Pembuatan Cake
Cake, Sumber : pixabay.com |
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cake merupakan salah satu jenis
produk bakerry yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Cake menjadi
makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat mulai anak-anak hingga orang
tua. Rasanya yang manis dan bentuknya yang makin beragam menjadikan daya tarik
tersendiri bagi cake. Cake banyak disajikan di berbagai acara resmi seperti
perayaan ulang tahun. Bahan dasar pembuatan cake pada umumnya menggunakan
tepung terigu (Faridah dkk, 2008).
Namun, saat ini telah banyak pembuatan cake dengan menggunakan subtitusi tepung
lain seperti tepung mocaf. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan penggunaan
tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan cake dapat digantikan dengan bahan
lain. Kondisi ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap
penggunaan tepung terigu, mengingat indonesia tidak dapat memproduksi gandum
sendiri sebagai tepung terigu, karena iklim di indonesia yang tidak mendukung
atau tidak cocok.
Proses pembuatan cake tergolong cukup
mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar untuk membeli bahan-bahannya.
Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk pembuatan cake yaitu telur, susu
skim, ovalet, margarin dan gula pasir. Perbandingan bahan baku pembuatan cake
berbeda- beda, tergantung jenis cake yang digunakan. Kualitas cake juga tergantung dari
bahan yang digunakan. Pembuatan cake akan berhasil jika
bahan yang digunakan bermutu tinggi, proses pencampuran adonan dan metode
pembuatannya benar, serta lama pengovenan dan temperaturnya tepat. Tepung
terigu dan tepung mocaf merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan cake.
Selain sebagai bahan pengisi, penggunaan tepung bermanfaat sebagai
pembentuk tekstur. Jenis
tepung yang digunakan juga
mempengaruhi tekstur dari cake yang dihasilkan. Hal ini disebabkan kandungan
gluten dari setiap jenis tepung berbeda-beda yang akan berpengaruh pada tesktur
yang dihasilkan (Faridah dkk, 2008). Oleh karena itu tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis tepung komposit (terigu dan
MOCAF) sebagai bahan substitusi dalam pembuatan cake.
Adapun tujuan
dilakukannya pratikum ini, yaitu :
1. Menganalisis pengaruh tepung dan
metode pemasakan dalam pembuatan cake.
2.. Mengetahui
cara membuat cake dengan menggunakan berbagai jenis tepung dan metode pemasakan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Cake
Cake merupakan produk pangan semi basah
yang dibuat dengan pemanggangan adonan, dimana adonan cake biasanya berbahan
dasar tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake dapat dibuat dengan bahan tambahan yaitu garam, bahan
pengembang, shortening, susu, dan
bahan penambah aroma. Bahan- bahan tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan
remah yang halus, tekstur yang empuk, warna menarik, dan aroma yang enak. Cake
biasanya berbentuk bulat, dan dihias dengan lapisan (icing) yang terbuat dari krim mentega, coklat, atau dengan fondan.
Proses pengolahan cake biasanya dilakukan dengan cara dipanggang, dioven,
ataupun dengan cara dikukus (Faridah dkk, 2008).
Cake mempunyai banyak varian yang dibuat
dalam skala rumah tangga atau skala komersial. Cake sering dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tipe batter, tipe foam dan tipe chiffon,
tipe-tipe tersebut didasarkan pada formulasi dan metode pencampuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas cake
yaitu kemampuan pembentukan matrik protein, penyerapan dan pengikatan air,
pengemulsi dan pembentukan busa dari bahan yang ada dalam formula yang
selanjutnya akan terjadi ekspansi gas dalam adonan selama pemanggangan (volume
pengembangan) (Subagio dkk, 2003).
Tabel
1. Syarat
Mutu Cake menurut SNI 01-3840-1995
No
|
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
Roti Tawar
|
Roti Manis
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Keadaan:
|
|||
1.1
|
Kenampakan
|
-
|
Normal tidak berjamur
|
Normal tidak berjamur
|
1.2
|
Bau
|
-
|
Normal
|
Normal
|
1.3
|
Rasa
|
-
|
Normal
|
Normal
|
2
|
Air
|
% b/b
|
Maks. 40
|
Maks. 40
|
3
|
Abu (tidak termasuk
garam dihitung atas
dasar
bahan kering)
|
%
b/b
|
Maks.
1
|
Maks.
3
|
4
|
Abu yang tidak
larut dalam asam
|
%
b/b
|
Maks.
3
|
Maks.
3
|
5
|
Gula jumlah
|
% b/b
|
-
|
Maks. 8,0
|
6
|
Lemak
|
% b/b
|
-
|
Maks. 3,0
|
7
|
Sarangga/belatung
|
-
|
Tidak
boleh ada
|
Tidak
boleh ada
|
Sumber: SNI 01-3840-1995
2.2 Fungsi Bahan Pembuatan Cake
Bahan yang digunakan pada pembuatan cake antara lain: terigu, margarin,
telur, gula halus, susu skim, dan ovalet. Adapun bahan-bahan yang digunakan
tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
a.
Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan bahan dasar
pembuatan cake. Karakteristik yang membedakan terigu dengan tepung-tepung lain
adalah kandungan glutennya. Kandungan gluten pada terigu memiliki fungsi untuk
membuat adonan menjadi elastis dan mudah dibentuk (Tambunan et al., 2015).
Tepung terigu yang digunakan pada pembuatan cake adalah tepung terigu protein
rendah, tepung terigu protein rendah mengandung protein 8-9%, tepung terigu ini
termasuk klasifikasi tepung softwheat, sifat glutennya kurang baik sehingga
cocok untuk pembuatan cake (Aftasari, 2003).
b.
Modified Cassava
Flour (Mocaf)
Modified Cassava Flour (Mocaf) merupakan
produk turunan dari tepung ubi kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi
kayu secara fermentasi dimana mikroba BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi
selama fermentasi tepung ubi kayu ini (Subagio, 2007). Mikroba yang tumbuh
menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya
viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.
c.
Gula
Gula adalah salah satu produk hasil
perkebunan dari tebu atau bit yang banyak dikembangkan. Fungsi gula dalam
pembuatan cake adalah untuk menghaluskan dan melembutkan crumb,
memberi rasa manis, membantu aerasi, menjaga kelembaban, memberi warna
pada kulit, dan memperpanjang umur simpan. Gula ini dapat digunakan untuk
teknik creaming atau sponge. Beberapa petunjuk dalam pengunaan gula yaitu,
gunakan gula dua kali jumlah lemak bila menggunakan teknik creaming dan gunakan
gula sama dengan berat telur bila menggunakan teknik sponge, bila berat gula
lebih banyak daripada telur maka sisanya harus dilarutkan dan dimasukkan
berikutnya (Ningrum, 2012).
d.
Telur
Telur utuh mengandung 8-11% albumen
(putih telur) dan 27-32% kuning telur. Sifat fungsional telur pada pembuatan
cake adalah sebagai daya pengembang, daya pengemulsi, daya koagulasi, dan
sebagai daya ikat air serta pembentuk tekstur pada cake (Dewi et al., 2015).
Telur yang akan digunakan pada adonan cake harus dihomogenkan terlebih dahulu sampai
bagus dan kaku. Putih telur pada bahan pangan, seperti sponge cake berperan
dalam membentuk pori- pori, membentuk struktur sponge cake yang mengembang dan
stabil. Sifat koagulasi (gelasi) yang baik pada putih telur juga berperan dalam
memberikan struktur sponge cake yang kokoh dan remahan yang sedikit. Selain
itu, kuning telur juga mengandung xanthofil yang berperan memberi warna kuning
pada sponge cake (Almunifah, 2014).
e.
Susu Skim
Susu skim merupakan bagian dari susu
yang sudah tertinggal setelah lemak dipisahkan melalui proses separasi sehingga
memiliki kandungan lemak yang lebih rendah (Septiani et al., 2013). Susu skim
yang ditambahkan pada pembuatan cake dapat meningkatkan moistness, membentuk
crumb structure yang lebih seragam dan warna crust yang lebih coklat.
Peningkatan mutu cake yang ditambahkan oleh susu skim diduga karena air yang
terikat oleh protein dari susu skim tinggi sehingga jumlah air yang tertahan
selama proses pemanggangan akan semakin tinggi pula (Hosanasea, 2013).
f. Baking Powder
Baking Powder merupakan bahan
pengembang yang dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan tekstur
makanan yang dipanggang seperti, cake muffin, bolu, scone, dan biskuit. Menurut
Winarno (1984) bahan pengembang merupakan bahan yang mampu menghasilkan gas
karbondioksida (CO2) dimana
gas karbondioksida ini dapat mengembangkan adonan hingga mencapai ukuran yang semestinya selama proses pengovenan. Baking
powder bekerja dengan melepaskan gas karbondioksida ke dalam adonan melalui
sebuah reaksi asam basa, menyebabkan gelembung-gelembung di dalam adonan yang
masih basah, dan ketika dipanaskan adonan memuai ketika adonan matang, gelembung-gelembung itu terperangkap hingga menyebabkan
kue menjadi naik dan ringan (Hartati, 2015). Baking powder dipakai untuk
menggantikan ragi ketika rasa fermentasi tidak diingini pada makanan yang
dihasilkan, ketika adonan kurang memiliki sifat elastis untuk menahan
gelembung-gelembung gas lebih dari beberapa menit, dan membantu dalam
pengempukan cake. Jenis bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan
biskuit adalah soda kue (NaHCO3).Penggunaan soda kue sebagai bahan pengembang
didasarkan pada harga yang murah, tidak beracun, mudah
penggunannya, relatif tidak terasa dalam produk akhir dan memiliki kemurnian
tinggi (Hamidah dan Purwati, 2009).
g.
Mentega
Menurut Anita (1987) mentega
ditambahkan pada pembuatan cake karena
berfungsi untuk memberikan warna dan tekstur yang baik dalam campuran adonan
sehingga cake yang dihasilkan dapat memiliki katakteristik warna yang baik.
h.
Ovalet
Ovalet adalah salah satu jenis cake
emulsifier yang digunakan sebagai penstabil adonan dengan menyatukan cairan
dengan lemak, sehingga dapat membantu aerasi dan meningkatkan stabilisator
adonan. Fungsi cake emulsifier dapat meningkatkan tekstur lebih halus,
meningkatkan keempukan bolu, memperbaiki atau menambah volume dan mempanjang
umur simpan (Faridah, 2009). Ovalet merupakan pelembut dan penstabil adonan
agar adonan cake homogen dan tidak mudah turun saat dikocok serta adonan
tercampur dengan baik. Komposisi kimia ovalet adalah mono dan digliserida.
Bahan ovalet juga biasanya menggunakan asam lemak dari hewan atau tumbuhan.
2.3 Cara Pembuatan Cake
Cake merupakan produk pangan semi basah
yang dibuat dengan pemanggangan adonan, dimana adonan cake biasanya berbahan
dasar tepung terigu, gula, telur dan lemak. Faktor keberhasilan dalam pembuatan
pembuatan cake adalah dalam cara mengocok adonan dan mengukus adonan, misalnya
mengocoknya terlalu lama atau terlalu sebentar ataupun pengukusannya tidak sempurna bisa membuat cake
tidak jadi (bantat). Berikut tahapan proses pembuatan cake yaitu :
a.
Pengocokan (mixer)
Pada proses pengocokan, kuning telur,
gula halus dan ovalet dimixer hingga mengembang. Hal yang perlu diperhatikan
dalam proses pencampuran adalah pembentukan krim pada adonan yang dimixer.
Pembentukan krim ditandai dengan terbentuk adonan yang lembut berwarna putih.
Proses pengocokan ini lakukan selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan pemasukan
margarin yang telah dicairkan. Margarin cair dimasukan sedikit demi sedikit ke
dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan pengadukan dengan
menggunakan mixer dengan kecepatan sedang. Pemasukan margarin sedikit demi
sedikit ke dalam adonan berfungsi agar lemak dan adonan tercampur merata. Jika
margarin dimasukan bersamaan dengan kuning telur, gula halus, dan ovalet maka
akan menyebabkan adonan kurang mengembang dan adonan bagian bawah berminyak
yang disebabkan oleh margarin yang mengendap dan tidak tercampur merata.
b.
Pencampuran
Tepung terigu, tepung mocaf, susu
skim dan baking powder dicampurkan pada adonan yang telah dimixer dengan
menggunakan solet. Pada proses pencampuran ini, hal yang harus diperhatikan
adalah adonan harus tercampur secara merata atau homogen. Apabila proses pencampuran
tidak merata maka akan menyebabkan cake yang dihasilkan menjadi rusak (bantat).
c.
Pencetakan
Jika adonan sudah benar-benar homogen
atau tercampur secara merata, maka segera masukkan dalam cetakan yang telah
dioles dengan margarin agar cake mudah
dikeluarkan setelah dioven. Pada proses pencetakan, hal yang harus diperhatikan
adalah tebal adonan dari masing-masing cetakan harus sama, karena apabila tebal
adonan dari masing-masing cetakan tidak sama maka akan menyebabkan pematangan
cake yang tidak seragam. Setelah dicetak adonan didiamkan selama ± 5 menit.
d.
Pemanggangan (pengovenan)
Adonan yang telah didiamkan selama ±
5 menit kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu pemanggangan 150o C-180oC
selama ± 30 menit. Pada proses pemanggangan, yang harus diperhatikan adalah
suhu pemanggangan. Apabila suhu pemanggangan terlalu tinggi maka akan
menyebabkan cake menjadi gosong, sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka
akan menyebabkan proses pematangan cake yang membutuhkan waktu yang lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pembuatan cake yaitu tidak cocoknya
bahan baku, takaran/timbangan bahan tidak sesuai, proses pembuatan/pengadukan
yang tidak tepat, proses pembakaran yang kurang baik dan penanganan yang salah
setelah pembakaran (Bogasari, 2010).
e.
Pendinginan
Pada proses pendinginan bertujuan
untuk mempermudah proses pemotongan dan pengemasan. Hal yang harus diperhatikan
dalam proses pendinginan yaitu cake harus dingin sempurna, karena apabila cake
tidak dingin sempurna maka pada saat cake dikemas akan mengalami penguapan yang
akan menyebabkan cake tersebut berjamur. pendinginan dilakukan pada suhu ruang
terbuka selama 45-70 menit, agar roti tidak berjamur dan dapat tahan lama.
2.4 Reaksi yang terjadi
Pada proses pembuatan cake terajadi reaksi yang menyebabkan
perubahan karakteristik cake yang
dihasilkan. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi selama proses pengolahan cake:
1. Reaksi Maillard
Perubahan yang terjadi pada saat
pembuatan adonan sampai menjadi cake yaitu reaksi maillard adalah reaksi antara
karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amino primer, hasil reaksi
tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat yang disebut melanoidin (Winarno, 1997).
2. Karamelisasi
Reaksi karamelisasi adalah adalah
reaksi yang terjadi karena pemanasan gula pada temperatur di atas titik cairnya
yang akan menghasilkan perubahan warna dari gelap sampai coklat (Tranggono dan
Sutardi, 1989). Karamelisasi terjadi apabila suatu larutan gula diuapkan maka
konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan
terus berlangsung sehingga seluruh air
menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan,
maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang
lebur. Titik lebur gula adalah 160 C. Bila gula yang telah mencair tersebut
dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu
170 C, maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa. Reaksi yang terjadi bila
gula mulai hancur atau terpecah-pecah tidak diketahui pasti, tetapi paling
sedikit melalui tahap-tahap seperti berikut: Mula-mula setiap molekul sukrosa
dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah fruktosa (fruktosa yang
kekurangan satu molekul air). Suhu tinggi mampu mengeluarkan sebuah molekul air
dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosa, suatu molekul yang analog
dengan fruktosa (Tranggono dan Sutardi, 1989).
3. Gelatinisasi Pati
Dalam pembuatan cake, reaksi
gelatinisasi pati terjadi pada proses pemanggangan. jaringan gluten mulai
mengalami denaturasi. Sedangkan pemanasan permulaan menyebabkan pencairan
gluten, selanjutrnya pemanasan yang diteruskan menyebabkan pelepasan air dari
gluten memindahkannya kepada sistem pati. Dehidarasi gluten ini berlangsung
terus sampai dicapai suhu kurang lebih 170o F, pada
suhu tersebut terjadi koagulasi gluten. Karena pembakaran berlangsung terus,
kenaikan tekanan hasil pengembangan gas dalam adonan yang dipanggang berubah
dengan pelan-pelan, yang mungkin disebabkan oleh bersatunya gelembung untuk
membentuk unit yang lebih sedikit tetapi berukuran lebih besar, sistem pati
menjadi mantap, kondisi tekanan mengendor dan terjadilah penurunan tekanan.
Pengembangan yang terjadi pada permulaan siklus pemanggangan dimantapkan dan
pelan-pelan kulit berkembang berwarna coklat keemas-emasan, yang disertai
dengan aroma dan tekstur yang menyenangkan.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam pembuatan cake sebagai
berikut :
1. Baskom
2.
Sendok
3.
Solet
4.
Mixer
5.
Oven
6.
Loyang kotak
7.
Penggaris
8.
Tissue
9.
Reotex
10.
Colour reader
11.
Kuesioner
12.
Label
3.1.2 Bahan
Adapun bahan
yang digunakan dalam pembuatan cake sebagai
berikut :
1.
Tepung terigu
2.
Tepung Mocaf
3.
Telur
4.
Susu skim
5.
Ovalet
6.
Gula
7.
Baking Powder
8.
Mentega
Skema Pembuatan Cake |
3.2.1 Fungsi Perlakuan
Pada praktikum pembuatan cake
dilakukan 4 perlakuan berbeda yaitu penambahan 0% tepung mocaf (Ulangan 1),
penambahan 15% tepung mocaf (Ulangan 2), penambahan 30% tepung mocaf (Ulangan
3), dan penambahan 45% tepung mocaf (Ulangan 4). Langkah pertama pada proses
pembuatan cake yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat cake seperti tepung terigu, gula, telur, mentega,
ovalet, susu bubuk dll. Kemudian dilakukan penimbangan bahan baku pembuatan cake dan pengayakan bahan baku agar
bahan baku yang digunakan benar mempunyai ukuran partikel yang seragam dan
tidak ada yang bahan baku yang menggumpal.
Lalu mentega dilakukan pencairan mentega kemudian sisihkan. Setelah itu,
telur dan gula dimasukkan kedalam wadah baskom yang kemudian dilakukan
pengocokan dengan menggunakan mixer hingga mengembang. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses penngocokan adalah pembentukan krim pada adonan yang
dimixer. Pembentukan krim ditandai dengan terbentuknya adonan lembut berwarna
putih. Proses pengocokan ini dilakukan selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan
pemasukan ovalet ke dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan
pengadukan dengan menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi. Selanjutnya,
tepung terigu, tepung mocaf, susu skim dan baking powder dicampurkan pada
adonan yang telah dimixer dengan menggunakan solet. Pada proses pencampuran
ini, hal yang harus diperhatikan adalah adonan harus tercampur secara merata
atau homogen. Apabila proses pencampuran tidak merata maka akan menyebabkan
cake yang dihasilkan menjadi rusak (bantat). Kemudian dilakukan pemasukan
mentega yang telah dicairkan sebelumnya. Mentega cair dimasukan sedikit demi
sedikit ke dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan pengadukan
dengan menggunakan solet. Pemasukan mentega sedikit demi sedikit ke dalam
adonan berfungsi agar lemak dan adonan tercampur merata. Jika mentega dimasukan
bersamaan dengan kuning telur, gula halus, dan ovalet maka akan menyebabkan
adonan kurang mengembang dan adonan bagian bawah berminyak yang disebabkan oleh
mentega yang mengendap dan tidak tercampur merata. Jika adonan sudah
benar-benar homogen atau tercampur secara merata, maka segera masukkan dalam
cetakan yang telah dioles dengan mentega agar cake mudah dikeluarkan setelah dioven. Pada proses pencetakan, hal
yang harus diperhatikan adalah tebal adonan dari masing-masing cetakan harus
sama, karena apabila tebal adonan dari masing-masing cetakan tidak sama maka
akan menyebabkan pematangan cake yang tidak seragam. Setelah dicetak adonan
didiamkan selama ± 5 menit. Adonan yang telah didiamkan selama ± 5 menit
kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu pemanggangan 160o C
selama 19 menit. Pada proses pemanggangan, yang harus diperhatikan adalah suhu pemanggangan.
Apabila suhu pemanggangan terlalu tinggi maka akan menyebabkan cake menjadi
gosong, sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka akan menyebabkan proses
pematangan cake yang membutuhkan waktu yang lama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan pembuatan cake yaitu tidak cocoknya bahan baku,
takaran/timbangan bahan tidak sesuai, proses pembuatan/pengadukan yang tidak
tepat, proses pembakaran yang kurang baik dan penanganan yang salah setelah
pembakaran (Bogasari, 2010). Setelah dilakukan pengovenan, cake sudah matang dikeluarkan dari oven untuk dilakukan proses
pendinginan bertujuan untuk mempermudah proses pemotongan dan pengemasan. Hal
yang harus diperhatikan dalam proses pendinginan yaitu cake harus dingin
sempurna, karena apabila cake tidak dingin sempurna maka pada saat cake dikemas
akan mengalami penguapan yang akan menyebabkan cake tersebut berjamur.
pendinginan dilakukan pada suhu ruang terbuka selama 45-70 menit, agar roti
tidak berjamur dan dapat tahan lama. Setelah itu dilakukan pengamatan uji fisik
yang meliputi tekstur, warna, daya kembang dan kenampakan irisan serta
dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan 30 panelis yang terdiri dari 8
laki-laki dan 22 perempuan.
Baca juga : Teknologi Pengolahan Mie
Baca juga : Teknologi Pengolahan Mie
0 Response to "Pembuatan Cake"
Post a Comment