari, 2005).
2.1.4 Kadar Lemak
Prinsip analisis lemak/minyak berdasarkan ekstraksi soxhlet, lemak atau minyak diekstraksi dengan pelarut lemak atau minyak (seperti ptroleum benzen, petroleum ether, dan lain-lain). Setelah pelarutnya diuapkan, lemak atau minyak ditimbang dan dilakukan perhitungan persentasenya (Tejasari, 2005).
2.1.5 Kadar Gula Reduksi
Prinsip kadar gula reduksi berdasarkan Nelson-Somogy, adalah perhitungan kadar amilosa. Terdapat beberapa prosedur yang digunakan, yaitu prosedur persiapan sampel cair, prosedur persiapan sampel padat, perisiapan kurva standar, dan prosedur penentuan kandungan total gula (Tejasari, 2005).
2.1.6 Kadar Vitamin C
Prinsip analisis kadar vitamin C adalah mengukur dan menetapkan kadar vitamin C dengan metode titrasi Jod. Sampel yang telah ditambahkan larutan amilum 1% sebanyak 2ml dan dititrasi menggunakan iodine sampai berubah warna menjadi biru pekat. Selain itu juga terdapat senyawa pereksi yang berfungsi membantu proses titrasi untuk dapat mengetahui kadar vitamin C. Setelah proses titrasi, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui kadar vitamin C produk pangan tersebut (Tejasari, 2005).



2.2 Komposisi Kimia Bahan Pangan yang Digunakan
2.2.1 Tahu                    
Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, dengan atau tanpa penambahan unsur-unsur lain yang telah diizinkan oleh pihak yang memiliki otoritas. Tahu adalah pekatan protein kedelai dalam keadaan basah. Komponen terbesarnya terdiri dari protein dan air (Suprapti, 2005).
Pada komposisi tahu, terdapat syarat kualitas yang harus dipenuhi oleh industri pengolahan tahu. Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada tahu yaitu air, yang termasuk dalam komponen terbesar hingga 80%-85%, namun air tidak ditetapkan sebagai karakteristik dalam penentuan kualitas tahu. Kemudianterdapat protein dengan kadar minimal 9% dari berat tahu, abu dengan kadar maksimal 1%, serat kasar dengan maksimal kadar 0,1% dan komponen lainnya.

No.
Karakteristik
Ketentuan lain
1
2
3
4
5
6
7
8



9
Protein
Abu
Serat Kasar
Logam Berbahaya (As,Pb,Mg,..)
Zat warna
Bau dan rasa
Kondisi
Zat Pengawet



Bakteri E.coli
Minimal 9%
Maksimal 1%
Maksimal 0,1%
Negatif
Perwarna khusus untuk makanan
Normal untuk tahu     
Normal, tidak berjamur, tidak berlendir
Jenis dan jumlah diizinkan:
a. natrium benzoat (0,1%)           
b. nipagin (0,08%)
c. asam propionat (0,3%)
Negatif















Tabel 2.1 Komposisi Kimia Tahu

Sumber: Standar Kualitas Tahu Berdasarkan SII No. 0270-80 (2005).
2.2.2 Kedelai
Kedelai adalah bahan pangan yang berasal dari tanaman berupa semak-semak yang dapat tumbuh tegak. Kedelai jenis ini disebut Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai jenis kedelai contoh yang kita kenal sekarang ini, Glycine max (L.) Merril. Buah kedelai disebut “polong”, yang tersusun dalam rangkaian buah. Biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat-pipih sampai bulat-lonjong. Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat atau hitam. Ukuran biji berkisar antara 6-30 gram/100 biji (Rahmad dan Yuyun, 2010).
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kedelai
Kandungan
Jumlah
Energi
381
Protein
40.40
Lemak
16.70
Karbohidrat
24.90
Kalsium
222.00
Fosfor
682
Besi
10.00
Vitamin A
0
Vitamin B1
0.52
Vitamin C
121.7
Food Edible
100
Food Weight
100
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)
2.2.3 Beras
Beras adalah kumpulan butiran padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) menjadi dedak kasar. Beras adalah gabah yang kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh. Penggunaannya dengan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh. Bagian gabah yang dapat dikonsumsi adalah kariopsis terdiri dari 75% karbohidrat dan 8% protein pada kadar air 14%. Penyusun lainnya yaitu lemak, serat, abu dalam jumlah sedikit. Bagian gabah yang diperoleh setelah penggilingan yang disebut beras giling, mengandung 78% karbohidrat adn 7%protein (Made dan Andreas, 2009).
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Beras
Kandungan
Jumlah
Energi
339
Protein
7.70
Lemak
4.40
Karbohidrat
73.00
Kalsium
22.00
Fosfor
272
Besi
3.00
Vitamin A
0.00
Vitamin B1
0.55
Vitamin C
0.00
Food Edible
100
Food Weight
100
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)
2.2.4 Nasi
Mutu pada nasi sangat ditentukan oleh beras yang dimasak, termasuk jumlah air yang ditambahkan. Mutu pangan termasuk nasi dapat dievaluasi oleh tingkat kelezatan suaatu pangan dan tingkat kesukaan secara individu. Mutu makan khususnya nasi umumnya berhubungan dengan kekerasan, kelengkatan, aroma beras yang dimasak, kadar amilosa, kadar kadar air (Sugeng Sriyanto, 2010)


Kandungan
Jumlah
Energi
176
Protein
3.30
Lemak
0.00
Karbohidrat
4.90
Kalsium
0
Fosfor
0.00
Besi
0
Vitamin A
0.0
Vitamin B1
0.00
Vitamin C
0.0
Food Edible
100
Food Weight
100















Tabel 2.4 Komposisi Kimia Nasi
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)
.
2.2.5 Apel
Apel dikenal luas sebagai rajanya buah-buahan. Banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa apel memiliki kandungan yang bermanfaat. Apel juga mengandung berbagai jenis zat yang mampu mengatasi penyakit ringan maupun berat. Mulai dari kandungan zat flavoid yang dinilai dapat melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas dan populasi lingkungan. Selain itu juga terdapat zat fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan penghancur kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan kolesterol baik (High Density Lipoprotein). Kandungan zat kimia lainnya yang bermanfaat adalah pektin, borron dan tannin. Selain kandungan zat kimia, apel juga memiliki nilai gizi yang bermanfaat (Sufrida dkk, 2010).
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Apel
Kandungan
Jumlah
Energi
58
Protein
0.30
Lemak
0.40
Karbohidrat
14.90
Kalsium
6.00
Fosfor
10
Besi
0.00
Vitamin A
90
Vitamin B1
0.04
Vitamin C
5.0
Food Edible
88
Food Weight
100
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)

2.2.6 Melon
      Melon adalah jenis tanaman buah yang paling banyak disukai masyarakat, layaknya buah apel, jeruk, anggur dan beberapa buah favorit lainnya. Masa tanam melon yang relatif cepat dan minat pasar yang terlihat sedang mengalami peningkatan, membuat sebagian petani tertarik untuk beralih ke melon. Melon dapat tumbuh baik pada ketinggian sekitar 300 – 1000 mdpl, dengan curah hujan ideal 2000 – 3000 mm/tahun. Melon membutuhkan sinar matahari yang lama untuk pertumbuhan, yaitu berkisar antara 10 – 12 jam per hari. Melon dapat tumbuh baik di tanah yang kaya bahan organik dengan pH sekitar 6,0 – 6,8 (Redaksi AgroMedia, 2007).
Tabel 2.6 Komposisi Kimia Melon
Kandungan
Jumlah
Energi
34 kkal
Protein
0.84 g
Lemak
0.19 g
Karbohidrat
8.6 g
Serat
0.9 g
Vitamin A
3382 IU
Vitamin E
0.05 g
Vitamin C
36.7 mg
Vitamin K
2.5 mg
Sumber: USDA, National Nutrient Database for Standard Reference (2009)
2.2.7 Tomat
Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum) adalah produk hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan memiliki prospek pasar cukup baik. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun telah olahan, memiliki komposisi zat gizi yang menyehatkan dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1 persen kulit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, glukosa dan fruktosa, sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin, dan lipid (Bambang Cahyono, 2008).
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Tomat
Kandungan
Jumlah
Energi
15
Protein
1.00
Lemak
0.20
Karbohidrat
3.50
Kalsium
7.00
Fosfor
15
Besi
0.00
Vitamin A
600
Vitamin B1
0.05
Vitamin C
10.0
Food Edible
100
Food Weight
100
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)
2.2.8 Jeruk
Masyarakat Indonesia mengkonsumsi jeruk umum dalam bentuk segar atau dari jeruk yang diolah menjadi suatu produk. Mengonsumsi buah jeruk dapat dimakan secara langsung maupun diperas terlebih dahulu untuk diambil sariny yang bermanfaat. Sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, kandungan vitamin C pada jeruk sangat tinggi. Tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk memungkinkan buah jeruk dikonsumsi sebagai pencegah maupun penyembuh dari penyakit influenza. Buah jeruk juga mengandung zat fosfor dan zat kapur tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang khususnya pada anak-anak (Rahmat Rukmana, 2003).
Tabel 2.8 Komposisi Kimia Jeruk
Kandungan
Jumlah
Energi
45
Protein
0.90
Lemak
0.20
Karbohidrat
11.20
Kalsium
33.00
Fosfor
23
Besi
0.00
Vitamin A
190
Vitamin B1
0.08
Vitamin C
49.0
Food Edible
72
Food Weight
100
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)
2.3 Fungsi Bahan Kimia yang Digunakan
Bahan kimia yang digunakan untuk membantu analisis mutu pangan, mulai dari analisis
protein, analisis lemak, analisis gula reduksi dan analisis vitamin C adalah sebagai berikut:
2.3.1 Selenium
       Selenium merupakan salah satu mikronutrien esensial yang dimanfaatkan untuk kerja enzim GPX yang berguna dalam sistem pertahanan terhadap stres oksidatif. Selenium adalah suatu trace mineral esensial tubuh manusia dengan fungsi sebagai immunomodulator, logam berat detoksifikasi, dan anti karsinogenik, selenium pada dijumpai di ikan, daging, brokoli dan lain-lain. Pada metode penelitian kadar nitrogen dengan menggunakan metode kjeldahl selenium berfungsi sebagai katalisator proses destruksi. Selenium dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi sehingga mudah menaikkan titik didih dan mudah mengadakan suatu perubahan dari valensi rendah ataupun dari valensi tinggi (Prihanto, 2017).
 2.3.2 H2SO4
Asam sulfat (H2SO4) adalah suatu  kimia dengan sifat korosif, tidak berbau, tidak berwarna, sangat reaktif, dan dapat membuat melarutkan logam. Asam sulfat mampu larut dalam air dengan berbagai perbandingan, mempunyai titik lebur 10,31oC dan titik didih 336,85oC tergantung pada temperatur dan kepekatan. Pada temperatur 300oC lebih asam sulfat dapat terdekomposisi dan menghasilkan sulfur trioksida. Pada metode analisis penentuan kadar protein H2SO4 (asam sulfat) ini digunakan untuk proses destruksi protein selanjutnya bereaksi dengan nitrogen bebas yang dikandung oleh sampel yang telah dilakukan destruksi. Nitrogen dan asam sulfat akan bereaksi membentuk amonium sulfat dalam larutan yang sudah terdestruksi (Elda dan Effan, 2014).
2.3.3 Asam Borat
       Asam borat adalah suatu senyawa yang dikenal dengan nama lain boraks. Asam borat mengandung 99% dan 100,5% H2BO3. Kelarutan asam borat dalam air akan bertambah  seiring dengan adanya penambahan beberapa senyawa seperti asam klorida, asam sitrat, dam asam tartrat. Asam borat mudah menguap pada suhu 100oC dan berubah menjadi HBO2 (asam metaborat). Asam ini bersifat lemah terhadap garam alkali yang bersifat basa. Pada metode analisis kadar nitrogen dengan metode kjeldahl asam borat memiliki fungsi yang penting. Asam borat menangkap nitrogen dalam bentuk gas amonia yang telah dikondensasi pada proses distilasi. Amonia tersebut berasal dari hasil pemecahan amonium sulfat karena adanya reagen natrium hidroksida. Amonia yang telah terkondensasi tersebut beraksi dengan asam borat yang berada di dalam erlenmeyer (Raymon Chang, 2004).
 2.3.4 Metilen Blue
      Metilen Blue adalah senyawa hidrokarbon aromatik memiliki sifat beracun dengan rumus kimia C16H18CIN3S. Zat ini merupakan salah satu zat warna kationik yang memiliki daya adsorpsi kuat. Pada industri Metilen Blue dimanfaatkan untuk pewarna sutra, wool, tekstil, kertas, peralatan kantor, kosmetik. Metilen Blue berbentuk kristal dengan warna hijau gelap. Namun, ketika zat ini dilarutkan dalam air dan alkohol akan membentuk larutan dengan warna biru. Titik lebur Metilen Blue adalah 105 C, berat molekul 319,86 g/mol dan daya larut 4,36x104 mg/L (Raymon, Chang, 2004).
2.3.5 NaOH
      NaOH (natrium hidroksida) merupakan salah satu jenis basa kaustik. NaOH umum ijumpain dalam fase padat, dengan densitas 2,1 g/cm3, titik didih mencapai 1390oC, dan meleleh pada 318oC. Larutan yang dihasilkan mempuyai sifat sangan basa dan umum digunakan untuk reaksi asam lemah. NaOH sukar terbakar meskipun direaksikan dengan beberapa senyawa akan menimbulkan ledakan. NaOH juga dapat mengendapkan logam berat ntuk mengatur keasaman air. Natrium hidroksida juga digunakan sebagai reagen dalam proses analisis kadar nitrogen bebas dengan menggunakan metode kjeldahl. Natrim hidroksida pada metode kjeldahl digunakan untuk proses distilasi dan berfungsi sebagai reagen ynag memecah NH4OH (amonium sulfat) menjadi NH3 (gas amonia) dengan cara berikatan dengan senyawa sulfat membentuk atrium sulfat. Pemecahan ini dilangsungkan agar nitrogen dapat dibebaskan dan ditangkap oleh asam borat (Sukandarrumidi dkk, 2018).
2.3.6 HCI
HCl (asam klorida) termasuk asam kuat yang memisah sepenuhnya di dalam air. HCl terbentuk oleh suatu ikatan kovalen antara ion hidrogen serta ion klorida. Salah satu contoh pada penggunaan komersial asam ini adalah dalam produksi beberapa obat-obatan. HCl (asam klorida) juga digunakan pada metode analisis kadar nitrogen dengan metode kjeldahl pada proses titrasi. HCl pada proses ini berfungsi untuk mengikat kembali nitrogen bebas pada asam borat dan membentuk NH4Cl (amonium klorida) serta membebaskan kembali asam borat yang sebelumnya mengikat nitrogen (Sukandarrumidi dkk, 2018).
 2.3.7 Potreleum Benzena
Petroleum benzena (petroleum benzine) tersusun dari gugus hidrokarbon petroleum yang umum digunkana sebagai solven (pelarut). Solven memiliki sifat nonpolar dan merupakan salah satu campuran dari hidrokarbon alfatis sederhana yang cara mendapatkannya dilakukan dengan jalan penyulingan petroleum. Hidrokarbon ini adalah salah satu senyawa inert dan merupakan salah satu yang terbaik untuk digunakan sebagai pelarut non-polar yang memiliki sifat sangan mudah menguap pada suhu dan keadaan ruang. Pada analisis kadar lemak menggunakan metode soxhlet, lemak diekstrak dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan pada proses ini adalah petroleum benzen (petroleum benzine) yang merupakan salah satu jenih pelarut non-polar. Petroleum benzen digunakan karena mempunyai polaritas yang sama dengan lemak yang diekstrak sehingga mempermudak proses ekstraksi (Hayyuningsih dkk, 2009).
2.3.8 CaCO3
      CaCO3 merupakan preparat dari kalsium yang paling umum ditemukan yang mengandung kalsium elemental sebesar 40% CaCO3 sulit diabsorbsi oleh tubuh. CaCO3 sebaiknya dikonsumsi bersamaan atau dikombinasikan dengan vitamin D. Bentuk preparat dari kalsium yang paling aman dikonsumsi adalah Ca3(C6H5O7)2 (Calcium citrate) dengan kandungan kalsium elemental sebesar 21% (Lovell et al, 2006). Konsumsi CaCO3 tidak boleh berlebihan, pemberian CaCO3 secara berlebih akan meningkatkan kadar kalsium dalam korteks atau medulla ginjal, kondisi ini akan menyebabkan nefrokalsinosis (Sukandarrumidi dkk, 2018).
2.3.9 Pb-Asetat
timah hitam (Pb) atau timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami maupun buatan. Timbal asetat merupakan bentuk zat terbentuk kristal warna putih dan berbau cuka karena berikatan dengan ion asetat (CH3COO), pb asetat merupakan garam timbal yang sangat beracun. Logam ini penyebarannya sangat luas dan banyak digunakan di berbagai industry logam. Pb asetat dalam bentuk larutan sering kali digunakan untuk membuat garam. Pb asetat bersifat korosif terhadap logam seperti besi, magnet, dan seng membentuk hydrogen dan garam. Pb asetat berfungsi untuk mengendapkan partikel gula pereduksi (Sutresna, 2007).
2.3.10 Na-Osalat
      Asam Oksalat atau asam etanadioat (HO2CCO2H) memiliki berat molekul 90,04 dalam bentuk anhydrous tidak berbau, higroskopis dan tidak berwarna (putih). Nama lainnya adalah adalah oxalic acid sodium salt. Zat ini berbahaya dan beresiko apabila tertelan atau mengenai kulit. Oleh karena itu penggunaannya harus berhati-hati jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian. Na-Oksalat berfungsi untuk mengendapkan sisa Pb-asetat sehingga membentuk Pb-Oksalat (Raymon, Chang, 2004).
2.3.11 Glukosa Standar
       Kurva standar glukosa perlu untuk dibuat terlebih dahulu, sebelum melakukan analisa glukosa pada hidrolisat yang diperoleh. Kurva ini digunakan dalam penentuan kadar glukosa menurut metode Nelson - Samogyi. Kurva ini menyatakan hubungan antara absorban dengan konsentrasi glukosa. Pada kurva ini dapat diketahui konsentrasi larutan yang mengandung glukosa yang akan dianalisa dengan mengukur absorbansi larutan tersebut menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak (Raymon, Chang, 2004).
2.3.12 Iodin
      Iodin dan senyawanya memiliki aplikasi yang luas di bidang industri, kesehatan, sanitasi, nutrisi dan lain. Pemakaian iodin dalam dunia kesehatan dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan pemakaiannya. Dampak negatif dari limbah iodin salah satunya ditemukan di rumah sakit. Iodin biasanya dipakai secara berlebihan terutama pada proses operasi sebagai obat dan antiseptik, sehingga di lingkungan rumah sakit sering ditemukan limbah cair yang mengandung senyawa iodin (David dkk, 2001).
2.3.13 Arsenomoblibdat (Gula reduksi) Amilum
     Penambahan reagen Arsenomonolibdat memyebabkan terjadi reaksi dengan endapan kuprooksida. Pada peristiwa ini kuprooksida akan mereduksi kembali arsenomonolibdat menjadi molybdenum yang berwarna biru. Warna biru tersebut nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektofotometer. Berupa larutan berwarna biru. Reagen arsenomolibdat memiliki waktu simpan yang terbatas dan sifatnya beracun, jika tertelan akan menimbulkan rasa pusing, mual, dan sesak. (David dkk, 2001).
 2.3.14 Reagon Nelson
     Reagen nelson berfungsi sebagai oksidator antara kuprooksida yang bereaksi dengan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata, Kalium Na-Tartat yang terkandung dalam reagen Nelson berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kuprioksida. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar, maka konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan (David dkk, 2001).



BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum analisis mutu pangan dan hasil pertanian adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
1.      Oven
2.      Penjepit cawan
3.      Cawan porselin
4.      Neraca analitis
5.      Eksikator
6.      Tanur
7.      Krus porselin dengan penutup
8.      Neraca analitis
9.      Penjepit krus
10.  pH-meter
11.  Penangas air
12.  Kapas
13.  Gelas piala
14.  Labu ukur
15.  Waring blender
16.  Kertas Whatman
17.  Alat ekstraksi Soxhlet
18.  Alat pemanas listrik
19.  Pemanas Kjeldahl
20.  Labu Kjeldhl ukuran 30 – 50 mL
21.  Alat distilasi lengkap berpenampung 125 mL
22.  Buret mukro
23.  Pipet ukur
24.  Corong
25.  Beakerglass
3.1.2 Bahan
1.      Selenium
2.      H2SO4
3.      Asam Borat
4.      Metilen Blue
5.      NaOH
6.      HCL
7.      Proteleum Benzena
8.      CaCO3
9.      pb Asetat
10.  Na Oksalat
11.  Glukosa Standar
12.  Reagon Nelson
13.  Arsenomolibdat
14.  Yodium
15.  Iodin
3.2 Fungsi Perlakuan 
3.2.1 Kadar Air
Pada analisis kadar air pertama dilakukan pengeringan cawan menggunakan oven pada suhu 105 C selama 24 jam. Kemudian dilakukan pendinginan dalam eksikator selama 15 menit. Lanjutkan dengan penimbangan cawa kosong, penambahan sampel sebanyak 2 gram. Setelah itu, pengeringan menggunakan oven selama 3 jam, lanjutkan dengan pendinginan dalam eksikator selama 15 menit, lanjutkan penimbangan cawan dan isi, lakukan pengulangan sebanyak dua kali dan lakukan perhitungan.
3.2.2 Kadar Abu

Langkah pertama dalam analisis kadar abu adalah pengeringan krus porselin selama 1 jam dan dikuti pendinginan pada eksikator. Kemudian ditimbang bersama sampel seberat 2 gram. Setelah itu dilakukan pemanasan dalam tanur dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dengan skala 30-40 yang bertujuan menghilangkan asam selama 1 jam. Tahap kedua dilakukan pemanasan pada tanur dengan skala 70 selama 4 jam. Kemudian matikan dan diamkan selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penimbangan sebelum itu, krus porselin didinginkan selama 30 menit di eksikator. Tahap terakhir dikeringkan selama 30 menit, didinginkan di eksikator dilakukan penimbangan. Ulangi 3 langkah tersebut hingga dihasilkan berat konstan 0,05.

3.2.3 Kadar Protein
Kadar protein dilakukan dengan metide kjeldahl.Langkah pertama penghancuran sampel  dan penimbangan sampel hingga seberat 0,5 dan 0,1 gram. Selanjutnya penuangan pada kjeldahl dan penambahan aquades sebanyak 0,5 ml setiap sampel. Sedangkan untuk blanko dibuat tidak gabung dengan sampel Kemudian pennambahan selenium 0,9 gram, diikuti penambahan H2SO4 sebanyak 5 ml, lakukan proses Kjeldahl pada skala 3,6,9 masing masing selama 15 menit. Setelah itu, penambahan asam borat sebanyak 15 ml ditambah dua tetes motile blue. Kemudian pemasangan labu destilator dan memasukkan sampel, dilakukan proses destilasi diikuti penamban HCI untuk dilakukan titrasi dan lakukan perhitungan kadar protein.
3.2.4 Analisis Gula Reduksi

      Pada praktikum analisa karbohidrat ini yaitu dengan menyiapkan tujuh tabung reaksi selanjutnya tambahkan larutan glukosa standart sebesar 0; 0,1; 0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; dan 2 ml yang masing - masing dimasukan ke dalam 7 tabung reaksi tersebut yang diberi label agar tidak tertukar satu sama lain. Selanjutnya penambahan 1 ml larutan nelson pada tiap tabung sebanyak 1 ml yang dapat mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida kemudian panaskan pada air yang mendidih selama 20 menit untuk melarutkan nelson dan mempercepat reaksi. Kemudian dinginkan larutan untuk menurunkan suhu, selanjutnya penambahan 1 ml arsenomolybdat agar dapat bereaksi dengan endapan kuprooksida yang akan mereduksi menjadi monolybdine blue. Kemudian dilakukan vortex untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada reaksi arsenomolibdat yang bereaksi dengan kuprooksida, selanjutnya tambahkan aquades sebanyak 10 ml untuk penteraan, lakukan juga pengocokan larutan untuk homogenisasi, jika warna menjadi biru ukur absorbansinya pada spekofotometri selanjutnya lakukan pembuatan kurva standar dan pembuatan persamaan garis.
Tahap selanjutnya adalah menyiapkan sampel yang digunakan untuk analisa kadar karnohidrat ini sampel yang digunakan adalah apel dan melon yang sebelumnya dilakukan pengecilan ukuran, lalu bahan ditimbang menggunakan necara analitik sebanyak 2 gram, kemudian tambahkan aquades sebanyak 30ml yang berfungsi untuk melarutkan dan mengekstrak gula reduksi. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan stirrer magnetik selama 15 menit berfungsi unutk menghomogenkan hingga larutan tercampur rata. Selanjutnya tambahkan CaCO3 yang berfungsi untuk mempertahankan gula reduksi agar tidak terjadi inversi oleh senyawa-senyawa yang lain. 
Kemudian dipanaskan kembali selama 20 menit yang bertujuan untuk melarutkan asam- asam organik dan mempercepat reaksi larutan yang telah dipanaskan kemudian didinginkan terlebih dahulu agar suhunya menjadi turun. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan filter dari filtrate dilakukan pemanbahan Pb - Asetat 3ml dan Na – Oksalat 3ml sehingga terbentuk endapan, Penambahan larutan Pb – Asetat berfungsi untuk mengendapkan senyawa non gula reduksi sedangkan penambahan Na – Oksalat berfungsi untuk mendegradasi pigmen sehingga pengukuran dengan spektofotometer di dapatkan hasil yang akurat. Selanjutnya saring untuk mendapatkan filter dan filtrate yang lebih akurat. 
Larutan yang telah disaring, kemudian ditera sampai 100 ml yang berfungsi untuk pengenceran sehingga kensentrasi yang di dapatkan lebih kecil. Ambil 0,1 dan 0,25 ml dari tabung reaksi selanjutnya ditambahkan nelson a dan b untuk mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida selanjutnya dipanaskan selama 20 menit berfungsi unutk melarutkan nelson dan mempercepat terjadinya reaksi. Selanjutnya dilakukan pendinginan untuk menurunkan suhu, kemudian ditambahkan 1 ml arsenomolibdat agar dapat bereaksi dengan endapan kuprooksida, selanjutnya dilakukan vortex untuk mengetahui perubhan warna yang terjadi. Selanjutnya tera dengan menggunakan 10 ml aquades lakukan pengocokan dan kemudian diabsorbansi.
3.2.5 Kadar Lemak
Siapkan kertas saring terlebih dahulu untuk kemudian dioven dengan suhu 60ºC selama 15 menit. Fungsi pengeringan tersebut untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring. Kertas saring tersebut kemudian didinginkan dalam desikator dan ditutup rapat selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk menstabilkan RH karena silika gel yang terdapat dalam desikator menyerap kelembaban dari kertas saring. Lalu, kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik agar hasil yang diperoleh akurat dan presisi.  Kertas saring yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan 2-3 gram sampel. Kemudian kertas saring berisi sampel tersebut dibungkus dan diikat untuk mencegah keluarnya sampel dari kertas saring pada saat ekstraksi. Selanjutnya kertas saring berisi sampel tersebut dikeringkan di dalam oven bersuhu 60ºC selama 24 jam. Siapkan labu lemak untuk kemudian dikeringkan dalam oven dan ditimbang mengggunakan neraca analitik. Lalu, petroleum benzen dimasukkan ke dalam labu lemak. Penggunaan petroleum benzen sebagai pelarut karena sifatnya yang non-polar dan dapat melarutkan lemak sehingga kedua jenis sampel yang digunakan, baik basah maupun kering harus dikeringkan terlebih dahulu. Jika sampel yang digunakan mengandung sedikit air, air tersebut akan menghambat proses ekstraksi. Kemudian rangkaian soxhlet dipasang dengan rapat dan pada bagian tengah rangkaian dimasukkan kertas saring berisi sampel. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi melalui pemanasan selama 3 jam.
      Setelah 3 jam diamkan labu lemak berisi ekstrak pada suhu ruang selama 15 menit untuk menguapkan sebagian pelarut. Kemudian lakukan pengovenan kembali dengan suhu  60ºC selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar sampel yang ingin dianalisa kadar lemaknya tidak mengandung zat lain selain lemak. Lalu labu lemak didinginkan dalam eksikator dan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik agar hasil yang diperoleh akurat dan presisi.
3.2.6 Analisis Kadar Vitamin C
            Pada praktikum analisis kadar vitamin C digunakan 2 sampel berbeda dengan 2 kali pengulangan. Sampel yang digunakan adalah jeruk dan tomat dengan berat masing-masing kurang lebih 2 gram. Penimbangan dilakukan menggunakan neraca analitik. Kemudian dilakukan penghancuran menggunakan mortar dan pestil. Sampel dihancurkan sampai halus kemudian ditambahkan aquades 30 ml dan dimasukkan kedalam beaker glass. Setelah itu sampel yang telah larut dalam aquades di stirer selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar sampel benar-benar bercampur rata dan homogen. Kemudian sampel dipindahkan dan di sentrifuse selama 10 menit. Hal ini bertujuan agar sari yang ada pada sampel ada diatas dan ampas yang ada akan mengendap dibawah. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring. Hal ini bertujuan agar ampas tidak terikut kedalam ekstrak. Sampel tersebut kemudian dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan 30 ml aquades. Pengekstrakkan tersebut dilakukan dua kali agar ekstrak yang didapatkan optimal. Setelah itu dilakukan peneraan samapi 100 ml pada labu ukur.
      Untuk pengujian diperlukan blanko untuk menetapkan standar pada pengujian. Penetapan blanko dilakukan menggunakan aquades 25 ml tanpa sampel. Kemudian ditambahkan amilum 1% sebanyak 2 ml dan di titrasi menggunakan iodine standar 0,01 N. Warna pada blanko biasanya berwarna biru tua pekat dan blanko tersebut digunakan sebagai pembanding titrasi untuk sampel nantinya.
      Sampel yang telah siap kemudian diambil 25 ml untuk dilakukan pengujian. Pengujianmasing-masing sampel yaitu jeruk dan tomat dilakukan sebanyak 2 kali. Sebelum pengujian dengan titrasi, sampel ditambahkan amilum 1 % sebanyak 2 ml. Kemudian dilakukan titrasi menggunakan iodine standar 0,01 N dan disamakan dengan warna blanko yaitu biru tua pekat. Kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan seberapa banyak iodine yang dibutuhkan pada setiap pengujiannya. 


Daftar Pustaka

Astawan, Made dan Andreas Leomitro. 2009. Khasiat Whole Grain. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, Bambang. 2008. Tomat Usaha Tani & Penanganan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Chang, Raymon. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

David W, dkk. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Melwita, Elda dan Effan Kurniadi. 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi H2SO4 Pada Pembuatan Asam Oksalat dari Tongkol Jagung. Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol 20, April 2014

Prasetya, Andjar. 2017. Analisis Good Manufacturing Practice Olahan Pangan. Jakarta: Indocamp.

Prihanto, Asep Awaludin. 2017. Reaksi Fisiko Kimia Produk Perikanan Tradisional. Malang: UB PRESS.

Redaksi AgroMedia. 2007. Budi Daya Melon. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Rukmana, Rahmad dan Yuyun Yuniarsih. 2010. Kedelai Budidaya Pasca Panen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rukmana, Rahmat. 2003. Jeruk Manis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sriyanto, Agung. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Sufrida, dkk. 2010. Khasiat dan Manfaat Apel. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Sukandarrumidi, dkk. 2018. Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

Suprapti, Lies. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: Grafindo Media Pratama.


Titis Sari Kusuma. dkk. 2017. Pengawasan Mutu Makanan. Malang: University Brawijaya Press.

Baca Juga: Klasifikasi, Sumber dan Sifat Lipida

0 Response to "Laporan Praktikum Analisis Mutu Pangan (Air, Debu, Vitamin C, Glukosa, Kadar Lemak, Protein) "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel