Aroma dari Senyawa Volatil dan Non Volatil Bawang
Bawang, sumber: pixabay.com |
.
Latar Belakang
Sejak zaman kuno bawang
putih sudah banyak digunakan sebagai makanan yang dimanfaatkan untuk terapi
berbagai penyakit. Bahkan bawang putih sudah banyak dikenal sejak era yunani
dan romawi kuno yang didapatkan dari daerah mediterania. Faktanya bawang putih
kaya akan sumber fitonutrien yang berguna untuk terapi pengobatan kanker,
penyakit jatung koroner, obesitas, diabetes, hipertensi dan katarak.
Bawang putih termasuk
dalam jenis bawang yang termasuk genus keluarga Alliaceae. Penelitian
mengungkapkan bahwa bawang putih memiliki sifat anti bakteri, anti amoebiasis,
anti penyakit epidemik (typhus, chorela, difteri dan tuberculosis). Kebanyakan
penelitian fokus pada pengaruh pencegahan kanker dengan adanya komponen yang
ada di bawang putih. Berdasarkan data epidemiologikal di China, menunjukkan
penurunan sel kanker seiring dengan penambahan bawang putih.
Banyak adanya efek
terhadap tubuh disebabkan karena adanya keterkaitan dengan tiosulfinat,
komponen volatil yang berasal dari bawang putih. Dimana senyawa tersebut juga
mempengaruhi karakteristik dari aroma dan rasa bawang putih. Namun, komponen
volatil tidak stabil dan dapat merubah kualitas bawang putih. Namun terdapat
juga komponen polar yang dapat lebih stabil saat dimasak dan penyimpanan.
Senyawa tersebut diantaranya yaitu sapogenin, saponin dan flavonoid.
Identifikasi komponen
organik pada bawang putih terus dilakukan seiring dengan meningkatnya ketertarikan
analisis senyawa metabolit sekunder dari bawang putih. Beberapa penelitian
telah dipublikasikan mengenai analisis bawang putih dan bawang bombai yang
mengandung komponen organosulfur dan atau organoselenium. Penelitian ini
merangkum mengenai metode perkembangan untuk isolasi dan penjelasan struktur
komponen utama pada bawang.
2.
Komponen Volatil
Pada
bawang putih (Allium sativum) komponen yang paling banyak muncul adalah
thiosulfinat. Thiosulfinat berasal dari S-alk(en)yl-L-sistein-S-oksida
yang berada di sitoplasma. Thiosulfinat merupakan prekursor terbentuknya aroma
(komponen volatil) utama pada bawang putih dan merupakan komponen yang sangat
tidak stabil sehingga mudah berubah strukturnya menghasilkan komponen sulfur.
Pada bawang putih, senyawa utama pembentuk aroma adalah aliin yang merupakan
residu dari allyl. Aliin merupakan prekursor pembentuk aroma bawang putih yaitu
allicin. Aliicin terentuk karena adanya interaksi antara aliin dan enzim
allinase (alliin lyase). Selain itu, terdapat
senyawa volatil lain pada bawang putih seperti vinyldithiins, ajoene, 2-allyl,
metil allyl, dan 2-metil. Tabel di bawah ini menunjukkan komponen volatil yang
terdapat pada bawang putih yang mayor dan yang minor:
Tabel
1.
Komponen volatil mayor dan minor pada bawang putih
Nomor
|
Komponen
Volatil
|
1.
|
propena
|
2.
|
propenethiol
|
3.
|
1,2-epithiopropana
|
4.
|
metil
allyl sulfida
|
5.
|
dimetil
sulfida
|
6.
|
2,4-dimetilfuran
|
7.
|
2-propen-1-ol
|
8.
|
diallyl
sulfida
|
9.
|
tetrahidro-2,5-dimetilthiopen
|
10.
|
c5h10si
|
11.
|
metil
propil disulfida
|
12.
|
1,3-dithiane
|
13.
|
aniline
|
14.
|
1-heksanol
|
15.
|
dimetil
trisulfida
|
16.
|
propil
allyl disulfida
|
17.
|
1,2-dimercaptosiklopentana
|
18.
|
4-metil-5-vinylthiazole
|
19.
|
metil
allyl trisulfida
|
20.
|
2-metilbenzaldehida
|
21.
|
3,5-dietil-1,2,4-trithiolan
|
22.
|
isobutil
isotiosianat
|
23.
|
2-vinyl-4h-1,2-dithiin
|
24.
|
diallyl
trisulfida
|
25.
|
2-vinyl-4h-1,3-dithiin
|
Sumber: Lanzotti (2006)
Thiosulfinate ditemukan
pada semua spesies bawang.
Perbedaan pada setiap spesies dikarenakan struktur dan jumlah relatif
prekursor. Misalnya, dalam bawang putih senyawa residu propil tidak ditemukan
tetapi residu allyl, allin terkandung didalamnya.
3.
Komponen Non Volatil
Komponen
non volatil yang ada pada bawang putih meliputi saponin dan flavonoid. Saponin mampu
bertindak sebagai obat alami di berbagai penyakit. Bahkan beberapa penelitian
menunjukkan adanya kemampuan antijamur, antitumor, sitotoksisitas, koagulabilitas
darah, antispasmodik dan efek penurun kolesterol dari saponin yang diisolasi dari
bawang.
Pengujian kandungan saponin pada bawang
biasa digunakan metode kromatrografi cair. Pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pada bawang terdapat senyawa diosgenin,
sapogenin β-klorogenin. Dalam penelitian lainnya, ekstrak bawang putih tua (AGE)
mengandung sejumlah saponin, dua di antaranya adalah saponin furostanol dan
turunannya spirostanol yang menunjukkan kemampuannya dalam menghambat
penyerapan kolesterol dari lumen usus pada hewan percobaan, sehingga dapat mengakibatkan
penurunan konsentrasi kolesterol plasma. Saponin diketahui memiliki aktivitas
antispasmodik dalam ileum terisolasi marmut; sehingga berkontribusi dalam pengobatan
gangguan sistem gastrointestinal.
Penelitian
menunjukkan bahwa pada daun bawang memiliki kandungan flavonoid yang tinggi
dibandingan dengan sayuran lainnya. Berikut ini merupakan kandungan flavonoid
pada bawang merah dan bawang putih :
Tabel
2. Kandungan
flavonoid pada bawang merah dan bawang putih
No.
|
Komponen
|
1.
|
Apigenin
|
2.
|
Isorhamnetin
|
3.
|
Kaempferol
|
4.
|
Luteolin
|
5.
|
Quercetin
|
6.
|
Myricetin
|
Sumber: Lanzotti (2006)
Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, khususnya
quercetin yang mampu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan
menunjukkan bahwa bawang merah memiliki aktivitas
menangkap radikal bebas (antioksidan)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bawang putih.
Untuk
mendeteksi kandungan senyawa flavonoid pada bawang menggunakan kromatografi
cair. Senyawa flavonoid yang berhasil diidentifikasi yaitu quercetin,
monoglucoside, quercetin diglucoside, isorhamnetin, isorhamnetin glikoside,
rutin, dan kaemferol. Senyawa flavonoid sangat
rentan dengan beragam perlakuan memasak seperti merebus dan menggoreng.
4.
Kesimpulan
Bahan pangan berupa
bawang kebanyakan digunakan sebagai makanan, selain itu juga digunakan sebagai
pengobatan herbal karena bersifat antibakteri, antifungal, antiatheroklerotik,
antitrombotik, dan sebagai pencegah serta terapi terhadap penyakit lainnya.
Rasa dan aroma bawang putih yang tajam disebabkan komponen volatil organosulfur
bernama thiosulfinat. Komponen ini memiliki sifat kimia yang reaktif. Selain
itu terdapat komponen organosulfur lainnya seperti disulfat dan trisulfat yang
dapat mempengaruhi aktivitas farmakologis. Selain itu terdapat juga komponen
polar seperti saponin dan flavonoid yang dapat mempengaruhi aktivitas
biologikal meskipun bukan senyawa volatil.
5.
Daftar Pustaka
Lanzotti, Virginia. 2006. The Analysis
of Onion and Garlic. Journal of
Chromatography A. 11(12): 3-22.
0 Response to "Aroma dari Senyawa Volatil dan Non Volatil Bawang"
Post a Comment