Pengolahan Cireng
Cireng |
Cireng merupakan
makanan ringan khas daerah Jawa Barat yang berbahan dasar tapioka, pembuatannya
dilakukan dengan cara diuleni menjadi adonan kalis dan digoreng. Pengolahan
produk pangan cireng perlu dilakukan inovasi supaya dapat dihasilkan makanan
cireng yang bermutu tinggi sehingga banyak peminat makanan cireng, dan makanan
cireng menjadi potensi ekonomi yang besar sebagai produk pangan lokal.
Peningkatan mutu produk
pangan cireng dapat dilakukan dengan cara memberi isian dari bahan hewani dan
nabati. Penambahan bahan nabati pada pengolahan cireng, menyebabkan cireng
menjadi produk lokal yang lebih bergizi, tidak hanya kandungan karbohidratnya
saja yang tinggi, kandungan gizi lainnya juga seimbang meliputi protein, lemak,
mineral dan vitamin. Umumnya cireng yang terbuat dari tepung tapioka,
mengandung karbohidrat 50 g; protein 0,5 g; lemak 0,3 g per 100 g berat tapioka
(Rona, 2014). Oleh karena itu, kandungan gizi yang tidak seimbang pada makanan
cireng, maka perlu adanya penambahan pangan lain seperti bahan nabati dan
hewani.
Pembuatan produk pangan
cireng harus juga dilakukan dengan benar dan tepat. Saat proses pembuatan
adonan cireng dengan cara diuleni dengan tangan sampai membentuk dan tidak
lengket. Proposisi bahan cireng harus tepat dan benar agar adonan cireng tidak
terlalu basah atau lembek. Cireng dapat menyerap minyak terlalu banyak saat
digoreng. Cireng yang baik dikonsumsi teksturnya lentur atau tidak liat dan
tidak mengandung banyak minyak. Oleh karena itu, perlunya pemahaman mengenai
pengolahan makanan cireng yang baik dan benar.
Bahan
yang Digunakan dan Fungsinya
Pembuatan cireng
dibutuhkan beberapa bahan yaitu tapioka, merica, bawang putih, daun bawang,
garam, santan, air dan minyak goreng. Berikut ini adalah fungsinya:
a. Tepung tapioka
Tepung tapioka
merupakan tepung hasil dari bahan baku berupa ubi kayu atau singkong. Singkong
merupakan tanaman multiguna yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
sehari-hari. Pada proses pembuatan cireng, fungsi utama dari tepung tapioka
adalah untuk menunjang terbentuknya adonan sehingga dihasilkan produk pangan
cireng sesuai dengan kriteria yang diinginkan (Lies Suprapti, 2005).
b. Merica
merica adalah salah
satu dari rempah-rempahan yang sudah dikenal sejak abad pertengahan. Indonesia
termasuk penghasil merica terbesar di dunia meskipun konsumen merica di
Indonesia lebih sedikit. Merica banyak dimanfaatkan untuk bumbu sayuran, sup,
gulai, dan produk olahan daging. Penambahan merica pada pengolahan cireng
adalah sebagai penunjang citra rasa cireng (Suryatini, 2008).
c. Bawang Putih
Bawang putih termasuk
dalam rempah yang sering dimanfaatkan dalam proses pembuatan produk pangan.
Bawang putih selain berfungsi sebagai penunjang citra rasa, termasuk penunjang
citra rasa produk pangan cireng. Bawang putih juga memiliki kandungan gizi
mulai dari mineral, vitamin A, B1, B2, dan C serta antioksidan yang baik
(Karen, 2006).
d. Daun Bawang
Daun bawang termasuk
dalam jenis sayuran yang umumnya
digunakan untuk bahan bumbu dapur dan pencampur sayur-mayur yang
populer. Daun bawang berfungsi sebagai bumbu masak berbagai masakan, termasuk
juga sebagai bumbu masak cireng. Selain meningkatkan citra rasa, daun bawang
juga mengandung gizi yang tinggi mulai dari protein, karbohidrat, lemak,
kalsium, vitamin A, B1, B2, C dan komponen gizi lainnya, sehingga daun bawang
dapat meningkatkan kualitas gizi produk pangan (Rahmat, 1995).
e. Garam
Penggunaan garam dapur
dalam pembuatan produk pangan cireng adalah sebagai penyedap rasa. Pemanfaatan
garam dapur tidak hanya sebagai penyedap rasa pada cireng, melainkan juga untuk
berbagai produk pangan lainnya (harun, 2004).
f. Santan
Santan merupakan produk
hasil dari olahan daging buah kelapa yang memiliki nutrisi tinggi. Pada
pembuatan cireng penambahan santan berfungsi untuk menunjang kualitas adonan
cireng (Lanny, 2012).
g. Air
Air pada pembuatan
cireng termasuk dalam bahan utama pada proses pembuatan cireng. Air berfungsi
sebagai pelarut berbagai campuran bahan pembuat cireng sehingga terbentuklah
adonan.
h. Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan
produk dari olahan kelapa sawit yang berfungsi untuk menunjang proses pemasakan
cireng, sehingga dihasilkan produk cireng dengan kenampakan dan tekstur yang
diinginkan.
Proses Pembuatan Cireng
Proses pembuatan cireng
menurut literatur, dilakukan dengan adanya bahan-bahan meliputi tepung tapioka
(250 g), air panas (270 ml), garam (10 g), gula, meses, keju, kelapa, wortel,
daging sapi atau daging ayam, kacang hijau kupas, pisang raja, gula merah,
bawang putih, bawang merah, lengkuas, serai, daun salam, daun pandan dan minyak
goreng.
Langkah pertama tepung
tapioka dicampur dengan garam dalam baskom, kemudian air dipanaskan hingga
mendidih, setelah air mendidih maka air tersebut dituangkan ke dalam baskom
berisi tapioka, kemudian adonan diuleni dengan tangan sampai bisa dibentuk
hingga lengket. Adonan cireng ditimbang 15 gram, lalu dipipihkan serta
digoreng, sebelum digoreng cireng bisa diisi dengan berbagai macam isian,
setelah itu digoreng. Teknik penggorengan cireng yaitu api dipanaskan hingga
membesar, lalu adonan cireng dimasukkan serta api dikecilkan sampai ukuran
sedang. Adonan diaduk dengan hati-hati saat penggorengan agar tidak keluar
isinya. Penggorengan sampai matang, cireng matang ditiriskan kemudian telah
siap untuk disaji (Rona, 2014).
Reaksi
yang Terjadi
Reaksi yang terjadi
selama proses pembuatan cireng adalah terjadinya reaksi glatinisasi pati dan
reaksi meillard atau reaksi non-enzimatis. Glatinisasi pati adalah reaksi
penggelebungan dan disorganisasi granula pati. Peristiwa tersebut yang
menyebabkan retrogradasi yang ditandai dengan munculnya pembentukan gel oleh
amilopektin secara lambat dan lunak. Glatinisasi pati menyebabkan terjadinya
perubahan struktur kenampakan adonan cireng (Feri, 2005).
Sedangkan reaksi
meillard merupakan reaksi yang terjadi antara karbohidrat khususnya sebagai
gula pereduksi dengan gugus amina primer. Reaksi dari maillard menyebabkan
terjadinya perubahan warna menjadi kecoklatan atau terjadinya perubahan citra
rasa pada produk pangan tersebut (Djarir. Dkk, 2002). Reaksi penggorengan pada
cireng menyebabkan terjadinya reaksi maillard yang dikehendaki sehingga terjadinya
perubahan citra rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Djarir Makfoeld,
Dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Evennett, Karen. 2006. Khasiat Bawang Putih. Jakarta: Penerbit Arcan.
Ganie, Suryatini
N. 2008. Dapur Naga di Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Liangga, Lanny.
2012. Terapi Kelapa untuk Kesehatan dan
Kecantikan. Jakarta: Kelompok Gramedia.
Putra, Feri
Surya. 2005. Cara Praktis Pembuatan
Pempek Palembang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rasyid, Harun
Nur. 2004. Ensiklopedia Makanan
Tradisional Indonesia (Sumatera). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Realita, Rona
Dear. 2014. Penganekaragaman Olahan Kue Gorengan Berbasis Adonan Cireng. E-Journal boga. Vol : 03, No : 03. Edisi
Yudisium, hal: 68-75.
Rukmana, Rahmat. 1995. Bawang Daun. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suprapti, Lies.
2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
0 Response to "Pengolahan Cireng"
Post a Comment