Teknik Pengolahan Pakan Ternak dari Ampas Kelapa
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelapa merupakan buah yang memiliki batang keras
menjulang tinggi dan akarnya
serabut (Mardiatmoko dan Ariyanti, 2018). Kelapa ini termasuk tanaman tahunan.
Bagian-bagian dari buah kelapa saat ini telah banyak dimanfaatkan untuk
berbagai macam produk. Salah satu produk dari kelapa ini yaitu pakan ternak.
Pakan ternak merupakan pakan yang berasal dari
bahan-bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna, sebagian atau
seluruhnya, dapat diabsorbsi serta bermanfaat bagi ternak (Subekti, 2009).
Pakan ternak dapat terbuat dari berbagai jenis bahan alam, salah satunya pakan
ternak yang memanfaatkan kelapa sebagai bahan dasarnya. Pakan ternak dari
kelapa ini biasanya memanfaatkan limbah kelapa yaitu ampas kelapa untuk
dijadikan sebagai pakan. Ampas kelapa mempunyai kandungan protein kasar 4,89%,
dan serat kasar 28,72%, selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan fraksi
utama dari dinding sel tanaman dan tergolong ke dalam senyawa polisakarida
(Hidayati, 2011).
Proses
pengolahan pakan ternak dari limbah ampas kelapa ini dilakukan dengan fermentasi
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi bahan
pakan ternak yang dapat ditingkat nilai manfaatnya. Pada proses fermentasi
terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim dari mikroorganisme (Hidayati, 2011).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk
mengetahui cara pembuatan pakan ternak dari kelapa sebagai produk samping
pengolahan kelapa.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kelapa
Pohon kelapa (Cocos
nucifera) adalah tanaman perkebunan yang banyak tersebar di wilayah tropis.
Produk utamanya adalah kopra, yang berasal dari daging buah yang dikeringkan.
Pohon kelapa yang telah ditebang akan menjadi limbah yang merugikan bagi
perkebunan tersebut karena akan menjadi sarang bagi perkembangbiakan kumbang
badak (Oryctes rhinoceros) yang
termasuk hama utama perkebunan kelapa di sekitarnya. Namun karena ketersediaan
kayu yang semakin terbatas, batang kelapa mulai banyak dimanfaatkan sebagai
pengganti kayu sehingga pembuangan limbah dapat dikurangi (Arancon, 1997).
Tanaman kelapa digolongkan atas 2 tipe, yaitu kelapa
tipe Dalam dan tipe Genjah. Kelapa tipe Dalam umumnya memiliki batang yang
tinggi sekitar 15 meter dan bagian pangkal membengkak (disebut bol), mahkota
daun terbuka penuh berkisar 30 – 40 daun, panjang daun berkisar 5 – 7 meter,
berbunga pertama lambat berkisar 7 – 10 tahun setelah tanam, buah masak sekitar
12 bulan setelah penyerbukan, umur tanaman dapat mencapai 80 – 90 tahun, lebih
toleran terhadap macam-macam jenis tanah dan kondisi iklim, kualitas kopra dan
minyak serta sabut umumnya baik, pada umumnya menyerbuk silang (Rompas, 1989).
Kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman
palma yang mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya berdiri
tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10 - 14 meter lebih. Daunnya
berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi
yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang
cukup kuat sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih
dahulu. Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 - 10 buah kelapa
setiap tangkainya (Palungkun, 2004).
2.1.1
Klasifikasi
Kelapa
Tanaman kelapa (Cocos
nucifera lin) merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting, karena
hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan (Palungkun, 2004). Dalam
tata nama atau sistematika (taksonomi) tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom :
Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio :
Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio :
Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas :
Monocotyledonae
(biji
berkeping satu)
Ordo :
Palmales
Familia :
Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos
nucifera lin
2.1.2
Kandungan
Kelapa
Kandungan zat kimia pada kelapa yang menonjol yaitu
berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi kandungan zat kimia
yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C,
protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung
pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa,
fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5
gram dari setiap 100 gram (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981).
Menurut Towaha (1999), bahwa komposisi
daging buah kelapa dapat dipengaruhi oleh varietas kelapa dapat dilihat pada
table 1.
Tabel 1. Komposisi kimia berdasarkan varietas
kelapa
Varietas kelapa
|
Kadar protein (%)
|
Kadar lemak (%)
|
Kadar air (%)
|
Kelapa typical :
|
|||
Kelapa hijau
|
2,60-3,40
|
23,70-32,30
|
50,60-56,10
|
Kelapa merah
|
2,60-3,40
|
23,70-32,30
|
50,60-56,10
|
Kelapa genjah :
|
|||
Kelapa puyuh
|
5,29-5,78
|
58,37-67,98
|
49,10-60,10
|
Sumber : Towaha (1999)
Tabel 2. Komposisi Buah Kelapa
Komponen
|
Jumlah Berat (%)
|
|
Srabut
|
25
|
- 32
|
Tempurung
|
12
|
- 13,1
|
Daging Buah
|
28
|
- 34,9
|
Air Buah
|
19,2 – 25
|
Sumber : Palungkun,
(2004)
Tabel 3. Komposisi
daging buah kelapa
Senyawa
|
Daging
|
Air (g)
|
46
|
Kalori (kkal)
|
359
|
Protein (gr)
|
3,4
|
Lemak (mg)
|
34,7
|
Karbohidat (gr)
|
14
|
Kalsium (mg)
|
21
|
Fosfor (mg)
|
21
|
Aktivitas
|
0,1
|
Thlamin (mg)
|
0,1
|
Asam askorbat
|
46,9
|
Sumber : Sutarmi (2005)
2.2
Pakan
Ternak
Pakan merupakan
bahan baku yang
telah dicampur menjadi
satu dengan nutrisi yang sesuai
sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan
tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan
harus mengandung semua
nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang
seimbang, beberapa nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara
lain karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, air serta mineral (Plumstead dan
Brake, 2003). Pakan
berkualitas baik jika
mampu memberikan seluruh kebutuhan
nutrisi secara tepat,
baik, jenis jumlah serta imbangan
nutrisi bagi ternak sehingga proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung
secara sempurna.
2.2.1
Deskripsi
Pakan Ternak dari Kelapa
Pakan ternak merupakan
pakan yang berasal dari bahan-bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna,
sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi serta bermanfaat bagi ternak
(Subekti, 2009). Pakan ternak dapat terbuat dari berbagai jenis bahan alam,
salah satunya pakan ternak yang memanfaatkan kelapa sebagai bahan dasarnya.
Pakan ternak dari kelapa ini biasanya memanfaatkan limbah kelapa yaitu ampas
kelapa untuk dijadikan sebagai pakan. Ampas kelapa mempunyai kandungan protein
kasar 4,89%, dan serat kasar 28,72%, selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
merupakan fraksi utama dari dinding sel tanaman dan tergolong ke dalam senyawa
polisakarida (Hidayati, 2011).
2.2.2
Prinsip
Pembuatan
Proses pengolahan pakan ternak dari limbah ampas
kelapa ini dilakukan dengan fermentasi. Fermentasi
merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi bahan pakan
ternak yang dapat ditingkat nilai manfaatnya. Pada proses fermentasi terjadi
reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim dari mikroorganisme (Hidayati, 2011).
Pada proses fermentasi terjadi
reaksi dimana senyawa
komplek diubah menjadi senyawa
yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim
dari mikroorganisme. Miskiyah et
al., (2006) melakukan
penelitian ampas kelapa dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan
protein sebanyak 130% lemak turun 11,39%. Hasil penelitian Muhsafaat
et al., (2015) menunjukkan bahwa
ampas sagu yang difermentasi Aspergillus
niger dengan penambahan urea
dan zeolit mengalami peningkatan
protein dari 1,39% menjadi 15,49% dengan penambahan urea dan zeolit
masing-masing 5% dari bahan kering ampas sagu. Semakin tinggi
populasi Aspergillus niger akan menghasilkan
besaran enzim selulase yang
semakin tinggi pula
sehingga kuantitas serat
kasar yang dirombak oleh enzim
selulase semakin tinggi
(Laskin dan Hubert,
1973). Enzim selulase yang
akan mengubah serat
kasar (selulosa) menjadi
molekul yang lebih sederhana sehingga
tidak lagi sebagai polisakarida. Enzim lipase yang dihasilkan A. niger dapat memecah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol,
kemudian asam lemak
dan gliserol digunakan
oleh A.niger sebagai sumber
energi untuk proses pertumbuhannya (Kurniawan, 2016).
Kelapa merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
memiliki nama Cocos nucifera L. Kelapa termasuk ke dalam tanaman jenis
palma yang banyak tumbuh di Indonesia. kelapa merupakan tanaman yang
multifungsi karena seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Salah satu
bagian daro kelapa yang dapat dimanfaatkan adalah daging buahnya. Daging buah
kelapa dapat dimanfaatka untuk pengolahan santan yang dapat dijadikan bahan
olahan berbagai macam makanan. Selain itu, daging buah kelapa yang kaya akan
asam lemak yaitu asam laurat dapatdimanfaatkan menjadi minyak kelapa dan VCO (Virgin
Coconut Oil). Pada proses pengolahan minyak kelapa dan VCO daging terlebih
dahulu disantankan dengan cara pemarutan. Proses ekstraksi santan tersebut
menghasilkan ampas kelapa sebagai residu. Kebanyakan ampas tersebut dibuang
begitu saja karena masyarakat tidak mengetahui bahwa ampas tersebut mengandung
protein yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
(Anggraini, 2011).
Ampas kelapa merupakan limbah hasil samping (by
product) pengolahan minyak kelapa yang tidak dimanfaatkan karena mengandung
beberapa zat antinutrisi seperti galaktomanan, manan, dan selulosa (Herawati,
2008). Namun, beberapa masyarakat memanfaatkan ampas kelapa menjadi salah satu
jenis pangan yaitu tempe bongkrek. Selain pangan untuk manusia ampas kelapa ini
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak tertama untuk herbivora yang memiliki
enzim selulase dalam sistem pencernaanya.
Ampas kelapa yang diolah menjadi pakan ternak harus
terlebh dahulu melalui satu proses yaitu fermentasi menggunakan khamir, kapang,
ataupun bakteri.proses fermentasi ini akan meningkatkan ketercernaan protein
kasar sampai 98,8% (Nurbaiti, 2016). Pada proses pengolahan pakan ternak dari
ampas kelapa terlebih dahulu harus dilakukan penghilangan lemak pada ampas karena
lemak dapat menimbulkan terjadinya oksidasi sehingga akan menyebabkan
terjadinya ketengikan pada pakan (Kuntorini et al, 2013). Proses
fermentasi yang dilakukan dalam pengolahan pakan ternak ampas kelapa dapat
membantu mningkatkan kadar protein kelapa dan ketercernaannya dan menurunkan
kadar lemaknya karena mikroba yang digunakan dapat menhasilkan metabolit berupa
enzim lipase (Miskiyah et al, 2006). Maka dari itu, ampas kelapa ini
cocok digunakan sebagai pakan ternak karena kandungan proteiinya. Selain itu,
karena pengolahannya yang tidak rumit pakan ternak ini tidak memerlukan biaya
yang tinggi sehingga masyaakat dapat dengan mudah mendapatkannya.
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak dari
produk samping kelapa yaitu fortex, autoclave, inkubator, tabung erlenmeyer, kain kassa, sentrifuse,
oven, dan panci kukus.
3.1.2
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak dari produk samping
kelapa yaitu potato broth agar, aquadest, minyak kelapa, rifampicin, biakan A. niger, ampas kelapa.
3.1
Skema Kerja dan
Fungsi Perlakuan
3.2.1
Skema Kerja
a.
Produksi Enzim
Lipase
Adapun proses
produksi enzim lipase sebagai berikut:
Produksi Enzim Lipase |
a.
Fermentasi Padat
Adapun proses
fermentasi padat sebagai berikut:
Fermentasi Padat |
a.
Ekstraksi Enzim
Adapun proses ekstraksi
enzim sebagai berikut:
Ekstraksi Enzim |
d.
Fermentasi Ampas
Kelapa
Adapun proses
fermantasi sebagai berikut:
fermentasi ampas kelapa |
3.2.1
Fungsi Perlakuan
Pembuatan pakan ternak
dari ampas kelapa terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu produksi
enzim lipase yang dilakukan dengan mencampurkan 0,13 g potato broth agar; 4,87 ml aquadest;
dan 0,1 ml minyak kelapa (Falony et al., 2006
dalam Kurniawan et al., 2016) dengan
modifikasi. Setelah itu dihomogenkan menggunakan fortex lalu disterilkan mengunakan autoclave. Ketika medium hangat (tidak panas), sebanyak 0,0003 g rifampicin dan 0,51 ml biakan A. niger ditambahkan. Kemudian medium
dan inokulum dihomogenkan menggunakan fortex
lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 2, 3, 4, dan 5 hari. Pengulangan
dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap perlakuan.
Tahap berikutnya yaitu
fermentasi padat ampas kelapa. Sebanyak 10 g ampas kelapa yang telah
diangin-anginkan semalam dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer yang elah disterilkan menggunakan autoclave. Kemudian ditambahkan aquadest
hingga kadar air menjadi 70% lalu diinokulasi dengan 0,324 ml A. niger dan dihomogenkan. Selanjutnya
dilakukan inkubasi selama 3, 4, 5, 6, dan 7 hari pada suhu ruang. Setiap
perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
Tahap berikutnya yaitu
ekstraksi enzim. Ampas kelapa yang telah difermentasi dipanen dengan
menambahkan sebanyak 20 ml aquadest dan
dihomogenkan. Kemudian disaring menggunakan kain kassa sehingga diperoleh
cairan ampas kelapa fermentasi. Lalu cairan tersebut disentrifus 3.000 rpm
selama 15 menit hingga diperoleh filtrat yang kemudian digunakan sebagai sumber
enzim untuk analisis aktivitas lipase.
Fermentasi ampas kelapa
dibagi menjadi dua tahap lagi yaitu proses pengukusan dan proses fermentasi.
Proses pengukusan dilakukan pada ampas kelapa segar yang sebelumnya telah
diangin-anginkan semalam. Pengukusan dilakukan selama 15 menit setelah air yang
terdapat pada dasar panci kukus mendidih. Setelah itu, ampas kelapa yang telah
dikukus maupun yang tidak dikukus kurang lebih sebanyak 1 kg dicampur dengan
inokulum A. niger sebanyak 3,248 ml
(Falony et al., 2006 dalam Kurniawan et al., 2016). Lalu diinkubasi selama 4
hari di suhu ruang. Setelah diinkubasi, ampas kelapa fermentasi dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 55ÂșC lalu digiling. Setiap perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali dan dilakukan uji kualitas fisik (aroma, tekstur,
warna, dan pH) dan komposisi kimia (analisis proksimat meliputi bahan kering
(BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK), dan abu)
(Kurniawan et al., 2016).
BAB 4. KESIMPULAN
Kelapa
merupakan tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan mulai dari bagian akar
hingga buahnya. Bahkan limbah kelapa juga dapat dimanfaatkan. Salah satu limbah
kelapa adalah ampas kelapa, ampas kelapa memiliki kandungan nutrisi yang
seimbang sehingga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Pengolahan ampas
kelapa menjadi pakan ternak dapat dilakukan dengan proses fermentasi dengan
memanfaatkan inokulum A. niger.
Setelah dilakukan proses fermentasi maka dilakukan uji kualitas fisik (Aroma,
tekstur, warna dan pH), dan uji komposisi kimia (analisis proksimat). Jika
hasil kedua uji tersebut sesuai dengan ketentuan atau standar maka dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini,
N. V. 2011. Pengaruh Media dan Sumber Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Lidah
Mertua. Medan: USU.
Arancon
Jr., R.N. 1997. Asia-Pacific forestry
sector outlook study: focus on coconut wood. Working Paper Series Asia-pacific
Forestry Towards 2010. Food and Agriculture Organization of the United
Nations (FAO-UN). Working Paper No: APFSOS/WP/23.
Direktorat
Gizi Depkes R.I 1981. Dalam: Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Herawati,
H. 2008. Penentuan Umur Simpan Produk Pangan. Jawa Tengah: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Hidayati,
S, G. 2011. Pengolahan Ampas Kelapa dengan Mikroba Lokal sebagai Bahan Pakan
Ternak Unggas Alternatif di Sumatera Barat. Jur.
Embrio 4(1):26-36.
Kuntorini,
E. Mintowati, S. fitriana, dan M. D. astuti. 2013. Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Kersen (Muntingia calabura
L.). Prosiding Semirata. Lampung: FMIPA Universitas Lampung.
Kurniawan,
H., R. Utomo, L.M. Yusiati. 2016. Kualitas Nutrisi Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) Fermentasi
Menggunakan Aspergillus niger. Buletin Peternakan Vol. 40 (1) 26-33.
Laskin,
D.L. and A.L Hubert. 1973. Handbook of
Food Technology. The AVI Publishing Co. Inc., Westport.
Mardiatmoko,
Gun dan Mira Ariyanti. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.). Badan
Penerbit Fakulta Pertanian Universitas Pattimura.
Miskiyah,
I., Mulyawati, dan W. Haliza. 2006. Pemanfaatn Ampas Kelapa Limbah Pengolahan
Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Muhsafaat,
L.O. Sukria, H.A. & Suryahadi. 2015. Kualitas Protein dan Komposisi Asam
Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi Aspergillus niger dengan Penambahan Urea dan
Zeolit. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI), 20(2), pp.124–130. Available at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI.
Palungkun,
R. 2004. Aneka Produk Olahan Kelapa.
Penerbit Swadaya. Bogor.
Plumstead, P.W. And J. Brake. 2003. Sampling For Confidence And Profit. Feed
Management, February 2003:21-23.
Rompas
T, Novarianto H, Tampake H. 1989. Pengujian nomor-nomor terpilih Kelapa Dalam
Mapanget di Kebun Percobaan Kima Atas. Jurnal
Penelitian Kelapa 4 (2):32- 34.
Subekti,
Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. MEDIAGRO (5)2, hlm: 63-71.
Sutarmi,
Hartin. 2005. Taklukkan Penyakit dengan
VCO (Virgin Coconut Oil). Jakarta : Penebar Swadaya.
Towaha,
J. 1999. Komposisi Kimia Dagimg Buah
Kelapa Genjah. Majalah Habitat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang.
0 Response to "Teknik Pengolahan Pakan Ternak dari Ampas Kelapa"
Post a Comment