Teknologi Pengolahan Cookies/Kue Kering : Laporan Praktikum

Cookies, sumber: pixabay.com

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada era saat ini cookies telah menjadi makanan favorit yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Cookies tidak hanya dikonsumsi oleh anak-anak melainkan juga oleh kalangan remaja bahkan termasuk juga orang dewasa. Pembuatan cookies tidak bisa sembarangan, melainkan harus bisa mengolah cookies yang sehat dan juga sesuai dengan selera masyarakat.
Cookies adalah jenis makanan yang umumnya terbuat dari tepung terigu dengan adanya penambahan bahan lainnya, dilakukan juga proses pemanasan serta pencetakan. Tepung terigu yang merupakan bahan utama cookies merupakan tepung yang kandungan proteinnya rendah (Nurali, dkk. 2013). Tetapi akhir-akhir ini banyak dikembangkan pembuatan cookies dengan  bahan tepung non terigu termasuk juga tepung mocaf.
Kualitas produk cookies sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan dan proses produksinya. Faktor mutu dan bahan baku serta bahan tambahan lainnya harus terukur, sesuai dengan persyaratan produksi berlaku juga dengan peralatan yang digunakan untuk pengolahan cookies. Selalu tingginya permintaan terhadap produk cookies membuat kebutuhan tepung terigu juga meningkat, sehingga diharuskan impor tepung terigu untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan cookies.
Salah satu upaya untuk mengurangi permintaan terhadap tepung terigu adalah dengan memanfaatkan tepung mocaf sebagai solusi alternatif pengganti tepung terigu. Meskipun terdapat perbedaan antara tepung terigu dengan tepung mocaf, tetapi pemanfaatan tepung mocaf untuk pembuatan roti diharapkan dapat memacu perekonomian rakyat, dimana tepung mocaf merupakan hasil pangan lokal.
 Upaya untuk mengkombinasikan tepung terigu dengan tepung mocaf untuk membuat cookies, diharapkan cookies yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang tidak kalah dengan cookies yang bahan utama tepungnya berasal dari tepung terigu. Kuliatas cookies bukan hanya ditentukan oleh kualitas bahan saja, melainkan kualitas peralatan produksi serta keahlian tim pembuatan produk cookies. Oleh karena itu diperlukan upaya kerja keras dan fokus untuk dapat membuat produk cookies yang berkualitas.


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum teknologi pengolahan roti adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat menganalisis pengaruh jenis dan proporsi tepung dalam pembuatan cookies.
2. Mahasiswa dapat membuat cookies dengan berbagai jenis dan proporsi tepung.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Produk
Cookies merupakan sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan lainnya, serta adanya proses pencetakan dan pemanasan. Sebagian besar cookies yang terdapat di pasaran menggunakan bahan baku tepung terigu. Tepung yang digunakan pada pembuatan cookies merupakan tepung yang memiliki kandungan protein yang rendah (Nurali, 2013).
Pembuatan cookies banyak yang menggunakan bahan utama berupa tepung terigu, namun akhir-akhir ini banyak banyak juga pembuatan cookies dengan tepung non-terigu untuk jenis cookies bebas gluten (Nurali, 2013). Terdapat empat faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk pangan, termasuk juga biskuit yaitu penampakan, flavor, tekstur dan nutrisinya. Karakteristik fisik dan kimia biskuit mempengaruhi kualitas produk jadi akhirnya.
Kualitas fisik biskuit mencakup kekerasan (hardness) dan fraktur (fracturability) termasuk dalam kajian reologi. Sedangkan karakteristik kimia seperti proksimat banyak dipengaruhi oleh komposisi biskuit dimana masing-masing bahan mempengaruhi fungsi dari masing-masing kandungan proksimat yang berkaitan dengan faktor-faktor karakteristik lainnya (Pratama, dkk. 2014).
2.2 Fungsi Bahan
Terdapat beberapa bahan yang digunakan untuk pengolahan cookies, bahan-bahan tersebut yaitu tepung terigu, tepung mocaf, margarin, telur, garam, gula, vanili dan baking powder. Berikut ini adalah fungi dari bahan-bahan tersebut (Diah, 2015) :
2.2.1 Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan cookies. Tepung terigu berfungsi untuk membentuk kerangka kue kering. Pada pembuatan cookies sebaiknya menggunakan tepung terigu yang proteinnya rendah supaya dihasilkan kue cookies yang renyah.
2.2.2 Tepung Mocaf
Tepung mocaf merupakan tepung yang dapat menjadi kombinasi dengan tepung terigu dalam pembuatan cookies. Umumnya pembuatan cookies dengan menggunakan bahan selain tepung terigu dikenal dengan nama kue kering bebas gluten (gluten free cookies). Umumnya tekstur cookies yang dihasilkan dari bahan non tepung terigu akan ngeprul, rapuh dan lumer di mulut. Supaya bisa dihasilkan cookies yang kering dan renyah maksimal, tepung mocaf perlu disangrai terlebih dahulu, bagian dalam cookies akan lebih lama kering ketika dipanggang.
2.2.3 Telur
Pada pembuatan cookies telur berfungsi sebagai pengembang dan perekat adonan cookies. Pada pembuatan kue kering atau cookies bagian yang bisa kuning telur saja atau telur utuh, tergantung formulasi pembuatan cookies atau kue keringnya.
2.2.4 Garam
Garam berfungsi untuk memberikan citra rasa yang seimbang pada cookies atau kue kering. Selain dapat memberikan citra rasa, garam juga dapat membuat cookies menjadi lebih gurih jika formulasi garam sesuai dengan kadarnya.
2.2.5 Gula
Gula bermanfaat untuk memberikan rasa manis dan mempengaruhi atau meningkatkan kualitas warna cookies. Jumlah dan kualitas gula yang baik dapat mempengaruhi tekstur cookies. Umumnya yang digunakan adalah gula bubuk atau gula tepung, meskipun bisa juga menggunakan gula pasir tetapi harus dihaluskan terlebih dahulu.
2.2.6 Baking Powder
Baking powder adalah bahan tambahan yang berfungsi untuk pengembang cookies serta membuat cookies menjadi lebih renyah. Penggunaan baking powder juga harus didukung dengan cetakan atau drop cookies, sehingga adonan bisa mengembang saat dipanggang. Penggunaan baking powder harus seperlunya saja, jika terlalu banyak maka akan meninggalkan rasa getir dan pahit.


2.3 Cara Pembuatan
Pembuatan cookies dilakukan dengan cara pertama dilakukan penimbangan bahan sesuai ketentuannya mulai dari tepung, gula halus, margarin, vanili, baking powder dan garam. Setelah itu pengocokkan telur hingga homogen, disertai dengan pemasukkan gula halus dan margarin menggunakan mixer dengan kecepatan sedang. Tambahkan bahan lain berupa baking powder, vanili dan tepung. Setelah itu proses penggilingan adonan menggunakan rolling pin, cetak menggunakan cetakan cookies, kemudian dilakukan pemanggangan pada suhu 150 C selama 15-20 menit di oven.
2.4 Peranan Karbohidrat
Pembuatan cookies memerlukan bahan utama berupa tepung terigu yang merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum (T. sativum) yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi.  Kandungan karbohidrat tersebut merupakan pati terigu yang dalam suatu sistem, seperti adonan cookies, pati terigu pada adonan cookies terdispersi dan berfungsi sebagai bahan pengisi.
Karbohidrat juga berperan dalam reaksi meillard. reaksi meillard adalah reaksi kimia non-enzimatis antara asam amino dengan gula pereduksi yang berasal dari karbohidrat, biasanya terjadi pada saat  suhu tinggi. Reaksi meillard menghasilkan warna kecoklatan, aroma dan tekstur yang khas. Mekanisme reaksi meillard sangat kompleks, dimulai dari gula amin mengalami denaturasi, siklisasi, fragmentasi dan polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen yang mempengaruhi kualitas produk cookies (Agus, dkk. 2019).

 BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan praktikum teknologi pengolahan cookies adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
1.      Baskom
2.      Mixer
3.      Rolling pin
4.      Cetakan cookies
5.      Oven
3.1.2 Bahan
1.      Tepung terigu
2.      Tepung mocaf
3.      Gula halus
4.      Telur
5.      Margarin
6.      Vanili
7.      Baking powder
8.      Garam


3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja

Skema pembuatan cookies


3.2.2 Fungsi Perlakuan
Langkah pertama dalam pembuatan cookies adalah penimbangan bahan yaitu tepung 100 gr, gula tepung halus 67 gr, vanili 0,3 gr, baking powder 0,7 gr, garam 1,3 gr. Selanjutnya ambil telur 1 butir dan kocok hingga homogen. Langkah selanjutnya masukkan gula halus dan margarin kemudian campur menggunakan mixer dengan kecepatan yang sedang.
Setelah itu tambahkan baking powder, vanili, garam dan tepung, aduk bahan tersebut hingga rata. Kemudian giling adonan menggunakan rolling pin serta cetak menggunakan cetakan cookies. Langkah terakhir ialah dilakukan pemanasan selama 15-20 menit di oven pada suhu 150 C.



BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Tekstur
Sampel
Pengulangan Tekstur (g / 5 mm)
1
2
3
Terigu 100%
313
391
344
Terigu 85% : Mocaf 15%
433
395
433
Terigu 70% : Mocaf 30%
516
592
567
Terigu 55% : Mocaf 45%
419
463
462

4.1.2 Warna
Sampel
Pengulangan dL
1
2
3
Terigu 100%
52,9
53,1
53,5
Terigu 85% : Mocaf 15%
52,7
52,2
53,3
Terigu 70% : Mocaf 30%
51,8
51,6
51,2
Terigu 55% : Mocaf 45%
54,4
54,3
50,0
dL standar    = 94,35                       
dL keramik   = 64,8

BAB 5. PEMBAHASAN


5.1 Tekstur
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa cookies yang memiliki nilai tekstur atau kekerasan yang tinggi ialah cookies yang dengan proporsi bahan tepung terigu 70% dan tepung mocaf 30%. Sedangkan cookies yang dengan nilai tekstur paling rendah atau kekerasan teksturnya rendah ialah cookies dengan proporsi tepung terigu 100%. Data tersebut menunjukkan bahwa tepung mocaf juga memiliki potensi untuk dapat dijadikan bahan dalam pembuatan cookies selain dari tepung terigu.
Bahkan cookies yang paling rendah teksturnya ialah cookies yang hanya berbahan utama terigu tanpa adanya tepung mocaf. Sesuai dengan teori yang ada, hal tersebut dapat terjadi karena tepung mocaf tidak mengandung gluten, serta daya kembang tidak sebaik tepung terigu (Ide, 2013).
Gluten itulah yang membedakan antara tepung terigu dengan tepung mocaf. Gluten pada tepung terigu merupakan protein yang tidak larut dalam air, namun serat-serat gluten dapat mengembang karena menyerap air sehingga bersifat kenyal dan elastis. Gluten dimanfaatkan pada olahan roti atau donat, karena dapat menahan adonan saat mengembang sehingga strukturnya kokoh dan tidak mudah mengecil kembali. Semakin tinggi kadar protein suatu terigu, maka kadar glutennya juga semakin besar (Diana, 2015).

Oleh karena itu cookies yang berbahan dasar tepung terigu memiliki tekstur yang tidak lebih keras dibanding cookies yang berbahan dasar tepung mocaf karena tepung terigu memiliki gluten yang dapat meningkatkan daya kembang, sedangkan cookies merupakan produk kue kering yang tidak mengembang. Sehingga pembuatan cookies yang diingikan dengan tekstur keras lebih cocok menggunakan tepung mocaf karena tidak memiliki gluten, atau mengkombinasikan proporsi yang tepat antara tepung terigu dengan tepung mocaf.


5.2 Warna
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika cookies yang memiliki nilai warna tertinggi ialah cookies yang berbahan dasar utama tepung terigu 100%. Sedangkan cookies yang memiliki nilai terendah ialah cookies yang berbahan dasar tepung terigu 70% dan tepung mocaf 30%. Meskipun menghasilkan data dengan nilai yang berbeda-beda namun tidak signifikan, baik cookies berbahan dasar tepung terigu ataupun tepung mocaf sama-sama menyebabkan adanya reaksi meillard.
Reaksi meillard ialah reaksi kimia non-enzimatis antara asam amino dengan gula pereduksi yang berasal dari karbohidrat, biasanya reaksi tersebut disebabkan karena adanya pemanasan pada suhu tinggi. Reaksi meillard menimbulkan warna yang kecoklatan, juga membuat muncul aroma dan tekstur khas produk tersebut. Mekanisme meillard sangat kompleks, mulai dari gula amin mengalami denaturasi, siklisasi, fragmentasi dan polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen yang mempengaruhi kualitas warna produk cookies (Agus, dkk. 2019).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa cookies berbahan dasar tepung terigu ataupun tepung mocaf sama-sama mengalami reaksi meillard, namun warna yang dihasilkan paling tinggi nilainya ialah tepung terigu. Hal tersebut menunjukkan bahwa cookies yang berbahan dasar tepung terigu berwarna paling putih dan cerah. Sedangkan cookies yang berbahan dasar tepung terigu 70% dan tepung mocaf 30% memiliki warna yang paling gelap, namun perbedaannya tidak signifikan. Faktor lain yang mempengaruhi warna cookies ialah reaksi karamelisasi yang terjadi pada produk cookies.
Karamelisasi merupakan proses degradasi gula karena panas. Degradasi gula tersebut menyebabkan perubahan warna coklat pada cookies di saat proses pemanasan (Fatchiyah, 2018). Oleh karena itu berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika pada cookies berbahan dasar tepung terigu atau tepung mocaf sama-sama mengalami proses meillard dan karamelisasi, karena kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga tidak ada perbedaan warna yang signifikan antara cookies berbahan dasar tepung terigu ataupun yang berbahan dasar tepung mocaf.
5.3 Kenampakan Irisin                                                                     
Berdasarkan data yang diperoleh, tampak bahwa kenampakan irisan cookies yang paling jelas ialah cookies dengan bahan utama tepung terigu sebanyak 100%. Sedangkan kenampakan irisan cookies yang paling tidak tampak ialah cookies dengan bahan utama berupa terigu 55% serta mocaf 45%.
Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik kimia antara tepung terigu dengan tepung mocaf. Tepung terigu mengandung protein yaitu gluten yang tidak larut dalam air.
Gluten pada tepung terigu merupakan protein yang tidak larut dalam air, namun serat-serat gluten dapat mengembang karena menyerap air dan memerangkap karbondioksida sehingga bersifat mengembang, kenyal dan elastis. Gluten dimanfaatkan pada olahan roti atau donat, karena dapat menahan adonan saat mengembang sehingga strukturnya kokoh dan tidak mudah mengecil kembali. Semakin tinggi kadar protein suatu terigu, maka kadar glutennya juga semakin besar (Diana, 2015).
Gluten yang menyerap air menyebabkan struktur cookies lebih nampak karena cenderung untuk dapat mengembang. Berbeda dengan cookies yang kandungan tepung mocafnya tinggi, tepung mocaf tidak mengandung gluten sehingga sehingga tidak ada kecenderungan untuk mengembang dan kenampakan irisan cookies tidak tampak begitu jelas.
5.4 Uji Organoleptik
Berdasarkan data uji organoleptik dengan parameter penilain yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa, dapat diketahui bahwa tidak ada sampel yang mendominasi dengan penilain tertinggi mencakup seluruh parameter. Berdasarkan pengujian warna, sampel yang paling disukai ialah cookies berbahan tepung terigu 85%; tepung mocaf 15% dan cookies berbahan tepung terigu 70%; tepung mocaf 30%. Sedangkan untuk parameter pengujian aroma, cookies yang paling tinggi nilainya ialah cookies berbahan dasar tepung terigu 70% dan tepung mocaf 30%. Kemudian untuk uji organoleptik tekstur yang paling tinggi nilai ialah cookies dengan bahan tepung terigu 85% dan tepung mocaf 15%. Setelah itu untuk uji organoleptik warna yang paling tinggi nilainya ialah cookies dengan bahan tepung terigu 85% dan tepung mocaf 15%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai cookies yang terdapat kandungan tepung mocafnya.
Hal tersebut disebabkan karena uji organoleptik ini bersifat hedonik atau kesukaan. Sehingga penilaiannya bersifat subjektif sesuai dengan kesukaan panelis. Uji organoleptik merupakan uji yang sangat penting dalam evaluasi suatu produk. Uji organoleptik merupakan uji yang relatih sederhana untuk dilakukan, dalam skala industri pengujiannya mencakup kualitas secara kimia dan mikrobiologi suatu produk pangan. Selain itu uji organoleptik dapat membantu memastikan bahwa konsumen mendapatkan produk berkualitas tanpa cacat yang memberikan kepuasan saat dikonsumsi (Sudarminto dan Elok, 2017).
Uji organoleptik seharusnya dilakukan oleh panelis yang ahli dalam menganalisis kualitas suatu produk pangan, bukan hanya penilain bersifat hedonik atau kesukaan secara subjektif penulis. Melainkan juga harus mengetahui apakah kualitas produk tersebut sesuai dengan selera konsumen secara luas. Pada uji organoleptik ini panelisnya tidak professional, sehingga data yang didapat bersifat subjektif atau sesuai selera panelis, tidak menggambarkan sesuai kualitas selera konsumen secara luas.

BAB 6. PENUTUPAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan dalam beberapa poin antara lain:
1.    Cookies merupakan produk pangan yang banyak digemari oleh masyarakat.
2.    Pembuatan cookies tidak hanya dapat berasal dari bahan tepung terigu, melainkan juga dapat dikombinasikan dengan tepung mocaf.
3.    Penambahan tepung mocaf pada pembuatan cookies dapat mempengaruhi kualitas cookies dari segi fisik ataupun kimia.
4.    Pengujian organoleptik alangkah lebih baik jika dilakukan oleh panelis yang professional, supaya hasil yang didapatkan tidak hanya bersifat subjektif melainkan bersifat objektif sesuai dengan minat pasar atau konsumen.

6.2 Saran
Praktikum teknologi pengolahan produk konsumer berupa cookies dapat berjalan dengan sukses dan lancar. Namun terdapat beberapa hal yang patut untuk dibenahi yaitu tidak tersedianya alat di laboratorium sehingga praktikan harus menyiapkan sendiri alat untuk menunjang kegiatan praktikum. Alangkah lebih baik jika peralatannya tersedia semua di laboratorium. Selain kegiatan praktikum juga molor, jauh lebih agar praktikum tidak molor sehingga praktikum dapat lebih cepat selesai dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Susilo, dkk. 2019. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Malang : UB PRESS.

Cahya, Diana. 2015. Charadon Donat Karakter. Surabaya : Trubus Agrisarana

Didi, Diah. 2015. Bikin Kue Kering Yuk. Fmedia : Jakarta.

Masak, Ide. 2013. Resep Favorit untuk Usaha : Kue Kering Nonterigu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Pratama, R. I., Rostini, I., & Liviawaty, E. 2014. Karakteristik biskuit dengan penambahan tepung tulang ikan jangilus (istiophorus sp.). Jurnal Akuatika, 5(1).

Sayangbati, F., Nurali, E. J., Mandey, L. M. L., & Lelengboto, M. B. 2013. Karakteristik fisikokimia biskuit berbahan baku tepung pisang goroho (Musa acuminate, SP). In Cocos (Vol. 2, No. 1).

Yuwono, Sudarminto S. dan Elok Waziiroh. Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Malang : UB PRESS.

0 Response to "Teknologi Pengolahan Cookies/Kue Kering : Laporan Praktikum"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel