Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Hulu Kakao (Pengertian, Jenis-Jenis, Syarat Mutu dan Pengolahan)

Buah Kakao, Sumber: pixabay.com



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nilai ekonomi dari tanaman buah kakao sangat tinggi dan produk-produk yang dibuat dari biji kaako sangat terkenal. Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia sejak tahun 2003 sampai 2007. Saat ini, komoditas tersebut menjadi salah satu komoditi unggulan Indonesia baik berorientasi perdagangan lokal maupun ekspor. Buah dan warna kulit buah kakao sangat bervariasi, tergantung pada kultivarnya. Namun, pada dasarnya hanya ada dua macam warna, yaitu buah yang ketika muda berwarna hijau/hijau agak putih, bila sudah masak berwarna kuning dan buah yang ketika masih muda berwarna merah, bila sudah masak berwarna orange (Wahyudi, 2008).
Pada akhir tahun 2011, biji kakao yang diperdagangkan harus memenuhi SNI 01-2323-2008 tentang standar mutu biji kakao. SNI mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun persyaratan umum dan khususnya guna menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan. Dengan adanya SNI ini diharapkan kualitas buah kakao yang dihasilkan akan lebih baik dan bisa dijual dengan harga yang baik.
Praktikum ini sangat perlu dilakukan agar mahasiswa bisa menentukan kualitas mutu biji kakao sesuai dengan SNI yang ada. Dengan adanya praktikum ini diharapkan mahasiswa bisa menentukan mana biji kakao yang berserangga, biji kakao slaty, biji dempet, biji berkecambah, biji berjamur dan lainnya.



1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan mutu biji kakao berdasarkan SNI 2323-2008




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kakao
Theobroma cacao ialah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao oleh Linnaeus pada tahun 1753. Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis Theobroma, suku sterculiaceae yang diusahakan secara komersil. Sedangkan biji kakao dapat diolah menjadi cokelat. Menurut Tjitrosoepomo (1998) dalam PPKKI (2010), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:
Divisi                           : Spermatophita
Sub Divisi                   : Angiospermae
Kelas                           : Dicotyledoneae
Sub Kelas                    : Dialypetalae
Bangsa                        : Malvales
Suku                            : Steruliaceae
Marga                          : Theobroma
Jenis                            : Theobroma cacao L.
Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Daerah utama penanaman kakao adalah hutan hujan tropis di Amerika Tengah, tepatnya wilayah 18Lintang Utara sampai 15Lintang Selatan (Siregar et al., 2003). Buah kakao terdiri atas tiga komponen utama yaitu kulit buah , biji , dan plasenta. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao,menyokong lebih dari 70% berat buah masak. Jumlah biji dalam buah kakao berkisar 30-40 biji dengan berat sekitar 27-29% buah masak,biji-biji tersebut direkatkan oleh plasenta. Biji kakao dalam buah kakao diselimuti oleh pulp. Pulp berwarna putih dan bila buah masak pulp akan menjadi lunak dan berasa manis. Buah kakao sebaiknya dipetik tepat masak agar dapat menghasilkan biji kakao kering yang baik (Winarno, 2008).


Biji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit (shell). Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao (kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum adalah antara 11 - 13 %. Ukuran biji kakao sangat menentukan rendemen hasil lemak. Makin besar ukuran biji kakao, makin tinggi randemen lemak dari dalam biji.Ukuran biji kakao kering sangat dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan (Susanto, 1994).


B. Jenis – Jenis Kakao
Tanaman kakao ini digolongkan kedalam kelompok tanaman caolifloris, termasuk genus Theobroma, family Sterculiaceae, spesies theobroma cacao LINN. Criollo dan trinitario adalah nama fine cocoa atau kokoa mulia, sedangka jenis forester dikenal dengan nama bulk cocoa atau kakao lindak (Susanto, 1994).
Beberapa jenis tanaman kakao yang bijinya paling banyak diolah menjadi coklat tiga macam yaitu:
1.                  Jenis Criollo, yang terdiri atas Criollo Amerika Tengan dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji yang mutunya baik dan dikenal sebagai cokelat mulia, fine flavor cocoa, choied cocoa, edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Keunggulan kakao jenis ini terletak pada kompleksitas rasa namun lembut, dengan rasa klasik yang rendah, tetapi sangat kaya padasecondary note dengan jejak yang bertahan lama di mulut. Negara penghasil kakao Criollo antara lain: Venezuela, Equador, Trinidad, Grenada, Srilangka, Indonesia, Samoa, Jamaika, Suriname dan sebagian kecil West
2.                  Jenis Forastero, dapat dikatakan kakao jenis ini merupaka pohon kakao industri, karena lebih tahan terhadap lingkungan ekstrim. Jenis ini mudah ditemui di daerah beriklim tropis. Varietas ini juga cukup produktif. Buahnya berwarna hijau dengan kulit yang tebal. Buah kakao jenis ini memiliki karakter rasa khas coklat sangat kuat. Namun ada juga beberapa varietas dari Forastero yang memiliki karakter rasa yang sangat komplek, seperti arriba dan national. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah. Kakao jenis ini berasal dari Brazil, Amelonado (Afrika Barat) Equador.
3.                  Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hybrid dari jenis Criollo dengan jenis Forastero secara alami sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. kakao jenis ini menghasilkan biji yang termasuk fine flavor cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa. buanya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Kristanto, 2013).


Jenis kakao yang terbanyak dibudidayakan menurut Sunanto, dalam Jurniati (2013) adalah jenis:


1.                  Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan), yang menghasilkan biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa atau edel cocoaCriollo memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
·                     Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah dan tunas –tunas muda umumnya berbulu.
·                     Masa berbuah lambat.
·                     Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
·                     Kulit buah tipis dan mudah diiris.
·                     Terdapat 10 alur yang letaknya berselang – seling, dimana lima alur agak dalam dan lima alur agak dangkal.
·                     Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok dan tidak memiliki bottle neck.
·                     Tiap buah berisi 30 – 40 biji yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
·                     Endospermnya berwarna putih.
·                     Proses fermentasinya lebih cepat dan rasanya tidak begitu pahit.
·                     Warna buah muda umumnya merah dan bila sudah masak menjadi orange.
2.                  Forestero, yang menghasilkan biji kakao bermutu sedang dan dikenal sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa. Jenis ini terdiri dari forastero amazona dan trinitatio.
Tipe forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·                     Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi.
·                     Masa berbuah lebih awal.
·                     Umumnya diperbanyak dengan semain hibrida.
·                     Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
·                     Kuat buah agak keras tetapi permukaanya halus.
·                     Alur – alur pada kulit buah agak dalam.
·                     Ada yang memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki.
·                     Endospermnya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng.
·                     Proses fermentaasinya lebih lama.
·                     Rasa biji lebih pahit.
·                     Kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal dari Amazona dan merah yang berasal dari daerah lain.
3.                  Trinitario yang merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavour cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Kakao lindak).
Jenis trinitario yaitu:
Angoleta, dengan ciri–ciri sebagai berikut :
·                     Bentuk luar mendekati Criollo,
·                     Kulit luar sangat kasar, tanpa bottle neck, buah besar, beralur dalam.
·                     Endosperm/bijinya berwarna ungu.
Cundeamor, dengan ciri–ciri sebagai berikut :
·                     Bentuk buah seperti Angoleta, kulit buah kasar, bottle neck jelas dan alur tidak dalam.
·                     Bijinya gepeng dan mutu superior.
·                     Endosperm ungu gelap.
Amelonado, dengan ciri–ciri sebagai berikut :
·                     Bentuk buah bulat telur, kulit sedikit halus, ada yang memiliki bottle neck ada pula yang tidak, dan alur – alurnya jelas.
·                     Bijinya gepeng, mutu ada yang sedang dan ada yang superior.
·                     Endosperm berwarna ungu.
Calaba cillo, dengan ciri–ciri sebagai berikut :
1.                   Buahnya pendek dan bulat, kulitnya sangat halus dan licin, tanpa bottle neck, sedangkan alur – alur buahnya dangkal.
2.                   Bijinya gepeng dan rasanya pahit.


3.                   Endosperm berwarna ungu. 




C.      SNI Kakao
Tabel 1.  Mutu biji kakao berdasarkan ukuran biji kakao
Ukuran
Jumlah biji/100 gram
AA
Maks 85
A
Maks 100
B
Maks 110
C
Maks 120
S
>120
Sumber: SNI 01 – 2323 – 2008

  Tabel 2. Persyaratan Mutu
No
Jenis uji
Satuan
Persyaratan
1
2
3

4
Serangga hidup
Kadar air
Biji berbau asap dan atau hammy dan atau berbau asing.
Kadar benda asing
-
% fraksi massa
-

-
Tidak ada
Maks. 7,5
Tidak ada

Tidak ada
Sumber: SNI 01 – 2323 – 2008
Tabel 3.  Syarat khusus standar mutu biji kakao
Jenis mutu
Persyaratan
Kakao Mulia(Fine Cocoa)
Kakao Lindak(Bulk Cocoa)
Kadar biji berjamur (biji/biji)
Kadar biji slaty (biji/biji)
Kadar biji berserangga (biji/biji)
Kadar kotoran waste (biji/biji)
Kadar biji berkecambah (biji/biji)
I – F
I – B
Maks. 2
Maks. 3
Maks. 1
Maks. 1,5
Maks. 2
II – F
II – B
Maks. 4
Maks. 8
Maks. 2
Maks. 2,0
Maks. 3
III – F
III – B
Maks. 4
Maks. 20
Maks. 2
Maks. 3,0
Maks. 3
Sumber: SNI 01 – 2323 – 2008



D. Istilah dan Definisi Kerusakan Biji Kakao
Menurut SNI (2008), kerusakan biji kakao dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.      biji pecah
biji kakao dengan bagian yang hilang berukuran setengah (½) atau kurang dari bagian biji kakao yang utuh.
2.      biji cacat
biji kakao yang berjamur, slaty,biji berserangga, biji pipih, biji berkecambah.
3.      biji berjamur
biji kakao yang ditumbuhi jamur di bagian dalamnya dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata.
4.      biji berserangga
biji kakao yang dibagian dalamnya terdapat serangga pada stadia apapun atau terdapat bagian-bagian dari tubuh serangga, atau yang memperlihatkan kerusakan karena serangga yang dapat dilihat oleh mata.
5.      biji pipih
biji kakao yang tidak mengandung keping biji atau keping bijinya tidak dapat dibelah.
6.      biji berkecambah
biji kakao yang kulitnya telah pecah atau berlubang karena pertumbuhan lembaga
7.      biji tidak terfermentasi (biji slaty)
Pada kakao lindak memperlihatkan separuh atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna keabu-abuan seperti sabak atau biru keabu-abuan bertekstur padat dan pejal dan pada kakao mulia permukaannya berwarna putih kotor
8.      biji fermentasi
biji yang memperlihatkan ¾ atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna coklat, berongga dan beraroma khas kakao
9.      pecahan biji
biji kakao yang berukuran kurang dari setengah (½) bagian biji kakao yang utuh.
10.     benda-benda asing
benda-benda lain yang bukan berasal dari tanaman kakao
11.  kotoran (waste)
benda-benda berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih,
ranting dan benda lainnya yang berasal dari tanaman kakao
12.  keping biji
biji kakao tanpa kulit
13.  biji berbau asap abnormal, atau berbau asing
biji yang berbau asap, berbau hammy atau bau asing lainnya yang ditentukan metode uji
14.  serangga hidup
serangga pada stadia apapun yang ditemukan hidup pada partai barang
15.  biji dempet (cluster)
biji kakao yang melekat (dempet) tiga atau lebih yang tidak dapat dipisahkan dengan satu tangan

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah
            1. Neraca
            2. Ayakan
            3. Botol timbang
            4. Mortar
            5. Pisau
3.1.2 Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah
            1. Biji kakao fermentasi lama
            2. Biji kakao fermentasi baru



3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Penentuan adanya serangga hidup atau benda asing



Fungsi Perlakuan:
       Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa acara, untuk acara yang pertama yaitu penentuan adanya serangga hidup pada biji kakao. Pertama biji kakao dalam kemasan dibuka, setelah itu dilakukan pengamatan serangga dan benda asing yang ada pada biji. Pengamatan ini berfungsi untuk mendapatkan biji kakao yang sesuai dengan standar SNI.
3.2.2 Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya


Fungsi Perlakuan:
       Pertama kita siapkan sejumlah biji kakao untuk digunakan sebagai sampel, lalu sampel dibelah dengan melintang/membujur supaya memudahkan kita dalam melihat isi dari kakao setelah itu dilakukan pengamatan secara organoleptik untuk mendeteksi adanya bau asap abnormal dan bau asing lainnya.

3.2.3 Penentuan kadar kotoran


Fungsi Perlakuan:
       Pertama biji kakao ditimbang sebanyak 1000g lalu dilakukan pengamatan untuk melihat ada tidaknya kotoran di dalam tumbukan biji kokoa itu. Kotoran ini berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulot, biji pipih dan ranting. Kotoran-kotoran tersebut diletakkan pada kaca arloji yang berbeda-beda dan telah ditimbang sebelumnya. Terakhir, dilakukan pengukuran berdasarkan rumus yang ada.

3.2.4 Penentuan jumlah biji kakao per seratus gram




Fungsi Perlakuan:
       Pertama dilakukan penimbangan pada biji kakao sebanyak 100g, setelah itu biji yang telah di timbang dilakukan penghitungan jumlah biji yang di dapat. Jika AA = maks 85 biji per seratus gram, A=86-100 biji per seratus gram, B=101-110 biji per seratus gram, C= 111-120 biji per seratus gram, dan S= lebih dari 120 biji per seratus gram (SNI, 2008).

3.2.5 Penentuan kadar biji cacat pada kakao


Fungsi Perlakuan:
       Pertama, biji kakao ditimbang sebanyak 300g lalu dipotong secara memanjang dengan pisau melalui bagian sisi tipis. Hal ini dilakukan agar setiap bagian biji kakao lebih mudah diamati. Setelah itu dilakukan pengamatan satu per satu adanya biji berkapang, biji tidak terfermentasi/biji slaty, biji berserangga dan biji berkecambah. Khusus biji slaty apabila ragu maka boleh dicicip atau digigit, apabila ada rasa pahit dan sepat maka biji termasuk biji slaty. Setelah itu, biji yang tidak baik itu dipisahkan berdasarkan kecacatannya.



BAB 4 DATA PENGAMATAN DAN DATA PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
Pengamatan
Hasil
Kakao Baru
Kakao Lama
Serangga hidup
Tidak ada
Tidak ada
Benda asing
Tidak ada
Tidak ada
Kadar air
-
-
Biji berbau asap abnormal
Tidak ada
Ada
Biji berbau asing
Tidak ada
Ada
Plasenta
1,27 g/1000 g
0 g/1000 g
Biji dempet
48,52 g/1000 g
9,47 g/1000 g
Pecahan kulit
4,8 g/1000 g
3,11 g/1000 g
Biji pipih
65,52 g/1000 g
36, 31 g/1000 g
Ranting
0,24 g/1000 g
0,24 g/1000 g
Jumlah biji/100 gram
87biji
83 biji
Biji berjamur
0 biji/300 biji
7 biji/300 biji
Biji slaty
12 biji/300 biji
24 biji/300 biji
Biji berkecambah
0 biji/300 biji
0 biji/300 biji
Biji berserangga
0 biji/300 biji
3 biji/300 biji

4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Penentuan kadar kotoran
Pengamatan
Hasil (%)
Kakao Baru
Kakao Lama
Plasenta
0,13
0
Biji dempet
4,85
0.95
Pecahan kulit
0,48
0,31
Biji pipih
6.55
3,63
Ranting
0,02
0,02



4.2.2 Penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji  berserangga, biji berkecambah)
Pengamatan
Hasil (%)
Kakao Baru
Kakao Lama
Biji berjamur
0
2,33
Biji slaty
4
8
Biji berkecambah
0
0
Biji berserangga
0
1




BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Penentuan adanya serangga hidup atau benda asing
Biji kakao yang serangga merupakan  biji kakao yang didalamnya terdapat serangga pada stadia apapun atau terdapat bagian-bagian tubuh serangga atau yang memperlihatkan kerusakan karena serangga yang dapat dilihat oleh mata (SNI,2008). Data yang diperoleh dari pengamatan ini yaitu tidak terdeteksi adanya serangga baik di kakao baru maupun kakao lama, maka kakao lama dan baru ini sudah memenuhi standar SNI dimana dalam SNI (2008) menyatakan bahwa syarat umum mutu biji kakao adalah 0% atau tidak ada.
5.2 Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya
Biji berbau asap abnormal atau berbau asing adalah biji yang berbau asap atau bau aing lainnya yang ditentukan dengan metode uji (SNI, 2008). Data pengamatan  yang diperoleh terbagi dua macam yaitu data dari kakao baru dan data dari kakao lama, untuk kakao baru didapatkan hasil bahwa biji kakao baru tidak mengandung asap abnormal ada tidak berbau asing, akan tetapi hasil tersebut berbanding terbalik dengan data pengamatan kakao lama. Hasil kakao lama yaitu biji kakao berbau asap abnormal dan berbau asing. Menurut SNI (2008) ) syarat mutu umum biji kakao adalah tidak terdapat biji kakao berbau asap dan berbau asing. Sehingga syarat mutu biji kakao baru yang sesuai dengan standar yang telah di tentukan sedangkan mutu biji kakao lama tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
5.3 Penentuan kadar kotoran
Kotoran adalah benda-benda seperti plasenta, biji dempet, pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih, ranting dan benda lainnya yang berasal dari tanaman kakao (SNI, 2008). Dari data pengamatan yang telah dilakukan didapatkan plasenta pada kakao baru sebesar 0.13% sedangkan pada kakao lama sebesar 0%, lalu untuk biji dempet pada kakao baru sebesar 4.85% sedangkan pada kakao lama sebesar 0.95%, selanjutnya untuk pecahan biji pada kakao baru  sebesar 0.48%  sedangkan pada kakao lama sebesar 0.31%, lalu untuk biji pipih pada kakao baru sebesar 6.55% sedangkan pada kakao lama sebesar 3.63% dan terakhir ranting pada kakao baru dan lama sebanyak 0.02%.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa biji kakao baru dan lama tidak termasuk kedalam standar mutu mana pun. Hal ini dikarenakan total kotoran dari biji kakao baru sebesar 12.03% sedangkan pada biji kakao lama sebesar 4.95%. hal ini. Hasil tersebut berbanding terbalik dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI. Menurut SNI (2008) syarat  khusus  mutu  biji  kakao  untuk  kotoran  maksimum  digolongkan menjadi  tiga  yaitu  golongan  I,  II,  dan  III.  Untuk  golongan  mutu  I  kotoranmaksimum sebanyak 1,5%, untuk golongan mutu II kotoran maksimum sebanyak2%, dan pada golongan mutu III sebanyak 3%.
5.4 Penentuan jumlah biji kakao per seratus gram
Penentuan jumlah biji ini merupakan penggolongan menurut ukuran berat bijinya. Pengamatan dilakukan dengan penimbangan sebanyak 100 gram biji kakao. Dari data pengamatan yang telah dilakukan didapatkan pada kakao baru sebanyak 87 biji sedangkan pada kakao lama sebanyak 83 biji. Menurut SNI (2008) biji kakao dengan jumlah 83 termasuk kedalam golongan AA yaitu jumlah biji maksimum 85 biji per 100gram sedangkan untuk jumlah biji 87 termasuk kedalam golongan A yaitu jumlah biji antara 86-100 biji per 100gram.
5.5 Penentuan kadar biji cacat pada kakao
Acara terakhir yaitu penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji berserangga, dan biji berkecambah. Menurut SNI (2008), menyatakan biji jamur yaitu biji kakao yang ditumbuhi jamur dibagian dalamnya dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata, biji slaty yaitu biji yang tidak terfermentasi, biji berserangga yaitu biji kakao yang didalamnya terdapat serangga pada stadia apapun atau terdapat bagian-bagian tubuh serangga, atau yang memperlihatkan kerusakan karena adanya serangga, sedangkan biji berkecambah merupakan biji kakao yang kulitnya telah pecah atau berlubang karena pertumbuhan lembaga.
Data yang diperoleh dari pengamatan ini yaitu biji berjamur pada kakao baru sebanyak 0% atau tidak ada sedangkan pada kakao lama sebanyak 2.33%. Menurut SNI (2008) syarat khusus mutu biji kakao untuk biji berjamur maksimum digolongkan menjadi tiga yaitu golongan I, II, dan III. Untuk golongan mutu I biji berjamur maksimum sebanyak 2%, untuk golongan mutu II biji berjamur maksimum sebanyak 4%, dan pada golongan mutu III sebanyak 4%. Hal ini menunjukkan bahwa biji kakao baru termasuk kedalam mutu I sedangkan biji kakao lama termasuk kedalam golongan II dan III.
Data yang diperoleh dari pengamatan selanjutnya adalah biji slaty (tidak terfermentasi) pada biji kakao baru sebanyak 4% sedangkan pada kakao lama sebanyak 8%. Menurut SNI (2008) syarat khusus mutu biji kakao untuk biji slaty maksimum digolongkan menjadi tiga yaitu golongan I, II, dan III. Untuk golongan mutu I biji berslaty maksimum sebanyak 3%, untuk golongan mutu II biji slaty maksimum sebanyak 8%, dan pada golongan mutu III sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa biji kakao baru termasuk kedalam mutu II sedangkan biji kakao lama termasuk kedalam golongan II.
Data yang diperoleh ke-3 dari pengamatan adalah biji berkecambah pada biji kakao baru dan lama sama yaitu sebanyak 0% atau tidak ada. Menurut SNI (2008) syarat khusus mutu biji  kakao untuk biji berkecambah maksimum digolongkan menjadi  tiga yaitu golongan  I,  II, dan  III. Untuk golongan mutu I biji berkecambah maksimum sebanyak 2%, untuk golongan mutu II biji berkecambah maksimum sebanyak 3%, dan pada golongan mutu III sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa biji kakao baru dan lama termasuk kedalam mutu biji kakao ke I.
Data pengamatan terakhir adalah untuk biji berserangga pada biji kakao sebanyak 0% sedangkan pada biji kakao lama sebanyak 1%. Menurut SNI (2008) syarat khusus mutu biji  kakao untuk biji berserangga maksimum digolongkan menjadi tiga yaitu golongan I, II, dan  III.  Untuk golongan mutu I biji berserangga maksimum sebanyak 1%, untuk golongan mutu II biji berserangga maksimum sebanyak 2%, dan pada golongan mutu III sebanyak 2%. Hal ini menunjukkan bahwa biji kakao baru termasuk kedalam mutu I sedangkan biji kakao lama termasuk kedalam golongan I.




BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. Kakao baru memiliki kualitas mutu yang lebih baik daripada kakao lama
2. Kakao baru memiliki kualitas sesuai dengan standar SNI 01 – 2323 – 2008 yaitu
Tidak ada serangga, biji berjamur tidak ada, biji slaty kualitas nomer 3, biji berkecambah dan berserangga juga tidak ada.

6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah
1. Sebaiknya lebih teliti dan konsentrasi saat sedang melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional.2008. SNI 01 – 2323 – 2008. Biji Kakao. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Jurniati. 2013. Pola Persebaran Karakteristik Fisik Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Berdasarkan Posisi Buah Pada Pohon. Skripsi. Makasar: Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Kristanto, Aji. 2013. Panduan Budidaya Kakao: Raih Sukses Dengan Bertanam   Kakao. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Kakao. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Siregar,T. H. S., Slamet, R, dan Laeli,N. 2003. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Susanto,F. X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta:  Kanisius.

Wahyudi, T., T.R Pangabean dan Pujianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarno, 2008Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Baca Juga : Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Hulu Lateks


0 Response to "Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Hulu Kakao (Pengertian, Jenis-Jenis, Syarat Mutu dan Pengolahan)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel