Teknologi Pengolahan Sabun

Sumber gambar : pixabay.com
Sabun merupakan bahan pembersih yang bahan utamanya berasal dari asam lemak dan basa (NaOH dan KOH). Berdasarkan basa yang digunakan, sabun yang dibuat dengan NaOH sering dikatakan sebagai sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk samping berupa gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Qisti, 2009). Sabun berdasarkan pada bentuknya dibagi menjadi sabun cair dan sabun padat (Mitsui, 1997).
Reaksi Saponifikasi asam lemak dengan basa menghasilkan sabun
Manfaat Sabun Berdasarkan Bahannya

1. Minyak kelapa
Merupakan minyak yang sangat penting sebagai bahan pembuat sabun. Minyak kelapa berfungsi sebagai penghasil busa dalam sabun dan menghasilkan sabun yang keras. Juga merupakan agen pembersih pada sabun. Karena bersifat membersihkan kadang memberikan rasa yang kering di kulit.
Gunakan hanya 15% dari total campuran minyak jika merasa minyak kelapa terlalu kering di kulit.
SAP Value: 248-265 mg KOH/gr minyak
2. Asam Oleat
Berfungsi untuk menambah kelembaban pada sabun mandi yang dihasilkan. Tidak menghasilkan busa yang melimpah pada sabun mandi. Asam lemak ini lebih stabil terhadap oksidasi, sehingga memiliki waktu kadaluarsa yang panjang.
Minyak zaitun, minyak alpukat, minyak almond merupakan minyak yang kaya kandungan asam oleat. Selain itu minyak bekatul dan minyak kacang tanah juga memiliki kandungan yang cukup tinggi.
3. NaOH
Alkali yang digunakan sebagai bahan pembuat sabun mandi biasanya NaOH dan KOH. NaOH digunakan sebagai bahan pembuat sabun batang/padat. Sedangkan KOH digunakan sebagai bahan pembuat sabun cair. NaOH yang berfungsi mengubah minyak menjadi sabun. Sedangkan etanol diikutsertakan untuk meningkatkan kemurnian sabun. Agar cepat bereaksi dilakukan pemanasan. Selain itu pemanasan juga bertujuan untuk menghilangkan bau etanol. Bila bau etanol telah hilang, maka kandungan etanol sudah hilang. Fungsi etanol dalam reaksi saponifikasi bukan untuk membentuk sabun. Pada pembuatan sabun, NaOH akan bereaksi dengan asam lemak, namun NaOH dan asam lemak tidak akan bercampur karna memiliki perbedaan kepolaran yang sangat jauh.
4. Etanol
Fungsi etanol pada proses saponifikasi adalah memfasilitasi reaksi NaOH dan asam lemak. NaOH dan asam lemak dapat larut dalam etanol meskipun tingkat kelarutannya rendah. Ketika NaOH dilarutkan dalam etanol maka akan terbentuk NaC2H5O yang dapat mengkatalisis reaksi saponifikasi ini sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat dan dihasilkan sabun yang lebih banyak karna sifat kebasaan NaC2H5O lebih tinggi daripada NaOH. Ketika campuran tadi ditambahkan dengan NaCl jenuh akan terbentuk endapan karna memang fungsi NaCl jenuh ini untuk mengendapkan sabun. NaCl digunakan sebagai ‘pemisah’ produk sabun dan hasil sampingan yang berupa gliserin.
5. Gliserin
Gliserin adalah cairan kental yang pada saat yang sama manis dan tidak berwarna. Ini membeku pasta-seperti zat dan memiliki titik didih yang tinggi. Selama proses pembuatan sabun, beberapa produsen menghilangkan senyawa dari campuran sabun dan memasukkan ke dalam produk-produk lain seperti lotion dan krim. Namun, ketika itu ditambahkan ke sabun itu hasil produk yang hampir transparan dengan sifat pelembab. Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.
6. Coco- DEA
Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.
7. Pewangi
Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-lain).
8. Pewarna
Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grade.
Metodologi
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk proses pembuatan sabun adalah sebagai berikut :
Alat :
  1. Kompor
  2. Panci
  3. Pengaduk
  4. Pencetak
  5. Pemotong
  6. Thermometer
Bahan :
  1. Minyak Kelapa
  2. Asam Oleat
  3. NaOH
  4. Etanol 96%
  5. Gliserin
  6. DEA
  7. Aquades
Skema Kerja
Pada proses pembuatan sabun dengan jenis sabun keras dan berbentuk cair ini, bahan yang digunakan yaitu minyak kelapa. Pada sabun ini diharapkan memiliki  tekstur seperti pasta. Hal ini karena pasta mempunyai tekstur yang mendeati dari sabun keras berbentuk cair. Pada proses pembuatannya, minyak kelapa yang digunakan harus mengandung asam lemak oleat yang cukup tinggi. Hal ini untuk membentuk sabun cair karena karakteristik asam oleat yang tidak mudah beku pada suhu ruang. Selanjutnya, bahan alkali yang digunakan yaitu NaOH yang biasanya digunakan untuk pembuatan sabun keras. Dengan adanya penambahan NaOH, sabun yang berasal dari asam lemak oleat diharapkan mempunyai tekstur yang tidak cair.

Proses Pembuatan Sabun

Daftar Pustaka :

Atina, E. F. Ekel. 1981. Petunjuk Lengkap dan Praktis “Ilmu Kecantikan dan Kesehatan Masa Kini”. Jakarta: Karya Utama.

Indriani, Y., L. Mulqie, dan S. Hazar. 2015. Uji Aktivutas Antibakteri Perasan Buah Jeruk Lemon (Citruslimon L. Oscbeck) dan madu Hutan Terhadap Propionibacterium acne. Prosiding SPeSIA Unisba.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V.Hal. 13,19-21.

Molyneux, P. 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol, 26(2): 211-219.

Qisti, R., 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada Konsetrasi Yang Berbeda, Skripsi, Fa     kultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Surtiningsih. 2005. Cantik dengan Bahan Alami: Cara Mudah, Murah, danAman untuk Mempercantik Kulit. Jakarta: Elex Media Komputindo.




0 Response to "Teknologi Pengolahan Sabun"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel