Manfaat Teh Hijau Terhadap Sifat Fungsional Kesehatan

green tea, Sumber: pxabay.com

Terdapat beberapa senyawa bioaktif pada teh hijau contohnya mulai dari katekin, kafein, L-teanin, vitamin c dan flavonol. Kandungan senyawa bioaktif pada teh hijau membuat teh hijau sangat bermanfaat untuk kesehatan, contohnya seperti mengurangi resiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, mencegah pertumbuhan karies hingga melancarkan proses  pencernaan makanan.

5.1 Katekin
Katekin dalam teh hijau mengandung ikatan biokimia yang disebut polifenol, termasuk flavonoid. Flavonoid merupakan antioksidan yang terdapat pada sayur-sayuran dan buah-buahan. Turunan katekin pada daun teh hijau yaitu epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC) dan epigalokatekin galat (EGCG). Kebanyakan manfaat yang diperoleh dari teh hijau berasal dari EGCG yang terkandung di dalamnya.


Contoh senyawa derivat katekin

5.2 Flavonol
Fenol pada teh hijau bukan hanya terdiri dari katekin, terdapat juga flavonol pada teh hijau. Flavonol teh hijau meliputi mono, di dan triglokosid yang terdiri dari glikon, kaemferol, kuersetin, dan mirisetin.

Struktur Flavonol Teh Hijau
5.3 Pektin

Senyawa bioaktif lainnya pada teh hijau yaitu substansi pektin yang berupa alkaloid. Alkaloid bersama dengan senyawa kafein, theobromin dan theofilin dapat mempengaruhi citra rasa minuman teh hijau. Alkaloid dapat dipertahankan selama proses pengolahan teh hingga tahap akhir dan selama penyimpanan. Kemudian kafein dapat bereaksi dengan tanin membentuk kafein tanat yang memiliki rasa dan aroma menyengat serta pahit.

Struktur Molekul Kafein
 Teh hijau juga memiliki senyawa bioaktif klorofil, karoten dan xantofil yang merupakan zat warna. Namun sebagian besar klorofil rusak selama proses pemanasan dan fermentasi. Senyawa bioaktif lainnya yaitu vitamin C yang merupakan antioksidan kuat, vitamin E yang dapat meningkatkan kesehatan kulit dan vitamin K yang berperan dalam proses pembentukan tulang.

Struktur α karoten dan β karoten 

6. Sifat Fungsional
6.1 Antibakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri bersifat uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki klorofil. Berdasarkan pengaruhnya, bakteri terdapat yang menguntungkan, terdapat juga yang merugikan bagi manusia.
Struktur dan fungsi pada sel bakteri meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan. Berdasarkan cara memperoleh makanan, bakteri dibedakan menjadi bakteri heterotrof dan bakteri autotrof. Sebagian besar adalah bakteri heterotrof. Bakteri heterotrof terbagi menjadi bakteri saprofit dan bakteri parasit. Bakteri saprofit adalah bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-sisa organisme, misalnya kotoran hewan, sedangkan produk organisme, misalnya susu dan daging. Sisa organisme atau produk organisme yang mengandung bakteri akan mengalami proses penguraian. Contoh bakteri saprofit adalah Escherichia coli.
Bakteri parasit adalah bakteri yang memperoleh makanan dari inangnya. Jika menimbulkan penyakit pada inangnya, bakteri disebut sebagai bakteri patogen. Contoh bakteri parasit adalah Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit TBC pada manusia).
Kandungan katekin pada teh hijau dapat berfungsi sebagai antibakteri. Sifat antibakteri katekin disebabkan oleh adanya gugus phyrogallol dan gugus galloil. Selain itu struktur tersier persenyawaan gugus cathecol atau pyrogallol dengan gugus galloilnya bersifat penghambatan terhadap racun. Beberapa contoh bakteri atau mikroba yang dapat membentuk racun dalam makanan, serta penyebab penyakit pencernaan yaitu Staphylococcus aureus, Aeromonas sabria, Clostridium perfringes dan C. botulinum dapat ditangkal oleh senyawa katekin teh hijau.
Senyawa katekin terbukti menghambat penyakit kolera yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus dan Staphylocuccus aureus. Ekstrak daun teh dapat digunakan untuk terapi pasien di daerah endemik kolera. Selain itu aktivitas antibakteri pada teh hijau telah dibuktikan di berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Salah satu hasilnya senyawa katekin pada teh hijau mampu menghambat aktivitas bakteri Salmonella typhi dan bakteri E. Coli (penyebab tipes dan diare).
6.2 Antivirus
Sifat fungsional dari teh hijau juga dapat sebagai antivirus. Peran vitamin C pada teh hijau dapat mencegah virus influenza penyebab flu. Selain itu gugus galloil pada theaflavin teh hijau ternyata dapat menghambat aktivitas beberapa virus yang memiliki kemampuan reverse transkriptase serta polimerisasi DNA manusia seperti virus HIV.
Senyawa katekin pada teh hijau juga berperan sebagai antivirus, khususnya senyawa turunan katekin yaitu epigalokatekin galat (EGCG). Penelitian membuktikan bahwa EGCG dengan konsentrasi 0,01-0,02 mg/ml dapat menghambat 50% perkembangan virus HIV.
6.3 Antikanker
Berdasarkan penelitian dr. Chung S yang dari laboratorium riset kanker, University of New Jersey USA, dapat diketahui bahwa komponen utama pada teh hijau yang diyakini memiliki berbagai aktivitas biologi termasuk juga sebagai antikanker. Senyawa polifenol pada teh hijau yaitu epigalokatekin 3-0 galat (EGCG) yang merupakan derivat katekin dapat mencegah terjadinya kanker.
Penelitian tersebut dilakukan dengan cara uji coba pada tikus donyru, menunjukkan bahwa aktivitas senyawa tersebut terhadap invasi sel kanker yang diisolasi mampu menghambatnya hingga 83% pada konsentrasi 10 mikrogram/mililiter.
Katekin yang ada pada teh hijau membentuk Superoxide Dismutase (SOD), enzim yang diketahui berfungsi sebagai antioksidan yang ampuh untuk melawan kanker dengan cara menghambat zat pemicu kanker. Sifat antioksidan SOD di dalam teh ini 100x lebih kuat dari vitamin C, 40x lebih kuat dari vitamin E serta 20x lebih kuat dari vitamin A.
Mekanisme lain dalam penghambatan sel kanker yaitu epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan senyawa derivat dari katekin dalam relatif tinggi mengandung enzim dihydrofolate reductase (DHFR). Enzim tersebut dapat mengikat sel kanker layaknya obat antikanker yaitu Methotrexate, namun efek samping yang dihasilkan tidak seheras Methotrexate.
Beberapa contoh jenis kanker yang dapat dihambat dengan senyawa bioaktif pada teh yaitu kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat dan kanker rongga mulut. Hasil penelitian di China menunjukkan bahwa 600 pria dan perempuan yang menjadi peminum teh hijau berisiko setengah kali mengidap penyakit gastritis kronis dan kanker perut. Selain itu katekin yang terkandung dalam teh hijau mampu melindungi payudara dari serangan kanker. Berdasarkan hasil percobaan, tikus yang meminum teh hijau, ukuran tumor payudaranya mengecil dan keganasannya juga berkurang dibandungkan tikus yang tidak
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam Journal of Cellular Biochemistry menunjukkan kandungan senyawa katekin yang sangat banyak pada teh hijau berperan sebagai pelindung terhadap serangan kanker payudara. Senyawa polifenol termasuk katekin tergolong antioksidan yang sangat ampuh menetralkan radikal bebas yang menjadi penyebab munculnya kanker payudara.
Kemudian hasil penelitian gabungan yang dilakukan Universitas Curtin Australia dengan rumah Sakit Kanker di Huangzhou, China menyatakan bahwa risiko terserang kanker kandungan pada perempuan yang minum teh hijau setiap hari dapat dikurangi hingga 60%. Sementara itu mengkonsumsi teh hijau dapat menurunkan risiko terkena kanker prostat pada pria. Katekin merupakan antioksidan yang kuat dalam mengikat radikal bebas penyebab kanker dan mempunyai potensi jauh lebih baik daripada vitamin C            dan E. Senyawa EGCG di dalam teh hijau mampu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat dan semakin tinggi dosisnya maka penghambatannya terhadap sel kanker juga semakin tinggi.
Jenis kanker lain yang dapat dicegah dengan senyawa katekin yaitu kanker rongga mulut. Salah satu faktor penyebabnya yaitu bahan kimia karsinogenik, antara lain benzo-pyrene yang merupakan polutan. Senyawa polifenol pada teh hijau termasuk juga katekin bersifat imunomodulator sehingga sistem imun dapat diperbaiki dan diatur menyebabkan potensi terkena kanker rongga mulut berkurang.
6.4 Antioksidan
Katekin yang merupakan metabolit sekunder termasuk dalam golongan flavonoid. Katekin aktivitas antioksidan yang tinggi berkat gugus fenol yang dimilikinya. Mekanisme katekin dalam menghambat pembentukan peroksidasi lipid pada tahap inisiasi dengan berperan sebagai scavengers (peredam) terhadap radikal bebas oksigen reaktif maupun radikal hidroksil.
Kerjanya yaitu dengan memberikan donor atom H kepada radikal peroksil mebentuk radikal flavanoid dan bereaksi dengan oksigen reaktif (superoksida) sehingga menjadi netral dengan reaksi tersebut menyebabkan reaksi berantai peroksidasi lipid dapat dihentikan.
6.5 Antihipertensi
Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena seringkali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Hipertensi memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit untuk dikontrol, baik dengan tindakan pengobatan maupun dengan tindakan medis lainnya. Jika hipertensi tidak terkontrol maka dapat mengakibatkan terjadinya infark jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maron, dkk tahun 2003 di Amerika, dengan memberikan ekstrak katekin pada kelompok perlakuan selama 12 minggu dapat menurunkan secara signifikan kadar LDL-C dan peningkatan HDL-C.
Teh hijau yang mempunyai kandungan polifenol yang tinggi, termasuk juga katekin merupakan antioksidan kuat yang mampu melindungi oksidasi LDL-kolestrol oleh radikal bebas. Polifenol yang terkandung dalam teh hijau sebagai antioksidan membantu kerja enzim superoxide dismulate (SOD), yang dapat menyingkirkan radikal bebas, sehingga akan dapat menyebabkan penurunan LDL, mencegah tekanan darah tinggi, dan mengurangi resiko kanker.
6.6 Antiinflamasi
Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (lekosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan perbaikan jaringan.
Meskipun terdapat hubungan antara inflamasi dan infeksi, istilah-istilah ini tidak boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan infeksi. Tanda-tanda adanya inflamasi yaitu kemerahan, panas, pembengkakan (edema), nyeri dan hilangnya fungsi tubuh. Dua tahap inflamasi adalah tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berhubungan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler di mana substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju ke tempat cedera. Tahap lambat terjadi saat lekosit menginfiltrasi jaringan inflamasi.
Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi. Prostaglandin yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi adalah salah satu diantaranya. Prostaglandin mempunyai banyak efek, termasuk diantaranya vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permeabilitas kapiler, dan sensitisasi sel-sel saraf terhadap nyeri. Obat-obat seperti aspirin menghambat biosentesa prostaglidin sehingga obat ini juga dikenal sebagai penghambat prostaglandin. Karena penghambatan prostaglandin mempengaruhi proses inflamasi, maka juga disebut agen antiinflamasi.
Senyawa polifenol khususnya EGCG diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Sebagai senyawa antioksidan dan antiinflamasi, salah satu aktivitas EGCG adalam menghambat ekspresi COX-2 di tingkat transkripsi. COX-2 sendiri merupakan suatu mediator nyeri berupa enzim yang terinduksi pada sel yang mengalami inflamasi.
Selain itu pada teh juga terkandung senyawa vitamin C. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa vitamin C juga berfungsi sebagai antiinflamasi. Senyawa vitamin C dan EGCG memiliki mekanisme yang sama yaitu menghambat aktivitas NF-kB dan menghambat ekspreksi yang dapat memicu terjadinya inflamasi.
6.7 Anti-Penuaan
Proses penuaan merupakan proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh kembang serta meningkatnya kelemahan. Proses penuaan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah radikal bebas, hormon berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, polusi lingkungan dan termasuk juga stres.
Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan jumlah kolagen dan kadar MMP-1 akibat sinar UV pada dasarnya diperantai dua mekanisme yang paling bertanggung jawab yaitu adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF- β tipe II. Dimana pengaktifasian AP-1 didahului dengan pembentukan ROS.
Teh hijau merupakan salah satu antioksidan botani dan memiliki aktivitas anti peradangan dimana pemberian polifenol pada teh hijau, bersifat antikanker, antiinflamasi dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan senyawa turunan katekin dapat mencegah atau menghilangkan respon akibat radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, siklobutan, formasi pirimidin dimer, ekspresi sikloksigenase-2 akut, faktor nuclear B dan translokasi P 56, induksi P-53 dan c-fos dan induksi mutasi gen 8-hidrosideoksiguanosin.
6.8 Anti Aterosklerosis
Beberapa studi epidemiologis mengindikasikan bahwa konsumsi polifonol pada teh hijau dapat menurunkan angka kejadian penyakit degenaratif khususnya penyakit jantung koroner. Risiko aterosklerosis lebih rendah ditemukan pada individu yang mengkonsumsi teh hijau antara 2 sampai 5 cangkir sehari. Secangkir teh tiap hari dapat mengurangi risiko serangan jantung 44%.
Meski telah diteliti penurunan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner pada minuman teh serta potensi senyawa polifenol teh hijau (Camlellia sinensis) yang bersifat sebagai antioksidan baik untuk menghambat oksidasi komponen lipid maupun hipolipidemik, namun mekanisme pencegahan disfungsi endotel dan aterosklerosis akibat stres oksidatif pada pemberian ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) dan secara in vivo belum terungkap jelas.
Risiko penyakit jantung koroner terkait dengan progresitas aterosklerosis yang didasari dengan disfungsi endotel pembuluh darah. Pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah dimulai dari disfungsi endotel. Garis lemak mulai timbul pada endotel pembuluh darah hingga terbentuk ateroma yang menonjol dan mempersempit lumen pembuluh darah.
Potensi teh hijau telah dibutikkan terutama berfungsi sebagai antioksidan. Terdapat pengujian kemampuan scavenger polifenol teh hijau dalam reaksi fenton. Dalam uji ini katekin dihadapkan dengan hydrogen peroksida, radikal superoksida dan precursor hidroksil. Urutan sesuai kekuatan scavengernya yaitu EGCG>ECG>EGC>EC.
Penelitian telah membuktikan bahwa secara in vitro potensi yang kuat dari antocyanin terhadap proses oksidasi LDL yang diinduksi oleh Cu2+ sekaligus menghambat ox-LDL (LDL teroksidasi) untuk menginduksi apoptosis pada makrofag melalui penghambatan fragmentasia apolipoprotein B (ApoB).                           


0 Response to "Manfaat Teh Hijau Terhadap Sifat Fungsional Kesehatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel