Benarkah Ganja Membuat Candu

Rokok ganja, Sumber: https://pixabay.com
Apakah penggunaan ganja untuk rekrasional dapat membuat kecanduan atau tidak, masih menjadi suatu hal yang banyak disalahpahami oleh masa. Ganja merupakan tanaman yang sering dikonotasikan terhadap hal-hal yang buruk seperti kejahatan, overdosis, berbahaya, dan termasuk juga dapat membuat kecanduan. Tetapi apakah benar bahwa ganja dapat membuat kecanduan? jawabannya adalah tentu saja dapat membuat candu, tetapi jangan samakan antara kecanduan ganja dengan kecanduan alkohol.

"Pemakaian kronis atau periodik dari ganja atau zat dari ganja menghasilkan ketergantungan psikologis karena efek subjektif yang diinginkan, tetapi tidak ketergantungan fisik; tidak ada sindrom putus zat ketika obat ini dihentikan. Ganja dapat digunakan secara episodik secara terus-menerus tanpa bukti akan munculnya disfungsi atau psikis. Bagi banyak pemakai, istilah ketergantungan dengan konotasinya yang jelas kemungkinan telah salah diberikan...Pertentangan utama mengenai obat ini bersandar pada moral dan politik, dan bukan dasar toksikologis (ilmu tentang racun)." (Merck Manual of Diagnosis and Therapy, 1987).

Baik narkotika maupun psikotropika dapat mempengaruhi antivitas penyerapan senyawa-senyawa neurotransmitter pada otak. Senyawa zat psikotropika dapat mempengarui aktivitas neurotransmitter berupa meniru atau memblokir aktivitas tersebut atau meningkatkan mekanisme yang berkaitan dengan reseptor neurotransmitter.

Dopamin merupakan neurotransmitter yang dapat menimbulkan sensasi senang. Oleh karena itu, pelepasan dopamin yang dipicu oleh sistem saraf dikenal sebagai brain reward system. Narkotika contohnya seperti kokain dapat memblokir penyerapan dopamin sehingga otak yang kekurangan umpan balik akan terus memproduksi dopamin.

Bukan hanya kokain, amfetamin juga dapat memblokir penyerapan dopamin dan merangsang produksi tambahan dopamin. Sedangkan opium meningkatkan kinerja sistem saraf yang berfungsi untuk meningkatkan produksi dopamin dengan meniru neurotransmiter jenis opioid-peptide yang berfungsi meningkatkan aktivitas dopamin.

Zat-zat narkotika tersebut menciptakan mekanisme penguatan yang menyebabkan perilaku manusia untuk terus mencari jalan meningkatkan produksi dopamin demi mencapai sensasi menyenangkan.

Berbeda dengan narkotika lainnya, senyawa Cannabinoid pada ganja cenderung untuk menempel pada reseptor saraf untuk anandamida (neurotransmitter) yang pusatnya pada lobus frontal otak, ketimbang menempel pada korteks pusat yang merupakan pusat produksi dopamin (Piomelli, 1997) (Getman, 1995). Anandamida merupakan neurotransmitter yang berperan sebagai inhibitor (penghambat) dari dopamin. Sehingga anandamida yang dihasilkan dari senyawa Cannabinoid, justru dapat menyeimbangkan fluktuasi kadar dopamin pada otak. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya mekanisme yang membuat manusia ketergantungan terhadap efek dopamin yang dihasilkan. Oleh karena itu kecanduan ganja disebabkan karena keinginan subjektif pengguna, bukan karena ketergantungan fisik seperti efek yang dihasilkan dari narkotika kokain ataupun opium.

Karena itulah ketergantungan ganja tidak membahayakan dan tidak menimbulkan gejala putus zat layaknya narkotika jenis lain. Berdasarkan laporan yang diprakarsai oleh Gedung Putih, Institute of Medicine mengutarakan bahwa "Dibandingkan dengan obat-obatan lainnya, ketergantungan terhadap ganja sangatlah jarang. Meskipun terdapat kelompok kecil yang merasa ketergantungan, namun lebih ringan dibanding dengan penggunaan obat-obatan lainnya (termasuk juga alkohol dan tembakau), dan ketergantungan ganja tidak membahayakan seperti obat-obatan lainnya." Data laporan justru mengungkapkan ketergantungan terjadi pada 32% perokok tembakau, 15% pengguna ganja, serta hanya 9% pengguna ganja yang merasa ketergantungan. (Sumber: Op. Cit., Marijuana and Medicine: Assessing the science Base ).

Pada artikel sebelumnya kita telah membahas mengenai resiko rendah Overdosis GanjaJika rokok dan alkohol yang lebih membuat candu dan lebih mematikan itu legal, lantas mengapa ganja yang tidak lebih membuat candu serta lebih aman itu illegal?

Dimanakah letak keadilan ini? apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?

Sumber:


Dhira Narayana, Irwan M. Syarif, dan Ronald C.M. 2011. Hikayat Pohon Ganja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gettman, op.cit. See also: Getman, Marijuana and the Human Brain" High times, March 1995.

Piomelli "Functional role of high-affinity anandamide transport, as revealed by sective inhibition" scince, Vol. 277, No. 5329, p. 1094 (4). August 22, 1997.

0 Response to "Benarkah Ganja Membuat Candu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel