Pengolahan Sawit Menjadi Biotanol

Sawit, sumber : pixabay.com

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman yang menduduki posisi penting dalam sektor perkebunan dan pertanian di Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi andalan penghasil minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) dan perkembangannya begitu pesat. Sejalan dengan semakin meningkatya produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun maka terjadi pula peningktan volume sisa bahan produksi. Sisa bahan produksi adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan by product pengolahan kelapa sawit, baik berpua sisa bahan cair maupaun padat. Sisa bahan padat dari tanaman kelapa sawit diantarnya berupa tandan kosong, cangkang, kernel, dan fiber (serabut). By product dari tanaman kelapa sawit memiliki kandungan unsur maupun senyawa yang berpotensi untuk diolah dan menghasilkan produk baru sehingga mampu meningkatkan nilai guna dan nilai jual dari sisa bahan tersebut.

1.1 Uraian Isi

Sumber energi alternatif sudah waktunya untuk dikembangkan di Indonesia. Semakin menipisnya persediaan minyak dunia akan menyebabkan kelangkaan dan berimbas pada melambungnya harga bahan bakar, guna menghindari hal tersebut penggunaan sumber energi terbarukan berupa bahan bakar nabati (BBN) perlu ditingkatkan. Berbagai penelitian telah melakukan pengembangan untuk mendapatkan bahan bakar yang lebih murah, ramah lingkungan, dan dari bahan alam yang sifatnya terbarukan. By product pengolahan kelapa sawit seperti TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) berpotensi untuk dikembangkan menjadi baha baku Bioetanol.

1.1.1 Definisi Produk


Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat dibuat dari :
  1. Bahan yang mengandung glukosa Bahan ini ada pada tetes tebu/molasse, nira aren, nira kelapa, nira tebu, sari buah-buahan dan lain-lan.
  2. Bahan yang mengandung pati/karbohidrat bahan ini terdapat pada umbi-umbi seperti sagu, singkong, ketela, gaplek, ubi jalar, talas, ganyong, jagung dan lain-lain.
  3. Bahan yang mengandung selulosa. Selulosa terdapat dalam serat seperti serat kayu, serat tandan kosong kelapa sawit, serat pisang, serat nanas, ampas tebu dan lain-lain (UKM dalam Ningsih et al, 2012).
      Tandan kosong kelapa sawit mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 40-50% , hal ini menjadikan tandan kosong kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Berikut merupakan tabel komponen kelapa sawit :

Tabel 1.1 Komponen tandan kosong kelapa sawit

Komponen
% Berat
Selulosa
8.6 %
Hemiselulosa
8.5 %
Lignin
3.5 %
Sumber : (Astima et al, 2002)

1.1.2 Jenis Biotanol

Berdasarkan bahan baku yang digunakan bioetanol dibedakan menjadi 3 jenis generasi, yaitu bioetanol generasi pertama, bioetanol generasi kedua dan bioetanol generasi ketiga. Bioetanol generasi pertama merupakan bioetanol yang berasal dari tanaman pertanian yang mengandung pati atau gula seperti jagung, singkong, gandum, dan tebu. Bioetanol generasi kedua yaitu bioetanol yang berasal dari bahan nabati yang mengandung selulosa dan hemiselulosa (holoselulosa) tinggi. Bioetanol genesrasi ketiga merupakan bioetanol yang berasal dari algae yaitu mikroalga dan makroalga (rumput laut) (Dragon et al., 2010).
Bahan berholoselulosa merupakan alternatif untuk mengatasi bahan berpati yang lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan dibandingkan untuk memproduksi bioetanol. Bahan yang mengandung holoselulosa tinggi banyak terdapat dalam limbah padat agroindustri seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS), bagas tebu, kulit kakao dan jerami padi. Salah satu limbah padat agroindustri yang melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal adalah TKKS.

Tandan Kosong Kelapa Sawit, Sumber: (Ningsih et al., 2012)

1.1.3 Rumus Senyawa Biotanol

Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatannya. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, rumus strukturnya CH3CH2OHn dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Bioetanol merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Rumus Kimia Etanol, Sumber : Wusnah et al, 2008

Mekanisme pembentukan bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit (Risvank, 2008) : 
 
(C6H10O5)n
à 3C5H10O5
+
C6H12O6
3C5H10O5
à 5C2H5OH
+
5CO2
C6H12O6
Glukosa
à 2C2H5OH
Etanol
+
2CO2
Karbondioksida

 1.2 Metodologi


Metodologi pembuatan bioetanol ini mengacu pada penelitain yang dilakukan oleh Kristina et al, pada tahun 2012 dengan judul Jurnal “Alkaline Pretreatment dan Proses Simultan Sakarifikasi-Fermentasi untuk Produksi Etanol dari Tandan Kosong Kelap Sawit”.
1.2.1   Alat

1
Enzim Selulase dari A niger
10
NaOH
2
PDA (Potato Dextrose Agar)
11
H2SO4 25 %
3
Sukrosa 12,5 %
12
Aquadest
4
(NH4)2SO4 0,25 %
13
Acetone
5
KH2PO4 0,2 %
14
BSA (Bovine Serum Albumin)
6
C2H5OH 96 %
15
Luff Schoorl
7
Urea
16
Na2S2O3 0,1 N
8
MgSO4.7H2O
17
Kalium Iodida 20 %
9
Yeast Saccromyces Cerevisiae



1.2.2   Bahan

1
Beaker Gelas 50, 100, 250, 500
ml
10
Pipet Tetes
2
Erlemeyer 250 ml, 500 ml
11
Pipet ukur 5 ml, 10 ml
3
Gelas Ukur 10 ml, 50 ml
12
Neraca Analitik
4
Labu Takar 1000 ml
13
Blender
5
Cawan Petri
14
Oven
6
Bunsen
15
Batu didih
7
Urea
16
Labu bundar
8
Kawat Ose
17
Peralatan Destilasi
9
pH Meter / Kertas pH
18
Piknometer 5 ml
19
Rotary Shaker
22
Buret Digital
20
Autoclave
23
Hot plate
21
Corong Gelas



1.2.3 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Proses konversi lignoselulosa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi bioetanol terjadi melalui tahap-tahap. Dalam pembuatan bioetanol, bahan yang akan diolah harus memalui beberapa proses yaitu :
1. Pretreatment secara mekanik dengan mengubah ukuran biomassa

Skema Kerja Preatreatment

Tujuan dilakukan pretreatment secara mekanik dengan mengubah ukuran biomassa adalah untuk memperluas ukuran permukaan TKKS agar kandungan selulosa, hemisolulosa dan lignin dapat dihidrolisa secara sempurna dan memudahkan akses enzim pada tahap delignifikasi.
2. Preatrement atau delignifikasi dengan alkali pretreatment (NaOH)

Skema kerja preatreatment dengan NaOH
Pada proses delignifikasi digunakan NaOH, proses alkaline pretreatment dengan NaOH dapat menghilangkan kandungan-kandungan yang mengikat selulosa pada serat-serat TKKS. Tujuan dari proses pretreatment ini adalah untuk memecah struktur lignin, memecah kristal selulosa, meningkatkan porositas bahan, memecah hemiselulosa dan depolimerisasi hemiselulosa (Sun dan Chen dalam Nata, 2014). Pretreatment juga efektif dalam meningkatkan kinerja dari enzim saat hidrolisis, mengurangi karbohidrat yang hilang dan mencegah terbentuknya produk samping seperti selobiosa pada proses hidrolisis.
3. Proses SFF dan Destilasi (Simultaneous Saccharification and Fermantation) meliputi hidrolisis dan fermentasi

Skema Kerja Proses SFS

Proses SFF merupakan penggabungan antara tahap hidrolisis dan fermentasi yang dilakukan dengan cara simultan dalam satu waktu sehingga dapat berlangsung efisien proses hidrolisis (sarafikasi) dilakukan dengan menggunkan enzim (selulase/amilase). Proses SFF juga melibatkan yeast atau mikroba untuk menguraikan glukosa pada saat fermentasi. Mikroba yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.

1.3 Karakteristik dan Aplikasi Produk
1.3.1 Karakteristik Produk
Bioetanol sebagai hasil olahan by product tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memilik beberapa karakteristik produk, selain sumber pembuatannya yang mudah didapatkan, bioetanol memiliki kelebihan lain yaitu lebih ramah lingkungan. Beberapa kelebihan bioetanol dibanding bahan bakar minyak, antara lain lebih aman, memiliki titik nyala tiga kali lebih tinggi dibanding bensin, dan menghasilkan emisi gas hidrokarbon lebih sedikit, selain itu juga terdapat kekurangan bioetanol bila dibanding dengan bahan bakar minyak, antara lain mampu bereaksi dengan logam tertentu seperti alumunium, sehingga dapat merusak komponen kendaraan yang terbuat dari logam tersebut.
Bioetanol memiliki sifat fisik yang sama dengan etanol biasa hanya saja yang membedakan adalah proses pembuatannya dan bahan yang yang digunakan dalam proses pembuatan bioetanol. Berikut merupakan tabel sifat fisik dari etanol berdasarkan SNI 06-3565-1994 :
Tabel 1.2 Sifat fisik etanol

Parameter
Etanol
Rumus kimia
C2H5OH
Berat molekul
46
Densitas (g/mL)
0,7851
Titik didih (°C)
78,4
Titik nyala (°C)
13
Titik beku (°C)
-112,4
Indeks bias
1,3633
Panas evaporasi (cal/g)
204
Viskosistas pada (20°C) poise
0,0122
Sumber: Standar Nasional Indonesia



Tabel 3 merupakan tabel parameter kualitas bioetanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Tabel 1.3 SNI kualitas bioetanol (SNI 7390-2008)


Parameter

Unit. Min/Max

Spesifikasi
Metode Uji (SNI 7390-
2008)

Kadar etanol

%-v.min
99.5 (sebelum denaturasi)
94.0 (setelah denaturasi)

Sub 11.1
Kadar metanol
mg/L.max
300
Sub 11.1
Kadar air
%-v.max
1
Sub 11.2
Kadar denaturan
%-V.min
2
Sub 11.3
Kadar Cu
%-V.max
5
Sub 11.4
Keasaman     sbg
Mg/kg.max
0.1
Sub 11.5
CH3COOH
mg/L.max
30
Peng. Visual
Tampakan Ion Klorida

mg/L.max
Jernih dan tidak ada endapan
40

Sub 11.6
Kandungan Sulfur
Mg/L.max
50
Sub 11.7
Getah (gum).
Mg/100mL.max
5.0
Sub 11.8
pH

6.5-9.0
Sub 11.9
Sumber : Standar Nasional Indonesia

Sesuai dengan kegunaanya etanol dibedakan berdasarkan grade dari kadar alkoholnya, sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai penggunaanya. Menurut Hambali dkk. 2007 bioetanol dibedakan menjadi tiga grade yaitu :
1.       Grade industri dengan kadar alkohol 90-94% v/v, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut
2.       Netral dengan kadar alkohol 96-99,5% v/v, digunakan untuk minuman keras dan bahan baku farmasi
3.       Grade bahan bakar dengan kadar alkohol 99,5-100% v/v, digunakan untuk bahan bakar
1.3.1   Aplikasi Produk
Bioetanol dapat diaplikasikan pada beberapa penggunaan dibidang industri, farmasi, rumah sakit maupun sebagai bahan bakar nabati (BBN). Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bauran energi nasional terutama ssebagai bahan bakar pencampur ataupun ipensubstitusi bensin. Pemerintah melalui Dewan Standarisasi Nasional (DSI) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol dengan tujuan melindungi konsumen (dari segi mutu), produsen dan mendukung perkembangan industri bioetanol di Indonesia. Kadar etanol menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia adalah 94,0%.
Peningkatan bahan bakar fosil untuk keperluan alat transportasi terus meningkat setiap harinya. Seperti diketahui, bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui maka dibutuhkan bahan bakar alternatif untuk mengganti bahan bakar fosil. Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan saat ini adalah bahan bakar etanol atau yang disebut juga bioetanol. Etanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai pengikat bilangan oktan dalam bensin. Selain itu juga pengoperasian serta pembuatan bioetanol lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bioetanol juga dapat dijadikan biogashol yaitu campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil bensin tanpa perlu memodifikasi mesin.


Penentuan bioetanol yang dapat dijadikan bahan bakar harus sesuai SNI bioetanol. Sehingga perlu parameter untuk menguji bioetanol yang akan digunakan dengan menguji sifat fisik bioetanol. Spesifikasi untuk uji bioetanol menurut SNI 7390:2008. Berikut merupakan tabel spesifikasi uji bioetanol menurut SNI:
Tabel 1.4 Spesifikasi uji bioetanol sesuai SNI 7390:2008

No
Sifat
Unit Min/ Maks
Spesifikasi
1
Kadar etanol
%-v, min
99,5 (sebelum denaturasi)
94.0 (setelah denaturasi)
2
Kadar Methanol
Mg/1, maks
300
3
Kadar air
%-v, maks
1
4
Kadar denaturasi
%-v, min
%-v, maks
2
5
5
Kadar tembaga (Cu)
Mg/kg, maks
0,1
6
Densitas (25°C)
g/mL
0,790
7
Keasaman sebagai
CH2COOH
Mg/l, maks
30
8
Tampakan

Jernih dan terang, tidak
ada endapan dan kotoran
9
Kadar Ion Klorida (Cl)
Mg/l, maks
40
10
Kandungan belerang
Mg/l, maks
50
11
Kadar getah (gum),
dicuci
Mg/100 mL.
maks
5,0
12
pH

6,5-9,0

1.4 Kesimpulan

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah perkebunan potensial yang dapat diolah menjadi bioetanol. Selain ketersediannya berlimpah, TKKS mengandung lignoselulosa yang tinggi sebagai bahan baku yang dapat dikonversi menjadi etanol (bioetanol). Produksi bioetanol dari substrat lignoselulosa dapat dilakukan dengan menggunakan metode SFF (Simultaneous Saccharification and Fermentation), dimana dalam metode SFFmenggunakan pretreatment terlebih dahulu yaitu pretreatment mekanik dan alkali pretreatmen, hidrolisis dilakukan menggunkan enzimatis (selulase), sakarifikasi/hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara simultan (SSF) menggunakan Saccharomyces cerevisiae.
Bioetanol memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan dan terbarukan, beberapa pengaplikasian bioetanol digunakan pada bidang industri, farmasi, rumah sakit, sebagai pelarut dalam analisa dan yang terbesar penggunaanya adalah sebagai bahan bakar nabati (BBN) yaitu pengganti minyak bumi yang mulai mahal dan langka. Bioetanol mampu dijadikan bahan bakar dikarenakan menghasilkan nilai oktan yang tinggi dan tingkat kompresi yang tinggi selain itumenurunkan kadar emisi gas buang.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono. Sumarti, M. 2014. Pembuatan Bioetanol dari Lignoselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Perlakuan Awal Iridiasi Berkas Elektron dan NaOH. Jurnal Kimia Kemasan 36 (2).
Dragon, G., B. Fernandes., A.A. Vicente., dan J.A. Teixeira. 2010. Third Generation Biofuels From Microalgae. In Current Research, Technology and Education Topicsin Applied Microbiology and Microbial Biotechnology, ed.A.Mendez- Vilas (Madrid:Formatex),1355–1366.
Haryanti, A. Norsamsi. Solihan, P.S.F. Putri, N.P. 2014. Studi Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit. Konversi. Vol.3 (2).
Krstina. Sari, E.R. Novia. Alkaline Pretreatment dan Proses Simultan Sakarifikasi- Fermentasi untuk Produksi etanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia. Vol.3 (3).
Nimah, L. Ardiyanto, A. Zainuddin, M. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Serat Kelapa Sawit Melalui Proses Pretreatment, Hidrolisis Asam dan Fermentasi Menggunakan Ragi Teme. Info Teknik. Vol.16 (2).
Ningsih, Y.A. Lubis, K.R. Moeksin, R. 2012. Pembuatan Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Metode Hidrolisis Asam dan Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. Vol.18 (1).
Senam. 2009. Prospek Bioetanol Sebagai Bahan yang Terbarukan dan Ramah Lingkungan. Prosiding Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. UNY.
Subagyo, R. Raifin,W. 2016. Analisa Variasi Waktu Fermentasi Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Kulit Singkong dan Kulit Nanas. Sjme KINEMATIKA. Vol.1 (2) : 113-124
UKMB. 2009. Bahan Bakar Nabati (Bioetanol). Khalifah Niaga Lantabura: Yogyakarta.







      

0 Response to "Pengolahan Sawit Menjadi Biotanol"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel