Reaksi Saponifikasi
Reaksi Saponifikasi |
a. Definisi
Saponifikasi adalah suatu reaksi
refining secara fisik yang dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang
dimurnikan dengan cara dipanaskan dengan alkali, seperti kalium Hidroksida
(KOH). Konsentrasi basa yang digunakan
pada proses saponifikasi mempengaruhi viskositas, tinggi busa dan nilai pH
sabun yang dihasilkan. Saponifikasi dapat menjadi penentu mutu minyak kelapa
karena mempengaruhi kandungan asam lemak dalam fraksi minyak. Apabila semakin
rendah nilai saponifikasi maka semakin tinggi asam lemak yang terkandung.
Nilai saponifikasi pada minyak
sawit berfungsi untuk melihat triasilgliserol tersusun dari rantai karbon asam lemak
yang panjang-panjang atau pendek. Nilai saponifikasi (saponifikasi value) menyatakan Jumlah miligram kalium hidroksida
(KOH) yang dibutuhkan untuk saponify 1 gram lemak. Nilai saponifikasi minyak
kelapa dapat dihitung dengan menggunakan metode AOCS cd 3-25 (1993) dengan cara
0,002 Kg sampel minyak ditimbang dan dituang kedalam labu ukur. Kemudian 25 mL
alkohol KOH (1.0 N) dipipet dan dicampurkan kedalaam labu ukur lalu didiamkan
selama 1 menit. Kondensor dihubungkan ke labu dan sampel campuran dibiarkan
mendidih dengan suhu rendah tetapi stabil selama 45 menit untuk penyabunan
sempurna. Setelah itu Labu dan kondensor kemudian didinginkan, kondensor
dipisahkan dari labu ukur dan 1 ml indikator fenolftalein ditambahkan kedalam
labu ukur sehingga membentuk warna merah muda. Larutan dititrasi dengan 0,5 N
HCl sampai warna merah muda menghilang, hal ini jga dilakukan untuk blanko. Dalam
reaksi saponifikasi. Nilai saponifikasi memilki standar mutu tertentu. Berikut
adalah standar mutu nilai
saponfikasi yang disajikan dalam tabel
1.1
berikut:
Tabel 1.1 Syarat
mutu minyak goreng
No
|
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Keadaan
|
||
1.1
|
Bau
|
-
|
Normal
|
1.2
|
Warna
|
-
|
Normal
|
2
|
Kadar air dan bahan
|
% (b/b)
|
Maks. 0,15
|
menguap
|
|||
3
|
Bilangan asam
|
mg KOH/g
|
Maks. 10
|
4
|
Bilangan peroksida
|
Mek O2
|
Maks.16
|
5
|
Minyak pelikan
|
-
|
Negatif
|
6
|
Asam linolenat (C18:3)
|
%
|
Mask. 2
|
dalam komposisi asam
|
|||
lemak minyak
|
|||
7
|
Cemaran logam
|
||
7.1
|
Kadmium (Cd)
|
Mg/kg
|
Maks. 0,2
|
7.2
|
Timbal (Pb)
|
Mg/kg
|
Maks. 0,1
|
7.3
|
Timah (Sn)
|
Mg/kg
|
Maks. 40,0/250,0*
|
7.4
|
Merkuri (Hg)
|
Mg/kg
|
Maks. 0,05
|
7.5
|
Cemaran arsen (As)
|
Mg/kg
|
Maks. 0,1
|
Sumber :
SNI 3741 (2013)
b. Prinsip
kerja
Prinsip
kerja dari saponifikasi adalah penambahan basa pada minyak yang dimurnikan
dengan cara dipanaskan dengan alkali, basa yang digunakan misalnya kalium Hidroksida (KOH). Konsentrasi basa yang digunakan pada proses saponifikasi
mempengaruhi viskositas, tinggi
busa dan nilai pH sabun
yang dihasilkan.
Bahan-bahan digunakan dalam analisis saponifikasi adalah sebagai
berikut:
1) Minyak
kelapa
Minyak
kelapa merupakan salah satu produk utama yang dapat diolah dari
daging
buah kelapa. Minyak kelapa dihasilkan melalui ekstraksi daging buah
kelapa
dengan cara kering (dry coconut process)
maupun langsung dari kelapa
segar
dengan cara basah (wet coconut process). Minyak
kelapa mengandung
asam lemak
tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti asam olet, linolet
dan linolenat
2) Kalium
hidroksida KOH
Merupakan
senyawa anorganik basa kuat yang digunakan dalam reaksi saponifikasi. Kalium hidroksida secara umum
digunakan dalam formulasi sebagai pengatur pH. Kalium hidroksida memiliki
bentuk kristal kecil berwarna putih dan mudah rapuh. Kalium hidroksida bersifat
higroskopis dan mudah meleleh.
3) Asam
klorida (HCL)
Kalsium
klorida (CaCl2) merupakan salah satu jenis garam yang terdiri dari unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Garam ini
berwarna putih dan mudah larut dalam air. Kalsium klorida tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mudah terbakar. Kalsium klorida termasuk dalam tipe ion
halida, dan padat pada suhu kamar. Kalsium klorida harus disimpan dalam
kontainer kedap udara rapat dan tertutup karena bersifat higroskopis,. Kalsium
klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan, tidak seperti
banyak senyawa kalsium lainnya, kalsium klorida mudah larut. Zat ini dapat
berguna untuk menggantikan ion dari larutan.
4) Indikator
fenolftalien
Fenolftalein
biasanya digunakan sebagai indikator keadaan
suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip
perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi. Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses
titrasi HCl dan NaOH. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam
atau netral,. Namun, berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya
pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, apabila mulai melewati
8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa pH
yang diperoleh, semakin merah. warna yang ditimbulkan.
c. Mekanisme
reaksi
Mekanisme reaksi
saponifikasi digambarkan oleh
struktur molekul yang tercantum
dalam gambar berikut
Reaksi Saponifikasi |
a. Definisi
Oksidasi
merupakan reaksi antara lipid (asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh dan triasilgliserida) dengan oksigen yang
dikatalisator oleh panas, cahaya dan logam (Spickett dan Forman, 2015).
Oksidasi lipida merupakan suatu reaksi dengan jalur yang kompleks. Reaksi ini
dapat menimbulkan terjadinya ketengikan pada produk turunan lipida (Belitz dan
Grosch, 1987).
b. Prinsip
Kerja
Oksigen
bereaksi dengan lipid yang dikatalis oleh cahaya, panas maupun logam
sehingga menghasilkan radikal bebas.
O2 + Lipida + Katalisator = Radikal
Bebas
(asam
lemak
jenuh,
asam lemak
tak
jenuh, TAG) (cahaya,
panas, logam)
c. Mekanisme
Reaksi
Mekanisme reaksi
oksidasi terdiri dari
tiga tahapan reaksi
yaitu inisiasi, propagasi,
dan terminasi (Winarsi, 2007).
1.
Inisiasi, yaitu awal pembentukan
radikal bebas. Proses inisiasi terjadi dengan tereaksinya asam lemak dengan
oksigen sehingga menghasilkan hiperperoksida dan radikal bebas yang sangat
reaktif. Terdapat beberapa katalisator dalam proses ini ,seperti pengoksidasi
kimia, logam transisi (golongan IIB), enzim, panas (heat), dan cahaya. Rumus terjadinya inisiasi sebagai berikut:
RH + O2- = R’ +
OOH
2.
Propagasi, yaitu pemanjangan
rantai radikal. Pada proses ini terjadi pembentukan seyawa-senyawa baru karena
tereaksinya senyawa reaktif hasil inisiasi dengan asam lemak. Reaksi tersebut
dinamakan dengan autooksidasi. Autooksidasi merupakan faktor utama yang
menyebabkan terjadinya ketengikan oksidatif pada produk turunan lipid seperti
minya
goreng.
Reaksi pembentukannya sebagai berikut:
R’ + O2 = ROO’
3.
Terminasi, yaitu bereaksinya
senyawa radikal dengan radikal lain. Senyawa radikal yang terbentuk pada proses
propagasi akan terakumulasi dan mengakibatkan terjadinya pembentukan senywa
non-radikal dan terjadi terminasi. Namun, senyawa tersebut memungkinkan
terjadinya proses oksidasi lanjutan karena dapat berikatan dengan radikal bebas
lain.
ROO’ +
ROO’- = ROOR + O2
ROO’ + R’
= ROOR
R’ + R’ =
RR
Baca Juga: Reaksi Hidrogenasi
0 Response to "Reaksi Saponifikasi"
Post a Comment